Sydney Opera House

617
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Cerita Si Keong Paling Terkenal Di Dunia (Bagian 1)

Landmark kota Sydney ini setiap tahunnya menyambut sekitar 10, 9 juta turis. Benar. Nggak afdol memang kalo ke Sydney tapi nggak mampir ke Opera House. Di balik keunikan desain dan kecintaan Australia terhadapnya, mari kita telusuri cerita di balik “si keong” yang legendaris ini.

Sejarah Tanah
Opera House terletak di tanah yang bernama Tubowgule. Tanah ini merupakan kawasan suku-suku Aborigin berkumpul untuk berbagai perayaan dan adat istiadat. Setelah Inggris masuk ke Australia, kawasan ini mengalami banyak perubahan, yaitu dengan didirikannya sebuah benteng militer, pusat transportasi, dan sampai akhirnya menjadi ibukota Australia.

Tubowgule kemudian berubah nama menjadi Bennelong Point yang diambil dari Woollarawarre Bennelong, seorang Aborigin dari suku Wangal yang dulunya tinggal di sana dan menjadi penjembatan antara warga Eora dan warga Inggris saat itu.

Pada tahun 1947, Sir Eugene Goossens, seorang pengarang musik dari Inggris, pindah ke Sydney untuk menjadi konduktor di Sydney Symphony Orchestra. Ketika tiba di Sydney, dia terkejut bahwa Sydney tidak punya ruang konser yang memadai bagi masyarakat yang mencintai musik. Sir Goossens telah bekerja sebagai konduktor orkestra di Amerika Serikat selama 20 tahun, dan semuanya dilakukan di ruang khusus konser.

Pada waktu yang sama, seorang pekerja kereta api bernama Joseph Cahill memutuskan untuk masuk ke dunia politik dan berhasil menjadi Premier NSW. Sebelumnya, Cahill menjabat Minister of Public Works, dan dia sangat semangat dalam memberi kesempatan bagi semua orang untuk menikmati musik berkualitas tanpa batasan kelas sosial dan latar belakang. 

Begitu menjadi Premier NSW, Cahill menjanjikan dibangunnya sebuah opera house untuk Sydney,
dan ide ini mulai lepas landas ketika ia mengadakan sebuah konferensi di tahun 1954 untuk membangun dukungan bagi proyek ini.

Visi Cahill dalam membangun sebuah opera house tidak hanya akan menjadi sebuah gedung sementara, tetapi akan terus menjadi ikon Australia selama ratusan tahun ke depan. Tahun berikutnya, Bennelong Point dipilih sebagai tempat dibangunnya proyek ambisius itu, dan di tahun 1956 dimulailah kompetisi internasional untuk desain gedung terbaik.

Si Keong Karya Arsitek Denmark
Pada 9 April 1956, seorang arsitek dari Denmark bernama Jørn Utzon merayakan ulang tahunnya yang ke-38 dan pada hari itu juga memutuskan untuk menggambar sebuah desain untuk kompetisi opera house. Utzon mempelajari banyak peta laut mengenai Sydney Harbour untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai lansekapnya. Selain itu, dia juga mendapatkan banyak inspirasi dari Istana Kronborg yang terletak di sebuah tanjung di atas selat antara Denmark dan Sweden, dekat rumahnya di Hellebaek.

Dia menggambar sebuah desain yang sangat unik dibanding desain lainnya, yakni meletakkan semua ruang konser bersebelahan dan mendesain atapnya menyerupai kerang. Ujung-ujung atapnya juga bergantung di atas air, untuk menimbulkan bayangan tebing-tebing yang mengelilingi Sydney Harbour.

Sesaat sebelum kompetisi ditutup pada Desember 1956, Utzon mengirim desainnya. Sebenarnya ia hanya mengikuti kompetisi hanya untuk mengetes keterampilannya dalam mendesain bangunan.
Tak disangka, ia keluar menjadi pemenangnya! Keempat juri sepakat bahwa desain Utzon sangat orisinal dan bahkan sedikit kontroversial saat itu, dan diyakini akan bertahan dan tetap modern dalam puluhan tahun ke depan. Desain Utzon juga merupakan satu-satunya yang melihat potensial yang unik dari lokasi opera house.

Pembangunan Dimulai
Setelah dinobatkan sebagai pemenang, Utzon, yang terinspirasi oleh keyakinan para juri, memutuskan untuk menerima proyek ini. Dia bekerjasama dengan seorang insinyur bernama Ove Arup dan timnya untuk membangun Sydney Opera House. Namun, ketika mereka mulai proyek pembangunan, timbullah beberapa masalah.

Salah satunya adalah sifat tanah. Sebelum konstruksi dimulai, tanah Bennelong Point tidak disurvei secara teliti, dan mereka menemukan bahwa area bangunan ternyata bukan terbuat dari limestone melainkan tumpukan aluvial yang menyerap air laut dan tidak bisa menahan berat struktur yang telah direncanakan. 

Akibatnya, mereka perlu menggunakan tiang-tiang dan pondasi semen yang tidak termasuk dalam anggaran yang diajukan. Masalah kedua adalah berat atap yang pada saat itu masih belum ditentukan, sehingga susah untuk memastikan struktur yang diperlukan untuk menyokong atap tersebut.

Di saat itu, Cahill sudah mulai menua dan walaupun dia terpilih sekali lagi sebagai Premier NSW, dia tahu bahwa kompetisi politik semakin lama semakin ketat. Saking takutnya bahwa rencana Opera House bisa dibatalkan oleh pemerintah, dia mendorong konstruksi untuk mulai walaupun desain belum lengkap. Tujuh bulan kemudian di Oktober 1959, Cahill tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal dunia. Sebelum dia meninggal, dia meminta temannya yang pada saat itu menduduki jabatan Minister of Public Works untuk memastikan proyek Opera House tidak gagal.

Seiring dengan pembangunan podium Opera House, Utzon harus memikirkan cara untuk membangun atapnya yang berbentuk kerang. Namun, selama tiga tahun, dia tidak menemukan solusi, sampai akhirnya ia menyadari bahwa tiap bentuk kerang yang terlihat sangat berbeda sebenarnya bisa dibangun on the surface of a sphere. Ini membuat desainnya menjadi memungkinan secara matematis dan dijuluki “The Spherical Solution”.

Namun, saat pembangunan atap pada tahun 1963, ketegangan mulai naik antara Utzon dan pemerintah NSW. Estimasi biaya untuk membangun Sydney Opera House yang awalnya berjumlah
3.5 juta pound, meningkat menjadi 13.7 juta pound. Pemerintah juga mulai lebih vokal tentang keinginan mereka terhadap desain interior gedungnya seperti jumlah duduk di tiap concert hall,
dan ini menimbulkan ketegangan antara para insinyur dan arsitek.

Ove Arup yang selama ini merupakan partner Utzon juga mulai mengundurkan diri dari proyek ini karena ingin pensiun. Penggantinya ragu bahwa Utzon sanggup untuk menghasilkan gambar-gambar yang mereka perlukan untuk maju ke tahap selanjutnya, yaitu untuk membangun interior Opera House. Tanpa rekan dan teman baiknya, Utzon terus mengalami konflik yang meningkat dengan semua pihak.

Lalu, apa yang membuatnya akhirnya mengundurkan diri dari proyek yang begitu signifikan ini?
Dan bagaimana Sydney Opera House akhirnya diselesaikan ketika mastermind-nya disingkirkan dari bangunannya?

Nantikan ceritanya bulan depan, ya. [IM]

 

Previous articleTelur Paskah: Sumber Kehidupan Baru
Next articleRahasia Manis Suksesnya Mixue