Bagiku, dan tentunya rakyat Indonesia lainnya, bulan Agustus selalu bernuansa kemerdekaan. Ada rasa kekeluargaan, kenangan Tanah Air, dan semangat perjuangan yang tak hilang meski di tengah kesulitan akibat pandemi. Namun, di artikel ini aku ingin mengajak kalian untuk refleksi bersama, terutama tentang kelompok Aboriginals dan Torres Islanders atau the First Nations di Australia.
Mari kontraskan sesuatu. Hari Kemerdekaan 17 Agustus adalah hari perayaan di mana penjajah meninggalkan Tanah Air kita. Sedangkan Australia Day yang jatuh pada 26 Januari adalah hari perayaan datangnya armada angkatan laut Inggris di Port Jackson, New South Wales. Oleh karenanya, banyak perbincangan mengenai istilah “Happy Australia Day” yang dirasa tidak sensitif terhadap orang-orang Aboriginals dan Torres Islanders.
Tapi, apa sih pentingnya buat kita, diaspora Indonesia, di benua Kangguru ini? Alangkah baiknya jika kita bisa mengerti sejarah dan budaya negara ini, tentunya agar kita bisa lebih menghargai negara ini. Aku bukan seorang ahli dalam topik ini, lho, tapi hanyalah seorang yang ingin belajar untuk bisa menjadi lebih baik. Mari kita belajar bersama.
Mengenal Istilah
Mulai dari istilahnya sendiri. Ada beberapa istilah yang seringkali digunakan. Indigenous adalah istilah umum untuk komunitas pertama yang tinggal di suatu daerah. Aboriginal Australian adalah orang-orang indigenous di tanah Australia dan pulau-pulaunya seperti Tasmania, Fraser, dan lain-lain, kecuali Torres Strait Islands yang merupakan bagian dari Queensland. Pulau itu dulunya dihuni oleh Torres Strait Islanders, kelompok orang dengan budaya dan etnis yang berbeda dari Aboriginal Australia.
Aboriginals dan Torres Strait Islanders masing-masing terdiri dari kelompok-kelompok yang berbeda. Sejauh ini ada lebih dari 400 kelompok Australian Aboriginal yang telah diidentifikasi, melalui nama, bahasa, dan dialek. Mungkin bisa dianalogikan seperti orang Indonesia yang memiliki banyak suku berbeda dengan budaya masing-masing. Lalu, istilah First Nations, First Peoples, atau First Australian adalah istilah yang sekarang lebih sering dipakai dan secara umum lebih diterima.
The Stolen Generation
Sejarah sayangnya tidak selalu indah. “The Stolen Generation”, begitulah istilah yang mengandung duka bagi orang-orang Aboriginals dan Torres Strait Islanders. Pada periode tahun 1910 sampai 1970-an, ada peraturan pemerintah yang melegalisasikan pemindahan anak-anak Aboriginal dari keluarganya. Mereka kemudian dipaksa untuk bergabung dan berasimilasi dengan “White Society”.
Anak-anak itu dipindahkan ke tempat yang jauh dari keluarga mereka, dilarang menggunakan bahasa tradisional mereka, dan bahkan diberi nama yang baru. Dengan begitu, lama kelamaan budaya Aboriginals dan Torres Straits Islanders diharapkan akan hilang. Beberapa anak-anak dimasukan ke semacam rumah pelatihan di mana mereka diajarkan cara mengurus rumah dan mengurus peternakan.
Mereka ditempatkan untuk melayani “white families”. Tak sedikit dari mereka yang disiksa secara fisik dan seksual. Di periode tersebut, hampir 1 dari 3 anak-anak Aboriginal diambil dari keluarganya.
Dampaknya Kini
Meski peraturan pemerintah itu tidak ada lagi, dampaknya bagi keluarga Aboriginal masih terasa. Salah satu rekomendasi utama dari Bringing Them Report yang disusun pada tahun 1997 adalah dibutuhkannya official acknowledgement dan permintaan maaf kepada anak-anak Aboriginals dan Torres Strait Islanders. Hari pertama National Sorry Day diadakan pada tanggal 26 Mei 1998, di mana ribuan warga Australia berpartisipasi di Sorry Book Campaign yang menjadi awal gerakan “The People’s Apology”.
Tiga tahun kemudian, pada tanggal 28 Mei 2000, dua ratus lima puluh orang berjalan melintasi Sydney Harbour Bridge untuk menunjukan dukungan mereka bagi rekonsiliasi antara orang-orang Indigenous dan Non-Indigenous Australia. Kejadian yang kemudian dideskripsikan sebagai demonstrasi politik terbesar ini terjadi 20 tahun silam. Pada tahun 2008, akhirnya Perdana Menteri Australia saat itu, Kevin Rudd, membuat pernyataan maaf resmi atau National Apology kepada “The Stolen Generation”.
Permintaan Maaf
“Generasi yang dicuri menghasilkan pengetahuan tradisional yang terhilang karena ketiadaan generasi berikutnya untuk meneruskannya,” begitu kata Michael O’Louhlin, seorang Gamilaraay dari Moore di bagian utara New South Wales. Meski hanya penghuni sementara di negara ini, baiklah kalau kita bisa lebih paham terhadap budaya kaum indigenous di Australia. Dengan begitu, kita bisa kembali meningkatkan kepedulian dan respek terhadap budaya Aboriginals dan Torres Strait Islanders. [IM]