Biasanya, mudik ke Jakarta itu untuk liburan lama. Setidaknya beberapa minggu untuk menghabiskan waktu dengan keluarga dan menikmati sepuasnya makanan Indo favoritku. Namun, pernahkah mendengar terbang ke Jakarta hanya untuk seminggu saja?
Beberapa minggu yang lalu, itulah yang aku lakukan. Semua teman dan rekan kerjaku pikir
‘gila banget, ya, terbang ke Jakarta hanya untuk 3-4 hari’. Namun, itulah yang kita lakukan sebagai orang Indonesia yang tinggal di Australia dan masih memiliki keluarga atau bisnis di Indonesia?
Di akhir minggu beberapa waktu lalu, mama aku mengadakan sebuah kompetisi anak-anak.
Salah satunya adalah sebuah kompetisi internasional dan satunya lagi adalah kompetisi yang pertama kali akan kami rilis tahun ini. Salah satunya adalah acara yang melibatkanku selama beberapa tahun terakhir. Tentu saja aku ingin mendukung keluargaku untuk acara ini.
Setelah menyelesaikan kuliah di Sydney, aku melanjutkan kerja di sini. Karena masih perlu bekerja
di hari biasa, tapi juga ingin ke Jakarta untuk melihat sendiri acaranya, aku memutuskan untuk
“Let’s do it”.
Kerja keras bagai kuda!
Dalam tiga hari, aku berusaha untuk menyelesaikan pekerjaanku sebanyak mungkin karena nggak mau terbeban dengan pekerjaan yang belum selesai ketika berada di Jakarta. Itu lumayan pening sih, tapi sekaligus memberikanku semangat bahwa bekerja lebih efisien itu sangat memungkinkan ketika memiliki motivasi untuk mengerjakannya.
Di sisi lain, hal itu juga menyadarkanku bahwa bekerja secepat itu cuma bisa dilakukan dengan tingkat adrenalin yang tinggi! Sumbernya? Tentu saja kegiranganku karena bisa pulang walau hanya selama tiga hari saja. Memungkinkan, tapi jelas nggak bisa dilakukan terus-terusan.
Home is where the food is
Ketika tiba di Jakarta, aku langsung disambut dengan sop buntut spesial ala nenekku yang jauh lebih enak daripada sop buntut restoran. Selama tiga hari, kami sekeluarga menyantap makanan favoritku.
Di hari ketiga, nenekku yang lain membuatku terkejut dengan membuatkan bakutteh istimewanya juga! Wah! I felt so spoiled and loved! Bukan hanya rasanya yang luar biasa enak, tetapi sungguh
a taste of my childhood karena inilah kedua hidangan favoritku dari kedua nenekku selama tinggal
di Indonesia.
Menurutku, nggak seorang pun yang bisa masak sop buntut dan bakutteh selezat mereka karena caranya juga berbeda. Aku bahkan bisa merasakan kasih sayang mereka lewat masakan istimewa tersebut, yang dalam hal ini dibuatkan secara khusus untukku. Salah satu dari mereka mengatakan, “Iya, nggak adil yang lain sudah makan bakutteh tapi kamu belum karena waktu itu kamu sedang di Sydney.”
Work hard, play hard
Acaranya yang kuhadiri ternyata sangat seru! Sejak kelas 2 SMP, aku sudah membantu mama membuat berbagai acara lewat perusahaan kecilnya. Perusahaan ini tentunya sudah menjadi proyek keluargaku; aku, papa, adikku, serta adik-adik mama juga yang selalu siap untuk membantu saat diperlukan.
Sebagai orang yang suka banget bekerja dengan anak-anak, aku bahagia sekali mendapat kesempatan untuk melatih orang-orang yang lebih muda dariku. Seringkali, acara-acara ini tidak seperti sedang berkerja karena keseruannya. Selain itu, acara kali ini juga sangat istimewa karena anak-anak yang pernah kulatih sudah jadi pelajar SMA dan bisa diandalkan. Bangga banget bisa melihat mereka bekerja sama.
Malam sebelum hari-H, aku kesulitan tidur karena merasa terlalu girang untuk acara besok!
Classic ha…ha… Kami bangun pagi-pagi agar bisa sampai di tempat sebelum jam 7:30 pagi.
Ingat, ini di Indo, di mana semua kompetisi dimulai jam 8 pagi. Wah, suasananya sudah ramai
sekali. Buatku, rasanya senang sekali bisa ikut lagi terlibat setelah beberapa tahun tinggal di Sydney. Aku dan adikku saling memfoto ketika kami giliran MC untuk acara yang kedua diadakan.
Usai acara, aku bertemu dengan para sepupuku untuk makan siang bersama. Meski tubuh ini rasanya tepar paaaar, rasanya senang banget karena acaranya sukses. Plus, kebersamaan kami untuk melaksanakannya bersama. Malam itu kami semua tidur dengan sangat pulas.
Keesokan harinya, hari aku kembali ke Sydney, semua keluarga besarku yang terdiri dari om-tante dan kakek-nenek datang mengunjungiku untuk menghabiskan waktu bersama. Sebelumnya, di pagi hari, kami melakukan debrief acara yang sudah berlangsung dan banyak sekali ide untuk mengembangkannya di pada tahun-tahun berikutnya. Seru banget, deh, bisa brainstorm bersama!
Returning to Sydney
Ketika kakiku kembali menjejak tanah Sydney, rasanya aku belum puas menikmati Jakarta.
Masih banyak makanan yang tak sempat kucicipi. Masih ingin waktu yang lebih panjang untuk dihabiskan bersama kaluarga. Rekan-rekan kerjaku yang jarang keluar negeri nggak bisa
mengertinya, tetapi itulah kehidupan ketika memiliki rumah di dua tempat. Iya, nggak?
Walaupun rasa capeknya sampai terasa sampai beberapa hari kemudian dan aku perlu recover
dari sibuknya acara dan lamanya penerbangannya, I would do it all over again in a heartbeat. [IM]