Menjajal Thredbo Pertama Kali

251
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Apa Yang Bisa Diharapkan? Dan, Apa Pula Yang Jangan Diharapkan?
Bagi yang sudah pernah ke sana, mungkin bisa nyambung, ya, dengan pengalamanku ini.
Tapi, bagi yang belum, pernah kesana, inilah hal-hal yang 
tak terduga, sekaligus menyenangkan bagiku! 

Minggu lalu, aku dan keluargaku berlibur ke Thredbo di kawasan Snowy Mountains. Inilah pertama kali kami ke sana, dan karenanya we didn’t really know what to expect. Yang pasti, aku telah lama menantikan bermain ski di sana yang harus dipendam karena COVID. 

Getting There
Kami memutuskan untuk menyetir ke Thredbo dari Sydney. Secara total, perjalanannya memakan waktu sekitar 8 jam, berikut istirahat dan makan siang.Berangkat dari Sydney sekitar pukul 10 pagi dan tiba sekitar 6 sore. Walaupun lama di jalan, aku nggak menyangka betapa lancarnya perjalanan kami. Aku tipikal orangnya yang mudah car-sick, tapi lewat tol, yang jalanannya lurus dan mulus, aku hampir nggak merasakan mual sama sekali. Meskipun demikian, karena kami berlima (aku, kedua sepupu cowok, om, dan tante) naik mobil MG3-ku yang kecil, ya, lama-lama agak terasa sempit juga. 

Selama perjalanan, aku melihat banyak sekali tempat beristirahat, sampai kami harus memutuskan untuk tidak berhenti melulu supaya perjalanan lebih cepat. Seru, deh, rasanya road trip bareng, sambil beli camilan dan foto-foto.

Thredbo Ski Village
Ketika akhirnya tiba di Thredbo, waktu sudah menunjukkan jam makan malam. Jujur, aku berekspektasi bahwa ski resort ini akan mirip dengan yang aku pernah kunjungi di Jepang, yaitu Karuizawa Prince Hotel Ski Resort. Di sana, ada area pertokoan, sebuah food court besar, dan sebuah minimart yang buka sampai malam. Disediakan sebuah shuttle bus untuk ke sana. Juga lobi hotel yang memiliki restoran bagus. Semuanya serba gampang di akses.

Eh, tentu saja ini Thredbo Ski Village, yang dibangun di sisi gunung. Awalnya, agak sulit untuk navigasi karena banyak tanjakan dan tangga batu yang licin akibat terlapis oleh salju dan es. Tanteku jatuh satu kali saking licinnya. But, don’t worry, she’s okay! Pada saat itu, beberapa restoran telah penuh dipesan. Akhirnya, kami menemukan sebuah restoran yang bernama Mad Mexican, tempat kami mencicipi sup bakkut ala Meksiko yang ternyata enak juga dan belum pernah aku temukan di tempat lain. 

Setelah makan malam, kami kembali ke The Lantern, penginapan kami yang berupa apartemen tiga kamar. Apartemennya sangat luas, dengan sebuah ruang tamu yang digabung dengan ruang makan, dapur yang luas dan lengkap dengan alat masaknya, dan dua kamar mandi. Di bagian belakang tersedia alat panggang. Awalnya, kami berniat BBQ-an sendiri, tetapi nggak jadi karena kedinginan. Namanya juga dari Jakarta, ya tentu saja lebih nyaman berselimut di sofa sambil ngobrol dan nonton Netflix. Kami juga akhirnya beli banyak mi instan dari supermarket di sana dan ber-Indomie party setiap hari. 

Buat kalian yang ingin pesan penginapan, lakukan jauh-jauh hari, ya. Jangan seperti kami. Akibat memesannya terlalu dekat dengan hari-H, harganya jadi mahal banget karena umumnya semua penginapan sudah dipesan. Jadilah kami hanya mendapat dua malam di The Lantern. Jangan lupa juga bawa bekal berupa bahan mentah atau sudah matang atau mi instan supaya nggak mesti keluar-keluar cari makan saat perut keroncongan. 

Main Ski
Di hari kedua, kami bermain ski. Ternyata, ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu menyewa peralatan ski dan juga membeli pass untuk bisa mengakses chairlift ke ski slopes. Harganya nggak terlalu mahal. Biar lebih hemat harga dan waktu, aku menyarankan untuk menyewa online sebelumnya agar bisa dapet diskon 20% dan tinggal ambil pass dari mesin yang disediakan.

The ski slopes were beautiful, though. Aku tetap bermain di area Easy-Does-It, yaitu area yang paling mudah. Jangan salah, itu pun memiliki pemandangan yang indah. Selama dua hari sebelum kami tiba, beruntung banget turun salju, jadi turunan ski terlapisi salju tebal lembut. 

Kedua sepupuku naik ke Gunbarrel yang membawa mereka lebih tinggi lagi. Wah, dari sana mereka bisa melihat seluruh kota Thredbo. Kata mereka, rutenya  mudah walaupun curam, dan sedikit mengerikan juga bagi mereka yang jauh lebih mahir dariku. Namun demikian, lain kali aku ke Thredbo, semoga aku sudah lebih mahir dan bisa naik ke turunan yang lebih sulit itu! Sebelum turun kembali ke area Easy-Does-It, mereka menemukan restoran yang dari sana dapat menikmati pemandangan super indah. 

Buat aku yang baru kembali ski lagi setelah lima tahun, area Easy-Does-It saja pun terasa sulit awalnya. Di Jepang, waktu itu, ada beberapa area yang nggak terlalu curam, tempat aku dapat berlatih dulu. Namun, area Easy-Does-It lumayan curam untuk tingkat pemula. Kalau teman-teman seperti aku yang sedang mencoba mengingat kembali caranya main ski, just get ready to faceplant a lot like I did! Untunglah, di menit-menit terakhir, aku memutuskan untuk mrmbeli celana ski yang waterproof! Meskipun jatuh beberapa kali, seru banget akhirnya bisa main ski lagi! Bener-bener kangen, dan puasnya ketika akhirnya ingat bagaimana kontrol kecepatan dan meluncur secara cepat. 

Pada hari ketiga, hari terakhir kami di sana, salju turun! Wah, indahnya! Sulit untuk berhenti merekam dan memfoto salju dan puncak-puncak gunung tertutup salju yang terlihat seperti di kartupos. Turunan ski terlihat berkelok-kelok putih dari puncak-puncak Snowy Mountains di antara pohon-pohon di bawah langit yang biru. Aku membeli segelas cokelat panas di sebuah kafe yang cantik banget, lengkap dengan marshmallows dan whipped cream. Ah, rasanya nggak mau meninggalkan Thredbo.

Wahh secara keseluruhan, puas banget deh dengan pengalamannya! Hal yang bikin nggak puas adalah kurang lama aja disana hehe. Rekomendasiku kalau mau ke Snowy Mountains dan akan nyetir kesana dari Sydney seperti kami, rencanakan dengan baik agar dapat menginap lebih lama agar perjalanan yang panjang itu lebih worth it. 

Bagi orang tuaku yang sudah mulai sulit menjalani tanjakkan dan kakek-nenekku yang sudah tua, menurutku sebaiknya mencari ski resort lainnya yang memiliki fasilitas lebih sesuai untuk mereka. Namun, I would highly recommend untuk jalan-jalan dengan teman-teman ataupun keluarga yang masih kuat jalan dan naik-turun tangga. You won’t be disappointed with the slopes and the snow! [IM]

Previous articleBenarkah “Elemental” Sekeren Yang Dihebohkan?
Next articleAnnual General Meeting Perdana