Cewek yang berasal dari Jakarta ini, kini menetap di Melbourne. Aku mengenal dia melalui akun Instagram-nya @mscarlawijaya, tempat dia sering posting puisi-puisinya. Sepertinya dalam lingkungan kerja maupun kehidupan pribadi, Carla nggak pernah terlihat tanpa sisi kreatifnya dan suasana riang yang selalu mengiringnya!
Halo, Carla. Lovely to have you with us today. Bisa cerita sedikit kapan kamu pindah ke Australia dan apa alasannya?
Halo! Aku pindah ke Australia kurang lebih 6 tahun yang lalu untuk melanjutkan studi aku di sini. Sudah dari kecil aku pengen banget tinggal di Australia karena dua kakak laki-laki aku yang umurnya lumayan jauh dari aku semua studi, kerja, dan tinggal di Australia dan mereka kelihatan happy dan sukses.
Apa hal-hal yang paling menyenangkan dan paling menyulitkan hidup di Australia?
Hidup dan tinggal di Australia sangat menyenangkan buat aku karena aku bertemu teman-teman yang aku tahu sampai seumur hidup bakal aku jaga. Aku juga merasa mimpi-mimpi aku dalam karier, kreativitas, dan hidup secara keseluruhan terwujud disini. Banyak kesempatan dan potensi yang bisa aku eksplorasi di Australia dan aku sangat beruntung dan berterima kasih.
Hal yang sulit mungkin jauh dari orang tua dan keluarga. Aku datang ke sini sewaktu aku baru menginjak umur 17 dan menjadi mandiri lumayan menjadi sebuah tantangan tersendiri. Hal lain seperti berbicara bahasa Inggris 24/7, adaptasi teman, dan lingkungan baru sembari studi dan kerja itu lumayan sulit, tapi sembari berjalannya waktu semua jadi mudah dan menyenangkan.
Di manakah kamu telah menemukan sukacita dalam masa-masa kesulitan?
Komunitas gereja sangat penting buat aku di masa-masa sulit. Kalau Bahasa Inggrisnya, home away from home. Aku selalu selektif dan berusaha menempatkan diri aku di lingkungan yang baik, dimana aku tahu kalau ada orang-orang yang bisa support aku dalam sisi spiritual, emosional, maupun fisik. Aku berterima kasih bisa tertanam di Neuma Church di Melbourne, di mana aku merasa aman, nyaman, dan didukung selalu.
Hal lain yang aku lakukan dalam masa sulit sudah pastinya berdoa dan juga menyelingkan waktu untuk hobi-hobi aku. Hobi aku lumayan beragam, mulai dari video games, membaca, menyanyi, memasak, dan jalan kaki jarak jauh – itu semua sangat membantu aku untuk menjernihkan pikiran juga menyenangkan hati.
Dalam masa COVID-19, aku dengar kamu terpisah dari orang tua dan keluarga di Indonesia. Bagaimana kalian mengatasi situasi ini? Apakah ada hal-hal yang berubah dalam hubungan keluarga akibatnya?
Setahun sekali, aku biasanya bertemu orang tua, dan pastinya selama COVID-19 hal itu nggak terjadi. Dua tahun lebih aku nggak ketemu mereka dan itu cukup sulit. Ada beberapa momen aku merasa homesick, dan banyak momen milestone di masa itu yang nggak bisa dirayakan bareng mereka, contohnya graduation aku di bulan Mei 2021.
Puji Tuhan, nggak ada hal yang berubah dalam hubungan keluarga. Kami selalu menyempatkan waktu untuk video call dan WhatsApp beberapa minggu sekali untuk update info satu dengan yang lain.
Carla, jelas sekali kamu adalah seorang yang sangat kreatif. Kamu sering menulis puisi, main keyboard dan nyanyi sendiri maupun di gereja. Bisa cerita sedikit bagaimana creative outlets tersebut bisa menyalurkan perasaanmu dan menjadi cara untuk memahami keadaan sekitarmu?
Kreatifitas sudah tertanam di diri aku semenjak aku umur 5 tahun. Aku orangnya cukup ekspresionis dan selalu butuh tempat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanku. Semasa COVID-19 dan lockdowns, hampir setiap minggu aku menulis puisi untuk menumpahkan keluh, kesah, atau hal-hal lain yang menggangguku. Aku juga merilis podcast show untuk menceritakan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan sulit di dalam hidup. Aku juga belajar bermain keyboard sendiri di masa lockdown, mulai melukis watercolour lagi, dan tentunya menyanyi.
Intinya, buat aku, creative outlet itu sesuatu hal yang powerful. Hasil bukan jadi masalah. Menurutku, yang lebih penting adalah ketika seseorang bisa menyalurkan perasaan dan hatinya dengan tuntas dan merasa kalau creative outlet mereka itu bisa membantu mengistirahatkan diri mereka.
Bagaimana rasanya menjadi seorang kreatif berasal dari Indonesia di negara asing?
Menurutmu apa yang unik tentang pengalaman ini?
Sesuatu yang unik menjadi seorang kreatif yang tinggal di negara asing adalah kesempatan untuk belajar dan mengenal kreatifitas orang lain yang background-nya berbeda dari kita. Mungkin kalau aku nggak pindah ke negara lain, persepsi aku tentang kreatifitas akan sedikit sempit. Tapi, karena Australia dipenuhi orang-orang yang datang dari banyak budaya, kultur, dan bahasa, kreativitas menjadi lebih berwarna.
Aku beruntung bisa ada di komunitas dan juga karier yang menghargai pentingnya kreativitas. Semua orang punya keunikan masing-masing dan aku nggak akan pernah merasa lelah untuk punya pikiran terbuka dan belajar dari orang-orang kreatif lainnya. [IM]