Indonesian Diaspora Network, Australia (IDN Australia) dalam dua bulan terakhir sedang aktif mengadakan Webinar dalam satu rangkaian yang ditujukan untuk “Membangun Optimisme di Tengah Wabah Covid 19”. Webinar dalam bidang perdagangan termasuk yang menerima banyak registrasi dari diaspora di Australia dan masyarakat yang tinggal Indonesia sendiri. Banyak juga dari mereka para pelaku ekspor impor, manufaktur, maupun yang sedang belajar dan menjajaki untuk ekspor ke Australia.
Acara Webinar ini diikuti oleh Dr Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan Indonesia sebagai keynote speaker; Sambutan dari Bapak Kristiarto Legowo, Duta Besar Indonesia untuk Australia dan Vanuatu; Ivan Tandyo, CEO Navanti Group dan Muhammad Taufik Setyawan, Country Representative Pertamina Lubricant sebagai narasumber. Diskusi dimoderatori oleh Vidi Vinandar, Director House of Indonesia, Sydney.
Duta Besar Kristiarto Legowo dalam internal webinar yang diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri Indonesia bersama para perwakilan Indonesia secara khusus mencatat 3 aspek bagaimana pemerintah Indonesia melihat para diaspora dalam hal perdagangan internasional. Yang pertama adalah bentuk kepedulian pemerintah Indonesia terhadap para diaspora. Kedua, harapan untuk turut serta membantu program-program pemerintah di berbagai hal. Ketiga, keyakinan akan kemampuan para diaspora dalam peningkatan ekspor yang dimana akan membantu perekonomian Indonesia secara langsung.
Beliau menekankan bahwa Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) tidak dilihat dari aspek perdagangan saja, tetapi juga dari aspek hubungan people to people antara kedua negara, dimana disepakati peningkatan peningkatan kuota Working Holiday Visa (WHV) dari 1.000 menjadi 4.100 hingga 5.000 orang per tahun secara bertahap.
Tidak lupa apresiasi diberikan kepada para diaspora yang telah berperan langsung dalam peningkatan ekspor ke Australia, diantaranya kepada Ivan Tandyo dari Navanti Group, Livingstone, Sony Trading, dan para pengusaha restoran Indonesia di seluruh penjuru Australia.
Sebagai keynote speaker, Dr Jerry Sambuaga memaparkan update terkini tentang keadaan dan perspektif ekonomi dunia termasuk Indonesia dan Australia, termasuk hal perdagangan internasional dalam angka-angka yang dirangkum dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan International Monetary Fund (IMF). Garis besar yang perlu dicatat dari pemaparan beliau adalah tantangan akan ekonomi global yang mengalami penurunan, namun ada kenaikan volume perdagangan dalam kuartal pertama di tahun 2020.
Trend ekonomi dunia pertumbuhannya akan menurun sekitar 3%, dimana Indonesia juga diproyeksikan menurun dari sekitar 2,3% dan bisa sampai -0,4%. Ekspor Indonesia menuju Australia mencatat kenaikan surplus 2.2 juta US Dollar dari periode sebelumnya, dimana hal ini yang menimbulkan rasa optimis. Peningkatan tercatat pada komoditi tembaga, ban, dan alumunium. Australia menempati posisi ke 17 sebagai negara tujuan ekspor, dan ke 8 untuk sebagai negara sumber impor.
Tak lupa, beliau juga menyinggung secara khusus tentang Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang akan berlaku efektif mulai 5 Juli 2020. Dimana setelah melalui proses yang panjang sejak 2005, akhirnya kesepakatan antar 2 negara tercapai. Di pemaparan beliau terdapat 4 hal yang perlu dicermati, Tarif 0% di komoditi-komoditi yang telah disepakati diantaranya kayu dan turunannya; Perlindungan investasi lebih baik di kedua belah pihak; Peningkatan sumber daya manusia diantaranya 200 visa magang profesi di 9 sektor prioritas; dan Economic Powerhouse, dimana kolaborasi untuk menyasar pasar pihak ketiga.
Narasumber Ivan Tandyo, CEO dari Navanti Group, memaparkan usaha-usaha yang sudah dilakukan oleh Navanti Group dalam bidang perdagangan Indonesia dan Australia di berbagai bidang termasuk barang, properti dan jasa. Sebagai pelaku, Navanti Group salah satunya telah mengekspor peralatan-peralatan dapur dari Surabaya ke Australia secara regular. Secara spesifik, Ivan Tandyo memaparkan salah satu bisnis dari Navanti Group yang bernama 11th Space, dimana didedikasikan sebagai catalyst dan business hub bagi para pebisnis Australia dan Indonesia. Hal ini sudah diwujudkan dengan didirikannya co-working space di Collins St, Melbourne yang sudah berjalan dan tidak akan lama lagi akan berdiri juga di Jakarta. Dari segi pendidikan, Navanti Group mempunyai bisnis sektor dengan brand NCubation yang sudah sering memberikan workshop dan business coaching.
Selain sebagai penyedia fasilitator, 11th Space juga menawarkan jasa sebagai business partner untuk para pebisnis Indonesia, dimana akan mendapatkan keuntungan yang bisa didapatkan seperti personel yang sudah tersedia untuk dijadikan sebagai point di Australia.
Narasumber Taufiq Setyawan dari Pertamina, memaparkan alasan-alasan utama mengapa Pertamina Lubricants harus membuka pasar di luar Indonesia yang dimulai pada 2007-2008. Di Australia sendiri dimulai pada tahun 2010 dan salah satu keberhasilannya yaitu sudah memasuki bengkel-bengkel resmi Toyota. Selain di bidang otomotif, Pertamina Lubricants juga sudah berhasil memasuki atau mensuplai di pasar industri manufaktur dan pertambangan.
Beliau secara khusus memaparkan Australia sebagai pasar yang menarik bila dilihat dari pendapatan perkapita yang kurang lebih $57,000 per tahun, dengan penduduk yang sepersepuluh dari penduduk Indonesia. Khusus di bidang otomotif, pasar Australia terbuka untuk barang-barang spare-part automobile, chemical, dan tenaga mekanik. Untuk peluang yang terakhir, hal ini masih perlu untuk lebih didalami mengingat ketentuan imigrasi dan ketenagakerjaan di Australia yang ketat.
Secara keseluruhan acara diskusi berjalan menarik, sebagian besar pertanyaan yang disampaikan oleh para peserta di chatbox pada hal-hal yang bersifat teknis, seperti dari salah satu manufaktur alat-alat kesehatan yang menanyakan soal peluang untuk ekspor ke Australia dan regulasi khusus yang harus diikuti tentang produk tersebut. Sebagai penyelenggara, IDN Australia berharap untuk bisa membantu mencetak entrepreuner diaspora baru yang bisa membantu meningkatkan perdagangan antara Indonesia dan Australia. [IM/IW]