Ce Hun Tiaw, Cendol Segar Khas Pontianak

3184
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Ce atau Che? Lalu disambung dengan Hun Tiaw. Minuman menyegarkan dengan rasa juara. Di Jalan Waru banyak kuliner enak yang berbaris rapi. Di jalan Waru ini juga ada beberapa penjual Ce Hun Tiaw. Sekilas minuman segar ini mirip cendol dan dawet dari pulau Jawa.

Sudah tahu bedanya cendol dan dawet?

Hmmm saya juga ingat di Penang ada chendul yang juga hampir mirip tapi beda isiannya. Satu hal yang menjadi benang merah…… semuanya enak dan menyegarkan! Nyessss!

Paling tidak ada 3 penjual yang berderet disini yang menjual minuman ini dengan brand yang berbeda. Konon kabarnya mereka masih ada hubungan darah.

Oh ya, dalam bahasa Tio Ciu, Ce itu dari kata chiu ce yang artinya adalah ubi, Hun adalah tepung dan Tiaw artinya balok memanjang seperti mie sedangkan Che adalah hijau. Saya menyimpulkan berarti Ce Hun Tiaw adalah jawaban tepat untuk memanggil minuman bersantan dengan isian cendol Tio Ciu, Bongko dan kacang merah dengan tambahan gula merah dan es batu.

Tapi tidak sepenuhnya Ce Hun Tiaw yang sekarang terbuat dari tepung ubi, sepertinya ada pati sagu yang ditambahkan kesana. Asanya kenyal dan mirip seperti bihun namun lebih besar. Selain itu masih ada item lain yang ditambahkan seperti bongko yang dibuat dari tepung hungkwe dengan aroma dan rasa pandang yang super.

Beberapa teman saya tidak suka dengan rasanya yang aneh ini, tapi saya sendiri suka dengan rasanya yang sedikit pahit dan teksturnya yang membal.

Di Pontianak, orang melayu menyebutnya Ati Pari. Jelas ini ada sentuhan rasa peranakan.

Item lain penunjangnya adalah kacang merah yang ukurannya lebih kecil daripada kacang merah untuk bruinebon atau kacang merah yang biasa dijadikan untuk sup. Gurih dan manis serta lembut begitu dikunyah. Dipadukan dengan seruputan santan sungguh menyenangkan. Ada juga cacahan cincau hitam penambah rasa serta ketan hitam yang pulen namun saling menempel satu sama lain karena sagu. Keterikatan rasa yang membuat kenikmatan terasa di rongga mulut.

Jangan salah, santan yang digunakan juga special. Tidak melalui proses pemasakan sehingga santannya lebih gurih dan mengikat setiap rasa. Santan parut yang diperas dengan air matang dan harus disimpan dalam es supaya tidak basi.

Jangan lupa juga peran gula merah yang menambah rasa manis dan legit. Duh! Mana ada yang bisa menolak rasa nikmat seperti ini!

Ketiga penjual Ahui, Ahua, dan Ahien. Semuanya punya ciri yang membedakan sehingga memiliki penggemar masing-masing.

Biasanya jam 10.00 pagi pembeli sudah mengantri membeli atau makan di tempat di tenda sederhana dengan meja dan bangku yang bisa menampung paling tidak 10-12 orang sekali datang. Saya sendiri merasakan sama saja namun ada beberapa rasa yang sedikit membedakan. Misalnya Ce Hun Tiaw nya lebih kecil dan halus sementara yang lainnya lebih besar atau yang satunya lebih manis dari yang lain atau potongan bongkonya lebih besar dan lebih hijau. Tapi percayalah. Ketiganya mempunyai rasa 11-12. Kembali ke selera masing-masing pembeli.

kuliner cendol1

Kesulitan yang biasa dihadapi para pembeli adalah masalah parkir kendaraan roda 4, karena gerobaknya tepat berada di pinggir jalan dan dekat dengan pusat persekolahan sehingga potensial terjebak macet.

Jangan datang di atas jam 2 siang karena bisa saja tidak kebagian atau isiannya sudah tidak lengkap lagi. Harga per porsinya berkisar 8-10 ribu. Kuliner wajib coba saat di Pontianak. Selamat makan dan salam Yumces!

CONTRIBUTOR-EKO
By Eko Dony Prayudi
www.tukangjalanjajan.com
Menikmati budaya sembari icip-icip semua makanan

Previous article“Kok Nggak Ngajak-Ngajak?”
Next articlePentax KP – DSLR dengan ISO Hingga 819200