Dino Hamid & Dewi Gontha

1091
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Berasosiasi Agar Konser Musik Segera Kembali

Sampai sekarang konser musik masih mati suri. Di tengah bantingan keras, para promotor musik bersekutu mencari jalan keluar via APMI (Asosiasi Promotor Musik Indonesia). Mereka bersiasat untuk bangkit dalam waktu dekat. Dino Hamid dan Dewi Gontha menjawab situasi paling update atas apa yang terjadi di lanskap bisnis pertunjukan.

Dapatkah dijelaskan tentang APMI dan seluk beluknya?

Dewi Gontha: APMI (Asosiasi Promotor Musik Indonesia) adalah wadah komunikasi para promotor musik domestik dalam menciptakan visi dan misi melalui beragam program yang mengeksplorasi ide baru, edukasi, networking, dan pengembangan lainnya, dan sebagai proteksi bisnis sepanjang masa. Dino Hamid (Ketua Umum APMI) dan Dewi Gontha (Ketua Bidang Program & Investasi) didapuk sebagai pemuka komunikasinya.

Kapan tepatnya asosiasi baru ini digagas, dibentuk dan diresmikan?

Dino Hamid: Di saat semua lini bisnis konser terdampak pandemi, sejak bulan Juni 2020, kami semakin intens berkomunikasi. Dalam sebuah grup diskusi kecil, kami bertukar pandangan mencari solusi tepat guna untuk para penyelenggara kegiatan (event), pekerja, pengisi acara, vendor, tenant, pengelola venue dalam skala luas. Dan asosiasi adalah badan hukum yang paling akurat untuk menyampaikan aspirasi secara efektif kepada Pemerintah.

Tujuh orang Promotor Musik yang menjadi pendiri APMI adalah Dewi Gontha (Java Jazz Festival, Java Festival Production), Dino Hamid (Berlian Entertainment), Emil Mahyudin (Nada Promotama), David Karto (Synchronize Festival), Darshan Pridhnani (Hype Festival), Donny Junardy (Hammer-sonic Festival), dan Anas Syahrul Alimi (Prambanan Jazz, Rajawali Indonesia) akhirnya meresmikan APMI pada Hari Sumpah Pemuda tepatnya 28 Oktober 2020.

Apakah kita sama sekali tidak pernah memiliki asosiasi seperti ini sebelumnya? 

Dewi Gontha: Wacana mendirikan asosiasi sempat disampaikan oleh Bapak Adrie Soebono (JAVA Musikindo). Namun, saat itu semua promotor musik sibuk dengan portofolio bisnis individu dan sama sekali tidak punya pemikiran untuk bersatu. Namun, sebelumnya kami semua terhubung melalui PKPE (Persaudaraan Kami Pekerja Event), pendeknya kami sudah saling kenal. Fakta lainnya adalah kami seumuran dan satu visi untuk dinamika pemikiran jangka panjang.

Bagaimana dengan promotor musik lain yang jumlahnya cukup banyak
di Indonesia?

Dewi Gontha: Kami bergerak sangat cepat dan inisiatif ini dimulai dengan grup kecil terlebih dahulu. Kami berusaha untuk efisien di langkah awal, namun bila teman-teman merasa nyaman bergabung, tentunya akan terjadi konektivitas yang dinamis agar industri ini segera bangkit kembali seperti sedia kala. Secara qualititative, kami menerima beberapa anggota baru, seperti PK Entertainment, Mecima Pro, SoundProject,
dan Jazz Gunung.

Apa saja program-program yang telah dieksekusi sejak APMI sejak awal kehadirannya?

Dino Hamid: Selama 7 bulan terakhir, asosiasi telah melakukan beberapa misi
dan aksi sebagai berikut:

• Sosialisasi CHSE dalam bentuk event, yang bekerja sama dengan Kemenparekraf
di 3 kota besar Indonesia, yaitu Bali, Jogyakarta, dan Jakarta

• Melakukan pendekatan ke pihak stakeholder yaitu Kemenparekraf dan
Komisi X agar izin event konser dan festival dibuka kembali

• Melakukan inisiasi surat terbuka ke Presiden Jokowi dengan mengajak 13 Asosiasi
lainnya yang mempunyai korelasi dengan ekosistem musik dan event, dan menghasilkan pertemuan dengan KAPOLRI dan direspons secara positif dengan rencana dibuka perizinan di medio bulan juli mendatang

• Menjadi perwakilan Indonesia di forum Music Conference International
(life music forum Malaysia) 

• Saat ini dalam proses pengajuan dukungan stimulus dari Kemenko Ekonomi dalam program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional), agar saat izin dibuka, di masa adaptif, para pelaku industri event konser dan festival secara ekonomi juga didukung oleh pemerintah

• Melakukan beberapa konten edukasi dan project dalam bentuk webinar dan virtual (Contact Music Entertainment Week, Diskusi dengan APFI Alternatif Pendanaan Event, Konser, dan Festival oleh Fintech)

Pandemi telah lebih dari setahun, apa titik cerah untuk industri event aktif kembali?

Dino Hamid: Cerah seperti sebelum pandemi pastinya belum, karena kondisi sekarang masih tidak menentu. Biar pun program vaksin sudah berjalan, tetapi dalam perjalanan, kami berjuang keras untuk event kembali diizinkan. Sepertinya akan berjalan di semester ke-2 tahun ini dengan persyaratan prokes yang ketat.

Di negara yang berbeda, Live Event ada yang telah berjalan, apa yang harus dikoreksi di sini?

Dino Hamid: Ini yang harus kami buktikan bersama di saat event-event akan berjalan kembali mulai di bulan Juli nanti. [IM]

Penulis: Aldo Sianturi  |  Foto: Pribadi

Previous article“Untuk Ibu”
Next articleKrista Monica and Her Jazzy Voice