Pagelaran Seni Budaya Indonesia Tampil Memukau Warga Sydney

429
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Informasi yang tersebar luas melalui medsos dan bisik-bisik diantara teman-teman akan adanya program keren dengan tema “Indonesia by the Harbour” membuat masyarakat dan friends of Indonesia di Sydney tak sabar menunggu.

Sudah seminggu hujan mengguyur Sydney, dan harapan cuaca cerah pada saat acara digelar pada hari Sabtu 25 November pun sirna, tidak terjawab.

Acara yang semula diadakan di tempat terbuka di Overseas Passengers Terminal (OPT) — tepat di jantung kota Sydney dengan latar belakang Opera House dan Harbour Bridge dimana para turis dan warga Australia berakhir pekan dengan keluarga — terpaksa harus dipindahkan ke tempat tertutup, tidak jauh dari lokasi semula tepatnya di Cargo Hall OPT.

Hal ini tidak mengurangi minat masyarakat Australia yang ingin tahu seperti apa acara yang digelar dan kerinduan masyarakat Indonesia sekaligus ajang silaturahmi bertemu sahabat. Panitia pun bekerja keras semalam suntuk untuk memindahkan peralatan,  merubah gedung dengan dekorasi khas Indonesia dengan menempatkan 2 becak di pintu masuk.

Acara digelar atas kerjasama Konsulat Jenderal RI Sydney, Garuda Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Indonesia (BI), Kementerian Hukum dan HAM, Indonesian Trade and Promotion Centre serta Indonesian Investment Promotion Centre dalam rangka mempromosikan tempat wisata, budaya Indonesia melalui pagelaran tari, musik, kuliner dan produk-produk Indonesia.

“Welcome to Country”, upacara tradisional Australia yang dilakukan untuk menyambut tamu yang hadir, dibawakan oleh Elder Gumaroy Newman sekaligus membuka festival Indonesia by the Harbour. Ini juga menggambarkan persahabatan antara kedua negara, Indonesia dan Australia.

Disusul dengan pemukulan gong oleh Konsul Jenderal RI, Verdi Kurnia Buana, Kepala Dinas Perindustrian dan Investasi Propensi Sum-Bar, dan Tamu Kehormatan Deputy Lord Mayor of Sydney, Robert Kok.;

Acara yang dibuka untuk publik secara cuma-cuma dari jam 12 hingga jam 9 malam ini memberi kesempatan kepada pengunjung untuk mengenal lebih dekat dan menikmati kekayaan dan keberagamanan budaya Indonesia. Penampilan tarian tradisional dan modern tetap mencerminkan kebudayaan Indonesia yang kental.

Stand Garuda Indonesia dan Imigrasi tampak ramai dikunjungi tamu yang ingin mendapat informasi terkini tentang pariwisata, juga kemudahan visa untuk warga Australia serta kebijakan Golden Visa.Tampak juga antrian panjang baik masyarakat Indonesia maupun warga Australia yang ingin mencicipi masakan Indonesia seperti nasi bungkus khas restoran Garam Merica, gado-gado, cendol hingga mie kocok dan batagor dari restoran Mie Kocok  Bandung.

Sambil menikmati makanan, mereka dihibur dengan program padat tarian yang dipersembahkan oleh Suara Indonesia Dance group pimpinan Alfira dan Murtala yang membawakan beberapa tarian seperti Tapuak Galembong dari Sumatera Barat, Ratoh Duek Aceh dan Tari Topeng Jawa Tengah. 

Dari Nusantara Sydney Dance menampilkan Tari Giring-Giring dari Kalimantan, Tari Piring, Pencak Silat, Martial Art yang didatangkan dari Sumatra Barat serta alunan indah Gamelan Bali dari Bali Community yang serasa membawa pengunjung ke Pulau Dewata. Beberapa remaja dari Sanggar Tari Bali Saraswati pimpinan Kadek Novi terlihat berjejer berpakaian khas Bali, menarik pengunjung untuk mengambil photo bersama.

Peragaan busana berlabel “Batik Chic” menampilkan kreasi designer bertaraf International Novita Yunus, yang namanya tidak asing lagi di dunia fashion. Busana ciptaannya dibawakan oleh artis Indonesia yang bermukim di Australia seperti Acha Septiana dengan putrinya ciliknya, Acha Sinaga dan para model lokal yang tampil secara profesional dalam balutan batik yang dirancang simple dan elegan. Perpaduan seni, cermin leluhur bangsa Indonesia dipadu dengan aksesoris unik disambut meriah dan decak kagum dari penonton.

Penambilan DJ dan group RAP, GC Worldwide mengajak hadirin bernyanyi dan berjoget memeriahkan suasana. Hujan dan mendung pun terlupakan.

Keseluruhan acara berhasil memukau pengunjung yang diperkirakan berjumlah 4000, yang terdiri warga Australia dan Diaspora Indonesia yang datang silih berganti. Mereka pulang membawa kenangan indah dan mengagumi seni budaya Indonesia yang kaya. [IM]

“Keragaman budaya kita membentuk karakter bangsa kita”

 

Oleh: Yoen Yahya
Foto: Yoen Yahya & KJRI Sydney

Previous articleKonferensi Next Leaders 2023
Next articleNovita Yunus, Pejuang Batik Di Balik Suksesnya Batik Chic ‘Keep Heritage Alive’