Saat Cinta Menjadi Gila Cinta

626
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Baca Ini Kalau Kamu Pernah ‘Stalking’ Si Mantan
Di dalam buku barunya, seorang psikolog klinis membeberkan kasus-kasus nyata mereka yang terobsesi akan cinta.

Selama berpuluh tahun, psikolog klinis Frank Tallis merawat/menyembuhkan pasiennya yang menderita apa yang disebut “lovesickness”. Kini, alih profesi sebagai penulis penuh waktu, Tallis mengumpulkan kasus-kasus istimewa di buku terbarunya, “The Incurable Romantic: And Other Tales of Madness and Desire” (2018). Ia pun pun berbicara tentang cinta dan kegilaanya dan hubungan keduanya.

Menurut Anda apakah cinta sebuah penyakit mental?
Cinta dapat menjadi pengalaman hidup yang powerful atau melemahkan mental. Orang seringkali mengalami cinta yang tidak begitu menyenangkan. Kamu bisa mengatakan bahwa konsep cinta romantis itu sama sekali nggak ada, karena kepercayaan yang dihubungkan dengan cinta romantis nggak ada hubungannya dengan kenyataan hidup. Konsep yang mengatakan bahwa ada seseorang istimewa di luar sana yang menjadi jodohmu–walaupun kuat dipercaya–sama sekali tidak berdasar. Konsep ini hanya terjadi di film-film Hollywood dan novel romantis. Kenyatannya, ada satu orang, betul, tapi dibagi dengan banyak orang.

Apakah kami semua berisiko terkena gila cinta?
Melihat fungsi yang bisa kamu jalankan di dunia ini, gila cinta seharusnya bukanlah jadi masalah. Satu contoh yang membuat sikap biasa menyembunyikan indikasi gila cinta (psikopatologi) adalah menguntit (stalking). Hal itu sangat menganggu, dan menjadi perbuatan yang sangat serius. Namun, jika kamu berbicara tentang bagaimana orang bersikap saat sedang pacaran, mereka akan bilang mereka menunggu di suatu tempat dan datanglah si pacar. Ada bentuk-bentuk ‘halus’ stalking yang kita lakukan. Perhatikan lebih dekat perilaku ini dan dengan cepat kamu akan menemukan makna pelecehan atau berkelakuan yang mengganggu. 

Lalu, apa yang terjadi?
Pada pasien-pasien yang saya rawat, hidup mereka jadi berantakan. Dan, tentu saja, saat cinta salah berbelok, kamu akan mengalami berbagai masalah yang hasilnya adalah tergila-gila (pada seseorang), kecemburuan yang bersifat psikopatologis, patah hati, ketergantungan yang nggak wajar dan kecanduan. Ada tahapan psikiatris yang jelas sampai ke tahapan jatuh cinta. Jatuh cinta membutuhkan keseriusan.

Lho, kita memang bukannya serius ya kalau jatuh cinta?
Selama ribuan tahun, para dokter mengenali lovesickness dan kondisi-kondisi rindu mendalam dan hasrat sebagai kondisi medis. Lalu hal itu semua digantikan dengan ketertarikan seksual. Kita tidak melihat cinta romantis sebagai pertimbangan dari sudut pandang kejiwaan. Kebetulan, saya mendalami pelatihan klinis di bidang psikologi selama delapan tahun. Selama itu pula saya belajar secara formal tentang cinta dalam hal cinta pada pasangan yang memiliki hubungan.

Mengapa ada yang orang yang lebih rapuh terhadap cinta, sedangkan lainnya tidak?
Kamu bisa berspekulasi tentang kerapuhan biologis di dalam otak mereka, atau tentang sejarah percintaan mereka. Contoh, orang yang sangat tidak aman karena tidak dicintai sewaktu kecil menjadi lebih rapuh terhadap kecemburuan psikopatologis. Tapi, faktor yang membuat seseorang rapuh berbeda-beda.

Apa yang kita tahu tentang hubungan cinta dan otak?
Ada sebuah kimia syaraf yang teridentifikasi mengandung hormon yang sifatnya seperti amfetamin dan opiat — racikan kimia yang dilepaskan saat orang jatuh cinta. Kondisi di luar normal ini dihubungkan dengan oksitosin, sebuah hormon hebat. Itu yang menjadi alasan saat jatuh cinta, orang yang kamu cintai menjadi semacam obsesi.

Apakah pasien Anda kebanyakan bermasalah dengan cinta dan hasrat?
Spesialisasi klinis saya adalah gangguan kecemasan dan lebih khusus lagi gangguan obsesif-kompulsif. Semakin banyak saya lihat pasien yang jatuh cinta, semakin banyak hubungan antara kondisi jatuh cinta dan penyakit obsesional yang bisa saya lihat.

Seperti perempuan yang jatuh cinta parah pada dokternya dan yakin si dokter membalas perasaannya?
Kondisi yakin bahwa cinta terbalas namanya sindrom de Clérambault, ini adalah delusi. Hal ini bukan kondisi biasa. Kita tidak hanya jatuh cinta pada seseorang tapi yakin banget orang itu memiliki perasaan yang sama, dan merasa itu ditakdirkan.

Pria yang Anda gambarkan “romantis abis nggak ada obatnya” tidak bisa menerima putusnya hubungan. Apakah kondisi lebih umum?
Ya. Dalam hal ini, romantis abis dan nggak ada obatnya, juga merupakan gejala sindrom de Clérambault. Kamu jadi menguntit (stalking), dan sangat terobsesi, merasa kamu hanya akan bahagia jika bersanding dengannya. Ada penyangkalan kenyataan yang luar biasa. Orang yang mengalami hal ini biasanya akan berdalih, “Aku tahu dia bilang nggak mau melihatku lagi. Aku tahu dia mengancam akan telepon polisi — Tapi, kalau aku punya semenit saja untuk meyakinkan dia, pasti bisa deh.” Orang-orang seperti ini sangat ada.

Bagaimana dengan pria yang tidur dengan 3,000 pelacur? Menurut Anda dia memang ketagihan, tapi bukan dengan seks.
Itulah yang menarik. Di dalam praktik klinis, kita menemui banyak banget kasus ketagihan seks, walaupun nggak seheboh kasus tidur dengan 3,000 pelacur. Yang sangat menarik tentang pria ini adalah, baginya, seks adalah sebuah cara untuk membentuk hubungan dengan pelacur dan tujuannya agar mereka jatih cinta padanya. Dia ketagihan perasaan sedang jatuh cinta. Saat dia berhasil membuat mereka bilang, “I love you”, dia pergi, deh.

Sedih amat!
Memang. Kita harusnya tidak boleh membiarkan rasa penasaran atas fenomena ini menutupi kesedihan kita. 

Terus, Anda merasa membantu mereka?
Buku saya berjudul “The Incurable Romantic”. Kadang, tidak ada obatnya. Seringkali, cara kita melihat psikoterapi nggak realistis. Yang benar itu nggak terprediksi, messy, dan nggak terkontrol. Ada saja yang terjadi, orang bisa ngomong dan melakukan hal-hal yang kita nggak perkirakan, terus jalan buntu. Kadang-kadang, orang menghilang. Kamu nggak pernah tahu akhir ceritanya. Saya sengaja mengambil kasus-kasus yang sulit untuk ditangani atau hasil akhirnya mungkin tidak memuaskan. Saya harap, buku ini jadi lebih menarik.

Menurut Anda, siapakah orang-orang yang harus berhati-berhati terhadap cinta-gila ini?
Siapa saja yang pernah meng-Google mantan pacar atau cari tahu di Facebook. Semakin cepat mengakuinya, hal itu akan membawa kamu ke tempat-tempat yang menarik, salah satunya mengetahui dan memahami bagaimana pikiranmu bekerja, pentingnya cinta, dan menyadari betapa rapuhnya cinta. [IM]

 

5 Tanda Sakit Cinta

Tentu saja cinta membawa banyak manfaat. Hanya saja, kadaaaang, panah cinta menghujam ke bagian yang paling sakit. Ouch!

1. Demam Asmara
Napsu makan, gone! Tidur? Nggak bisa! Kepala terasa kliyengan dan super-ringan.
Radang? Flu? Dua-duanya bukan! Ah, ternyata, kena demam asmara.

Pantas saja, kalau diperiksa ke dokter, nggak ada biang keroknya. “Karena sebagian dari genetika kita adalah mahluk tribal (kelompok), kimia tubuh kita melepaskan perasaan lebih nyaman saat kita berada dalam status “in relationship” dan nggak nyaman saat berpisah dengan si sayang,” jelas Joseph Hullett, MD, direktur medis senior OptumHealth Behavioral Solutions di Minnesota.

Selama bukan-bulan awal pacaran, kimia otak yang terpicu termasuk neurotransmitters phenethylamine, dopamin, norepinephrine, dan oksitosin — aka hormon cinta. Oksitosin adalah transmiter syaraf kenikmatan dan kepuasan yang kuat dan membantu dua orang terikat, lanjut Dr. Hullett. Sisi lainnya, kimia-kimia ini jugalah yang menghilangkan kehilangan selera makan, nggak bisa konsentrasi, dan susah tidur. Sejalannya waktu, efek ini akan menghilang, kata Hullett.

2. Kesengsem: Ketagihan (Perasaan) Cinta
Bagi sebagian orang, sakit cinta melebihi rasa perut melilit, seperti main fisik saja. Contoh: jantung berdebar, jantung ser-seran, napas jadi pendek-pendek, mules, amnesia, dan gilanya lagi, bisa bikin depresi. Semuanya ini jelas bikin kamu nggak bisa berfungsi normal. Nah, inilah yang namanya kesengsem. Kondisi ini ditandai dengan perasaan tertarik yang sangat kuat pada seseorang. Sebagaimana obsesi, kesengsem pun ingin “gayung bersambut”.

“Level genetik kimia yang bernama monomine oxidase membuat beberapa orang lebih rentan terkena ketagihan ini, salah satunya bisa benar-benar cinta,” terang Hullett. “Orang yang mengalami kesengsem ini cenderung sering jatuh cinta sekaligus putus cinta, dan terus saja berada dalam kondisi itu.”

3. Putus Cinta
Siapa pun pun yang pernah mengalami putusnya hubungan dengan cara yang nggak enak pasti pernah merasakan betapa dashyatnya pengaruh putus cinta pada kesehatan. Sebuah penelitian dalam jurnal psikologi menunjukkan bahwa 58 persen partisipan mengalami efek setelah putus yang serius, seperti depresi, insomnia, dan pikiran kacau karena cinta yang gagal.

Plus, hilangnya love hormones yang dashyat itu, tambah Hullett. “Alih-alih menyenangkan, kamu bisa mengalami depresi, stres, dan gundah gulana,” katanya lagi. Bagi sebagian orang, kehilangan cinta ini hampir setara ditinggal mati orang yang dicintai.

Umumnya, orang memerlukan 6 sampai 24 bulan untuk mengatasi patah hati ini. Tapi, kalau parah banget, segera cari pertolongan, ya…

4. Sindrom Patah Hati
Bayangkan skenario ini: seorang pria tua meninggal dunia tiba-tiba, lalu beberapa hari kemudian istrinya selama 60 tahun yang tengah patah hati menderita sakit dada.

Dalam komunitas medis, sindroma patah hati ini memiliki nama cardiomyopathy. Gejalanya mirip serangan jantung, termasuk napas pendek, gagal jantung, dan perasaan mau mati. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine melihat 19 wanita tanpa riwayat sakit jantung. Namun, stres karena patah hati yang mereka alami menyebabkan tubuh melepaskan hormon-hormon yang bertanggung jawab atas reaksi yang tak terperi. “Reaksi stres seperti ini menyebabkan darah membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang dapat memicu serangan jantung,” demikian Hullett.

5. Depresi Menular
Kita pasti tahu kalau kita bisa tertular flu dari pasangan kita. Tapi, tahu tidak kalau depresi dia pun bisa menular ke kita? Meskipun pikiran, secara teknis, tidak menular, riset menunjukkan bahwa orang yang sedang dilanda perasaan nggak menentu secara negatif berdampak pada orang di sekitarnya.

Bahkan, ‘a madness shared by two,’ adalah gangguan klasik di mana dua orang dalam sebuah hubungan mulai meniru ekspresi dan mood satu sama lain (mirroring),” kata Hullett. Jika salah satu pasangan tengah depresi, yang lainnya bisa jadi mulai mengalami perasaan yang sama. Untunglah, dengan memberi semangat si dia, perasaan kita pun juga dengan sendirinya akan kembali semangat! [IM]

 

Would I Do Anything For LOVE?

Pembaca INDOMEDIA berbagi kisah cinta sebagai inspirasi dan koreksi.

Adam Tedja – Homebush

Apa arti cinta? Pengertian saya akan cinta itu masih terus menerus “evolving”. Sampai saat ini saya masih belajar. Kalau saya refleksi dari kehidupan saya, seperti ini:

1. Waktu saya sangat kecil, cinta itu disiplin: Orang tua menunjukan cinta dengan mendisiplinkan anak-anaknya. Walaupun disiplin, hal seperti itu di negara Barat bisa dikatakan “abuse”. Kita (sort of) menerima itu sebagai cara mereka mencintai anak anaknya. We wanted their patience and guidance but we get disciplined – but to them discipline is love.

2. Ketika saya agak besar: Papa saya menunjukan cintanya “by providing for us”. Sering sekali kita lihat di film orang Asia, yang papanya pulang kerja kecapaian, lalu melihat anaknya dan hanya ada satu perkataan keluar dari mulutnya,“Kamu sudah makan?”.

Besoknya, papa kembali bekerja. Demikian terus berulang lagi dan lagi. Bagiku, hal itu seperti seolah-olah si papa mengingatkan anaknya, “Papa sibuk cari makanan buat kamu”. Don’t ask for anything else! We wanted his time and his attention, but to him by being our provider is love.

3. Setelah saya sendiri menjadi seorang bapak: Saya belajar hal lain dari cinta. Saya baru mengerti kenapa waktu saya masih seatap dengan Mama. 

Dia selalu bilang, “Mama tidak suka makan paha ayam. Mama sukanya leher. Paha ayam buat anak-anak.” 

Mama selalu bilang, “Mama belum lapar. Kalian makanlah dulu.”

Ia juga selalu bilang, “Mama takut gemuk. Mama hanya mau makan kuah dan nasi supaya jangan gemuk.”

Waktu makan es shanghai, ia bilang, “Mama hanya suka es batunya. Kelapa, alpukat, dan sirupnya buat anak-anak.”

Then I know that’s my mum’s sacrificial love. Cinta yang penuh dengan rasa kasih sayang dan penuh dengan pengorbanan. Lalu, kita praktikan hal yang sama pada anak-anak dan pasangan hidup kita.

Gimana sih Anda menemukan “real love”?
Jangan dicari :). Karena, pengertian orang tentang real love itu sangat berbeda. Ada yang sampai puluhan tahun menikah, hanya tahu bahwa love is discipline (nomor 1). Atau, my way is love (nomor 2). Jadi, buah cinta itu adalah kontrol, dominasi, ego, dll.

“We love because He first loved us”. Real love hanya ada di God’s love. Betul-betul cinta yang tidak layak kita terima. Cinta kasih Tuhan yang dibayar dengan harga tertinggi, dibayar dengan kehidupan Putra-Nya untuk musuh yang tidak layak, untuk memberikan kebahagiaan terbesar. Jadi, would I do anything for love? NO! But, I would do anything to give my love for my wife and my family because I learned and I am still learning from the best: my mum, my dad, my wife, and Jesus.

Cahtrin Zeta – Ultimo

Apa arti cinta?
Cinta itu adalah perasaan yang muncul ketika dua orang yang sudah kenal baik, lama atau belum lama, saling menunjukkan rasa ingin mengenal lebih dalam lagi, mengerti, menyayangi, dan mendukung satu sama lain, baik pasangannya sedang di dalam sebuah masalah besar maupun kecil. Keduanya akan tetap bersama dan berjuang.

Apa arti “toxic love” untuk Anda?
Toxic love adalah sebuah kisah kasih atau percintaan yang tidak didasari oleh cinta sejati atau cinta yang sebenarnya. Kata lainnya adalah cinta yang hanya mementingkan sesuatu di dalamnya, atau hanya menginginkan sesuatu yang baik bagi dirinya sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaan pasangannya.

Pernah nggak punya pengalaman dengan “toxic love”? Pernah

Bagaimana Anda mengakhirinya?
Segera menyadarinya, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan tersebut.

Gimana sih Anda menemukan “real love”?
Menurut saya, cara menemukan “real love” itu sangat membutuhkan perjuangan dan waktu di dalam segala relasi antara saya dengan yang lain. Perjuangan ini bisa merupakan tampil apa adanya di depan pasangan, sabar, dan mengasah kepekaan pada pasangan. Dengan dasar ini, kita akan bisa mengetahui mana orang yang benar-benar mencintai kita dan atau juga sebaliknya.

Andrew and Juanita Kusnadi
– Lane cove

Apa arti cinta?
Mencintai sesorang adalah mengasihi dan membuat sesorang itu bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Mengasihi dalam keadaan apapun.. disaat terpuruk sekalipun.. tidak meninggalkannya.

Apa arti “toxic love” untuk Anda?
Mencintai seseorang tanpa sadar menyakiti diri sendiri, merubah diri sendiri demi orang lain, melakukan segalanya demi orang yang dicintai, merugikan diri sendiri maupun orang terdekat si orang yang dicintai, cuma sekedar memanfaatkan segalanya dari pasangannya dan tidak ada rasa cinta atau mengasihi.

Pernah nggak punya pengalaman dengan “toxic love”?
Yess, ketika pasangan saya dikala itu benar-benar memanfaatkan saya hanya demi sebuah surat kelegalan dari sebuah negara. Sekalipun hubungan saya sudah berjalan cukup lama tanpa sadar saya dimanfaatkan… dan ketika dia sudah memiliki apa yang dia mau, dia pun minta mengakhiri hubungan yang terjalin.

Bagaimana Anda mengakhirinya?
Kesepakatan dari kedua belah pihak.. mengakhiri segalanya..

Gimana sih Anda menemukan “real love”?
Melihat seseorang tidak dari casingnya saja, tapi isi hatinya terutama gimana kedekatannya kepada Tuhan dan keluarganya.

Mau berbagi semua cerita hidupnya.. mau saling support satu sama lain dalam keadaan apapun juga.. sekalipun harus berjuang dari nol melangkah bersama menjalani proses musim kehidupan untuk bisa menikmati bersama di hari tua.

Harper – Mosman

Apa arti cinta?
Jujur, nggak bisa menjelaskannya karena serumit itu menjalaninya. Hahaha.        Ada happy-nya, ada nggaknya juga.

Apa arti “toxic love” untuk Anda?
Hubungan yang hanya memenuhi ego
masing-masing.

Pernah nggak punya pengalaman dengan “toxic love”?
Nggak pernah.

Gimana sih Anda menemukan “real love”?
Yang penting saling sabar, dan sama-sama mau belajar dari kesalahan. [IM]

 

Previous articleGamelan Bali Sambut Mahasiswa Internasional di Canberra
Next articleLebih Dekat, Lebih Akrab Dengan Bapak Dubes RI Untuk Australia, Dr. Siswo Pramono