Sekolah di Luar Negeri THE BAD, THE GOOD, AND THE HOMESICK!

660
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Ide kuliah di luar negeri kedengarannya seperti kesempatan besar yang menyenangkan. Tapi, tahu nggak, sih, kalau di balik “keglamoran”, tantangan yang nggak kecil juga mengintai dari tiga aspek utama: material, mental, dan spiritual.

Sebagai orang Indonesia yang “baru” pindah ke Sydney tiga tahun lalu dan punya adik tinggal di Eropa–kami sering berbagi cerita gimana “asyiknya” hidup di negeri orang, dan saya cuma mau bilang kalau tinggal jauh banget dari Tanah Air kadang-kadang malah menyusahkan hati.

Saya nggak bermaksud bikin pembaca “ilfil”; tentu saja, hidup di negeri yang lebih maju tatanan masyarakatnya memang berarti banget dan menjadikan kita kaya pengalaman. Kita juga bisa belajar hal-hal baru yang nggak ada atau umum di negara asal. Contoh, ngomong bahasa Inggris 24 jam. Sejago-jagonya berbahasa Inggris, terus terang saja, saya kerap pegal dan kangen ngomong “gue-elu-ape” di saat yang tidak tepat. Atau, di kasus adik saya, dia “terpaksa” ngomong bahasa Jerman saat perbendaharaan terbaiknya hanya “ich liebe dich”! Itu cerita dia 10 tahun lalu. Tentu saja, saat ini dia sudah punya “lidah” Jerman yang luwes.

Semua itu diawali saat memutuskan untuk sekolah di luar negeri. Berikut ini kita cek enak dan nggak enaknya sekolah di negeri orang. 

Enaknya…
Hidup adalah petualangan. Right? Tinggal di luar negeri–walau sementara, sangat mengasyikkan dan memperluas cakrawala kehidupan. Akan ada banyak cerita seru untuk dibagi setiap kali pulang kampung.

Kita belajar bahasa baru dan membaur di tempat-tempat di mana bahasa baru ini bakal menjadi lebih lancar. Kecakapan berbahasa baru ini akan sangat membantu kita mendapatkan pekerjaan, teman, atau futurethe one”.

Kita dapat menggali budaya yang berbeda. Ada yang bilang bahwa melancong memperluas pikiran dan mengalami budaya-budaya baru sangat menyenangkan. Budaya baru ini memberikan kita inspirasi dan cara pandang akan Tanah Air kita sendiri.

Kesempatan untuk studi biasanya lebih baik di negeri asing daripada di Tanah Air. Kita bisa mendapatkan program-program yang tidak ada di negeri sendiri, atau dapat belajar di kampus atau universitas yang memiliki spesialisasi khusus yang kamu inginkan.

Menyebutkan bahwa kita pernah sekolah di luar negeri tentu saja membuat “CV” terlihat lebih potensial buat manager HRD. Fakta bahwa kita pernah sekolah dan tinggal di luar negeri artinya kita memiliki kualitas kerja yang berharga, misalnya mandiri, inisiatif, dan ulet. Hal itu juga menunjukkan bahwa kita tidak takut tantangan dan dapat beradaptasi jika dibutuhkan.

Nggak Enaknya…
Kita mungkin mengalami hambatan komunikasi jika memilih bersekolah di negara yang bahasanya belum pernah kita kenal sebelumnya. Belajar bahasa baru ternyata memang lebih berat daripada yang kita pikirkan, terutama jika ingin sekali mengerti sepenuhnya untuk menyelesaikan program studi yang diberikan (plus, mencari teman juga akan lebih sulit).

Kita akan mengalami gejolak budaya. Walaupun sebelumnya telah kita riset besar-besaran tentang gimana mengatasinya, kita akan menemukan banyak sekali hal-hal yang cara kerjanya berbeda saat sudah tinggal di sana. Beberapa hal mungkin bersifat praktis dan jelas terlihat, tapi ada juga yang sangat “halus” – misalnya bersifat sosial dan psikologis, contoh: cara berkomunikasi satu sama lain dan bersikap.

Kita akan merasa “sendirian”, tanpa dukungan sosial dan emosi dari keluarga dan sahabat yang biasanya dapat kita andalkan saat di tanah Air. Membangun pertemanan baru tentu saja PR besar yang butuh waktu lama dan intens. Apalagi dengan kendala budaya yang berbeda.

Biaya hidup meningkat. Yap, itu sudah pasti! Disponsori atau tidak, cobalah buat hitungannya. Semakin modern dan maju sebuah negara, selama kita bukan warganegaranya, biaya hidup pasti melejit. Perbedaan bahasa dan budaya kadang-kadang dapat menyulitkan kita saat mencari pekerjaan. Tekanan keuangan dapat membuat proses belajar ini kehilangan unsur “senang-senangnya” jika kita tidak pandai-pandai mengatur keuangan.

Berapa Tinggi, sih, Biayanya? 
Tergantung negaranya dan bagaimana kamu hidup. Selain biaya sekolah, tentu saja kamu harus memasukkan biaya-biaya:

• Tempat tinggal: biaya tambahan listrik, gas, internet, dan lainnya

• Makanan dan pakaian: seprei, sarung bantal, peralatan mandi, dan keperluan harian

• Kebutuhan studi: laptop, buku, alat tulis

• Biaya transportasi

• Sosialiasi: sesekali jajan? 

• Biaya kesehatan: selain asuransi kesehatan yang wajib punya, obat-obatan pribadi harus siap sedia

• Biaya pulang-pergi ke Tanah Air kalau liburan super-panjang

Some Mental Notes!
• Pelajari sebanyak mungkin negeri yang baru ini begitu sampai

• Kuasai bahasa dan budayanya

• Keluar dari zona nyaman dan selalu terbuka untuk pengalaman baru.

• Bersiaplah untuk mandiri, belajar beradaptasi dengan cepat. Jangan main hanya dengan orang senegara melulu…

• Perlakukan momen belajar ini sebagai petualangan. Ya, kita harus bisa menikmatinya! [IM]

Previous articlePameran Internasional Virtual Terbuka UTS
Next articleRazer Blade Stealth 13 (2020)