Iman Fattah – Pejuang Musik dan Teknologi

714
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Iman adalah sebuah catatan penting. Kiprahnya selalu terbaik di dunia musik. Iman seorang Googler yang akan membebaskan belenggu edukasi musik dan teknologi di Indonesia. Tunggu tanggal mainnya!

Iman Fattah dikenal sebagai personil dari beberapa kelompok musik seperti LAIN, Zeke and The Popo dan Raksasa yang semuanya telah lulus beralbum. Namun kemampuan musiknya bukan hanya dijajal sampai garis itu, beberapa kali Iman juga berperan aktif sebagai produser untuk Tika and The Dissidents dan disainer suara bagi pagelaran musik ONROP MUSIKAL karya Joko Anwar.

Iman adalah putra dari Donny Fattah (God Bless) dan mendiang Rinny Noor (Promotor Musik). Meskipun musik sudah menjadi ‘main course’ dalam kehidupan pribadinya, namun Iman selalu bereksperimen dengan beragam proyek teknis yang ‘njelimet’. Melalui pertemanan luas, Iman sering diajak terlibat pada skala tanggung-jawab yang lebih besar meskipun bermodalkan kemampuan otodidak.

Ternyata semua titik yang telah dilewatinya tidak berlalu begitu saja. Iman mencari haluan terbaik untuk membagi portfolio perjalanan musiknya. Pria kelahiran 28 Juli 1977 ini lantas menghimpun catatan perjalanan musiknya melalui sebuah buku yang berjudul Rupa Suara “Catatan Perjalanan Bebunyian’. Bukunya diterbitkan oleh Arung Wacana, sebuah peneliti buku independen asal Yogyakarta.

Buku ini diposisikan sebagai pemantik diskusi untuk menambah paradigma baru dalam urusan permusikan di Indonesia. “Saya mendapat banyak pelajaran dari semua yang telah dilalui dan buku yang menjangkau urusan teknis ini dilengkapi dengan penjabaran teori sambil saya belajar produksi musik di UCLA Extension, Amerika Serikat,” cerita Iman yang sekarang bekerja di Google, Amerika Serikat.

Iman sedang kembali ke Tanah Air dan gairah terhadap buku pertamanya ditunjukkan melalui Tur Buku ‘Rupa Suara’ yang dijalani di beberapa kota Indonesia. Iman menyambangi kantong-kantong musik mendengarkan respon jujur para pegiat musik terhadap pemikirannya. Iman menjelaskan ada kebutuhan besar terhadap literasi musik di Indonesia tapi tidak banyak yang melakukan.

“Saya susah sekali mendapatkan literatur atas pemahaman dasar sistem suara dalam Bahasa Indonesia untuk masyarakat Indonesia. Biasanya yang ada hanya dalam Bahasa Inggris, sementara penduduk Indonesia masih susah menerjemahkan dan memahami tulisan-tulisan tersebut. Buku ini harusnya menjadi trigger agar para penulis lain langsung bergerak’ jelas Iman mengenai ‘pain point’ yang ada di lanskap musik. [IM]

Penulis: Aldo Sianturi

 

Previous articleUpdate Aturan Perjalanan Internasional Ke Indonesia (Efektif 17 Juli 2022)
Next articleBincang Santai Bersama Sean Gelael