Teacher Life: Indonesia Vs Australia

618
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Kayaknya sejak COVID-19 menerpa hidup kita, salah satu profesi yang nggak bisa lagi dianggap remeh adalah profesi guru. Kesulitan yang dialami mereka ketika berusaha untuk mengajar para murid secara online, jelas tidak ada bandingnya. Apalagi ketika para murid juga mengalami banyak tantangan untuk menyesuaikan diri dengan sistem belajar yang baru itu. Nah, di edisi ini, kita mau kepoin  bedanya menjadi guru di Indo vs di Aussie. Khususnya, guru SMP/SMA swasta.

Sistem Pendidikan
Di Indo, seringkali satu guru memegang satu angkatan. Kalaupun ada dua guru yang mengajar mata pelajaran yang sama, keduanya akan mengajar pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Di Aussie, satu guru seringkali pegang kelas dari beberapa angkatan. Jadi, satu angkatan umumnya memiliki setidaknya dua guru dalam tiap mata pelajaran. Sistem di Aussie, tiap kelas juga hanya dipegang satu guru.

Hmm pro dan kontranya kira-kira apa, ya? Sistem di Indo memastikan bahwa setiap kelas memiliki pengalaman dan kualitas ajaran yang sama, tapi bisa menimbulkan kesulitan untuk mengintegrasi konten dari satu tingkat ke tingkat berikutnya. Ada beberapa kejadian di mana murid-murid merasa kesulitan di tingkat berikutnya karena kurikulum di tingkat itu tidak sama dengan sebelumnya. Masalah ini lebih jarang dijumpai di Australia; keluhan yang lebih sering didengar adalah murid merasa adanya ketidakadilan ketika kelas yang lain sepertinya mendapatkan guru yang lebih mudah dimengerti. Menarik, ya! 

Kualifikasi
Selain itu juga ada perbedaan dalam kualifikasi guru di kedua negara. Di Indonesia, siapa pun bisa menjadi guru sesuai bidang keahliannya. Sedangkan di Australia, sistem edukasinya lebih ketat mengenai kualifikasi guru – tiap guru harus memegang gelar S1 atau S2 dalam edukasi, serta memegang NSW Education Standards Authority (NESA) Accreditation dan NESA Number. Kedua ini adalah syarat dari pemerintah untuk memastikan bahwa setiap guru menunjukkan komitmen untuk terus mempertajam keahlian mereka untuk mengajar. NESA Accreditation harus diperbarui setiap tahun dengan biaya $100 per tahun. Sulit juga, ya, menjadi guru di Australia.

Banyak persyaratannya dan benar-benar harus berkomitmen dalam profesinya. Walaupun semua persyaratan ini bertujuan untuk membantu para guru merasa lebih siap terjun ke ruang kelas, pada kenyataannya, tetap banyak yang hanya bisa dipelajari ketika dilakukan di dunia nyata. Sama kayak profesi lainnya! Banyak teori yang berguna sebagai referensi, tetapi harus disesuaikan karena keadaan di ruang kelas tentunya jauh dari keadaan ideal.

Load Penilaian
Dari sisi pekerjaan yang harus dilakukan, guru di Indonesia maupun di Australia selalu memiliki tumpukan hasil tugas yang perlu dinilai. Pekerjaan yang sangat memakan waktu dan energi ini seringkali mengharuskan para guru untuk merelakan waktu luang – bahkan hari libur – mereka agar dapat mengembalikan hasil tes tepat waktu dengan nilai dan masukan mereka. Bayangkan harus membaca jawaban yang sama puluhan kali! Belum lagi kalau ada tulisan tangan yang sulit dibaca, atau jawaban yang sulit dimengerti. Dengan murid-murid yang berbeda di tiap kelas dan angkatan, serta orang tua murid masing-masing yang memiliki ekspektasi berbeda terhadap pendidikan anaknya, tiap guru selalu menghadapi tantangan yang sama mengenai cara komunikasi terhadap tiap murid dan orang tua. Ini jelas tidak ada perbedaannya.

Walaupun kedengarannya enak menjadi guru, sepertinya bisa menyelesaikan hari kerja pada saat yang bersamaan dengan murid dan mendapatkan libur lebih panjang, eh ternyata nggak segampang yang kita pikirkan, ya! Dan, menarik juga ya ketika mengintip sedikit dalam kehidupan guru di Australia dan Indonesia! [IM]

Previous articleDiet Ala Balerina
Next articleAgar Belajar Online Bisa Maksimal