Jessica Halim

981
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Kartini Yang Peduli Bumi Lestari
Jessica adalah penggagas gerakan “demibumi” yang membuka mata lebih lebar dalam urusan penanganan sampah. Sikap dan solusi dari Ibu dua anak ini sangat patut didukung oleh kita yang peduli dengan keberlangsungan planet Bumi. Saatnya untuk bersenyawa dengan demibumi. Selamat Hari Bumi 22 April 2021!

Bagaimana opini anda terhadap pengelolaan sampah di Indonesia?
Permasalahan lingkungan terutama sampah di Indonesia bukanlah hal yang baru, melainkan telah berlangsung lama, terutama dampaknya terhadap kehidupan. Sangat elok bila seluruh lapisan masyarakat punya kepedulian dan menjaga lingkungan dari sampah plastik dan pencemaran limbah yang pelik penguraiannya.

Apakah masyarakat luas telah memiliki kebiasaan positif tersebut?
Sayangnya, sikap tersebut tidak merata. Salah satu alasannya adalah karena setiap generasi tidak diajarkan seluk beluk Social Responsibility melalui kurikulum yang diterima melalui sekolah. Situasi ini mendorong kami para aktivis lingkungan gencar melakukan kampanye dan sosialisasi skema pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).

Sejak kapan anda memiliki kesadaran menjaga lingkungan, terutama sampah?
Kesadaran tersebut telah saya miliki sejak kecil dari rumah. Awalnya bermula dari hal yang paling dasar yaitu membuang sampah pribadi pada tempatnya. Berlanjut dengan membawa tote bag ke mana pun untuk mengurus sampah kertas, plastik, logam, dan kaca sendiri. Kebiasaan ini membuka pandangan praktis saya.

Pengalaman apa saja yang anda dapatkan sejak mengelola sampah dengan serius?
Begitu banyak pengalaman baik yang telah saya dapatkan sejak mengelola sampah dengan baik dan benar. Bahkan ketika pasangan dan kedua anak kami terlibat, maka bobot pengetahuan kami bersama semakin meningkat dalam mengoptimalkan berbagai kegiatan daur ulang seperti membuat kompos untuk tanaman di pekarangan dan memiliki kegiatan berbagi aksi tanpa batas.

Langkah apa yang anda lakukan setelah menjalani perubahan gaya hidup tersebut?
Sebagai seorang praktisi disain grafis, saya kemudian merumuskan bentuk komunikasi melalui “demibumi” bersama teman yang bernama Juliana. Komunikasi ini untuk merespons keresahan kami dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai yang menghasilkan sampah yang tidak bisa terurai dan mengotori tanah dan lautan.

Orang seperti anda pastinya tidak banyak jumlahnya dan bagaimana agar sikap dan arahan terbaik “demibumi” punya kemajuan dan diaplikasikan oleh khalayak luas?
Melalui pendekatan komunikasi yang disampaikan melalui media sosial, kami mulai bersinggungan dengan yang bersikap sama seperti kami. Kami lantas membuka ruang diskusi dan membuka diri kepada sekolah, instansi, dan siapa pun yang membutuhkan pembekalan dan pemahaman atas kegiatan demibumi. Kami juga memberikan pelatihan dan lapangan pekerjaan membuat beeswax food wrap dengan Kesusteran Santa Angela, Sunter, Jakarta.

Secara nyata, apa yang mereka harapkan atas kehadiran demibumi?
Kami juga melakukan riset terbatas sebagai solusi dari keresahan yang kami alami bersama. Seiring dengan waktu, aktivitas ini melebar sampai pada produk-produk yang ramah lingkungan dari demibumi. Mulai dari pembersih, menstrual pad, sedotan, tumbler, dan beragam produk yang bisa dipesan melalui website demibumi.id. Setiap produk yang kami ciptakan adalah jawaban dari komunikasi yang terjadi selama ini.

Dalam mengoptimalkan produk demibumi agar memiliki pendistribusian dalam skala luas, apakah anda membuka diri kepada investor?
Kami sangat membuka diri kepada calon partner yang punya frekuensi dan sikap yang sama terhadap visi dan misi demibumi. Namun, kami tidak ingin bekerja sama dengan partner yang hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semata melalui komersialisasi tanpa batas. Kami harus menjaga bumi sebaik mungkin. [IM]

Previous articleSiuaji Raja – Work Is Worship
Next articleALENG: Inspirasi Car Detailer/Song Writer