HIDUP (lebih) NYATA

2937
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Di jaman seperti sekarang ini, yang namanya media sosial bukanlah sesuatu yang aneh atau asing. Berbagai jenis media sosial pun sudah akrab bagi jari jemari kita yang tiap hari sibuk mengaksesnya. Sebut saja Facebook, Instagram, Snapchat, Youtube, adalah beberapa media sosial dengan pengguna terbanyak. Kehadiran media sosial memang cukup banyak membawa hal positif, misalnya saja kita dapat terhubung kembali dengan teman atau saudara yang sudah lama tidak pernah berkomunikasi. Dengan adanya media sosial, komunikasi pun kembali terbentuk dengan gaya yang berbeda.

Kalau dulu orang berkomunikasi terbatas dengan media semacam surat, telpon, dan SMS saja, kini kita bisa dengan bebas memilih media sosial mana yang mau kita jadikan sebagai alat komunikasi. Bentuk komunikasi di era sekarang pun meluas dalam arti kita tak lagi perlu bertanya “Hai, apa kabar?”, “Gimana hidupmu?”, “Lagi sibuk apa nih?”, dan kalimat tanya standar lainnya karena banyak orang yang sudah memberi tahu hidupnya lewat media sosial yang mereka miliki. Lihat saja dari postingan status bernada curhat, informasi tempat mana yang sedang didatangi, atau kumpulan foto keseharian dari pagi sampai malam.

Dari sanalah, banyak orang yang seringkali menyimpulkan kehidupan orang tanpa menjalin komunikasi secara langsung atau nyata. Sadar atau tidak, budaya berkomunikasi melalui media sosial membawa dampak lain jika keseringan menggunakannya. Kebanyakan para pengguna media sosial tidak menyadari dampak yang ditimbulkan jika terus-terusan menggunakannya. Contohnya adalah Facebook. Situs pertemanan ini bisa membawa pengaruh negatif jika tidak menyikapinya dengan benar.

Fenomena kemunculan situ-situs jejaring sosial semacam Facebook ini dapat memberi dampak yang cukup signifikan dalam mengubah pola interaksi sosial antara sesama manusia dalam berkomunikasi. Masyarakat yang aktif di media sosial, belum tentu aktif di dunia nyata. Dalam hal interaksi secara langsung, mereka masih kurang bahkan jarang. Mereka bisa menghabiskan waktunya hanya dengan bermain dengan media-media sosial yang ada.

Masyarakat yang masih mengandalkan media sosial sebagai alat komunikasi, apabila kurang berhati-hati dalam menyikapinya bisa saja melupakan teman-teman yang ada di sekitarnya. Mereka selalu berkomunikasi melalui media sosial tanpa bertemu langsung. Karena kurangnya bertatap muka, bisa jadi seseorang jadi kurang mahir dalam berbicara ataupun bekerja dalam sebuah pekerjaan yang menuntut ia untuk berbicara. Lama kelamaan seseorang dapat melupakan kehadiran kehidupan nyata yang ada di sekitarnya.

Fenomena chatting, videocall, comment, update status, yang selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari seolah sangat penting. Tak jarang jika seseorang bertemu dengan sesama teman penggunanya secara langsung hanya untuk mengatakan pesan, “like statusku”, “balas komenku”. Bertatap muka pun beralih ke dunia maya, berkomunikasi pun cukup dengan media sosial. Apalagi media sosial yang didukung dengan aplikasi tambahan yang cukup menghibur. Mereka terjebak di dunia maya seakan tidak ada habisnya. Para pengguna internet hanyut dalam realitas virtual yang bersifat fantasi belaka.

Kita seharusnya cepat untuk sadar bahwa internet dan media sosial itu hanyalah selingan. Ibarat tayangan televisi, hal tersebut hanyalah sebuah “iklan”. Sifatnya hanya sebentar, tempat mampir sejenak jika kita ada waktu luang. Kehidupan utama kita adalah di dunia nyata, bukan di dunia maya. Waktu kita harus lebih banyak dengan interaksi yang nyata ketimbang terus-terusan asik di dunia maya. Dan ada baiknya untuk memperhatikan kondisi hati dan jiwa kita. Jangan sampai apa yang kita lihat, baca, dan dengar di media sosial tidak menghadirkan sebuah dampak yang positif.

Pilih dengan siapa kita berinteraksi, sering-seringlah memilah friendlist, dan bersih-bersih timeline. Kalau belum tega nge-remove, monggo di-hide atau ignore aja. Lagian, tidak ada yang melarang juga untuk melakukan itu semua. Pastikan timeline media sosial kita bersih dan hanya memberi pengaruh positif, karena bergaul dengan orang-orang yang positif banyak manfaatnya, begitu juga sebaliknya. Dengan menyortir hal-hal yang negatif, kita tidak perlu terpancing untuk mengomentari hal-hal yang tidak penting. Sosial media itu seperti juga rumah. Jangan lupakan sopan santun dalam bertamu dan memberi komentar di media sosial milik orang lain. Sebaliknya, kita juga berhak untuk memilih siapa saja yang boleh masuk, juga siapa saja untuk keluar jika kita tak berkenan.

Sebagai saran, kalau memang masih dirasa kurang memberi manfaat bahkan malah justru mengganggu hidup kita, mungkin ada baiknya beristirahat sejenak dari media sosial. Saat kita tak lagi sibuk dengan urusan caption apa yang harus ditulis, filter foto apa yang harus dipakai, sudah dapat berapa banyak likes dari foto yang diposting, dan serangkaian hal-hal sebenarnya tidak terlalu penting, maka kita akan lebih terhubung dengan dunia nyata yang juga bisa mendatangkan hal-hal seru lainnya. Belum terlambat kalau mau mulai, mumpung masih tahun baru.

Previous articleNew Leaders of UTS & University of Sydney
Next articleAll Things Local – SURRY HILLS