Embroidery kit designer and crochet plushy extraordinaire. Wah, profesi apa itu?
Di tengah masa COVID-19, Shelda memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan full-time-nya di bidang arsitek untuk menjadi seorang kreatif full-time. Dari mendesain embroidery kits yang trendi bagi kalangan muda, memroduksi crochet plushies yang amat sangat fluffy, sampai ke pernak-pernik rumah yang terbuat dari berbagai macam benang, dan dia masih terus memperluas produk-produknya. Ditambah juga dia telah pindah ke Sydney dari Jakarta berulang kali. Dan, baru menginjak 28 tahun, lho! Yuk, mari kita ngobrol bareng Shelda!
Hai, Shelda! So good to meet you and your stall looks amazing! Bisa ceritakan sedikit tentang dirimu?
Boleh. Aku Shelda, pemilik Productive By You. Aku dulu belajar Arsitektur dan Computational Design. Namun, sejak COVID, aku mulai jual-jual embroidery kit di Tokopedia dan Shopee. Juga, waktu itu aku titip jual sama temen-temen di Australia.
Oh, jadi kamu kapan datang di Australia?
Sebenernya, aku pertama ke Sydney di tahun 1998, ketika terjadi kerusuhan di Jakarta. Kami sekeluarga pindah ke Sydney selama 3,5 tahun, lalu balik ke Jakarta. Aku meneruskan SMP dan SMA di Jakarta, dan setelah kelas 10 aku balik ke Sydney untuk ambil foundation di tahun 2012.
Aku meneruskan kuliah Arsitektur di UNSW, terus sempat kerja sebentar di sini, lalu balik lagi ke Indonesia. Tapi, karena nggak betah di Indonesia, aku balik lagi ke Sydney untuk ambil jurusan Computational Design. Selesai kuliah aku bekerja beberapa tahun di Australia dan di Indonesia.
Beberapa bulan sebelum COVID, aku memulai bisnis kecilku, yaitu Productive By You, yang menjual embroidery kit, dan, eh, ternyata laku. After COVID,
pas melihat karya dari Productive By You laku banget, akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan kerja kantoran dan run “Productive By You” secara full-time. Pada saat itu aku juga ada titip jual sama temen-temenku di Australia. Sekitar tahun 2021 aku memutuskan untuk kembali ke Australia sambil terus menjual karyaku.
Wow, what a journey! What was the story behind the name “Productive By You?”
Sebenarnya, ide untuk embroidery kit dimulai karena aku punya seorang teman yang waktu itu… she was having thoughts of suicide. I was very worried for her, karena aku di Indonesia dan dia di Australia. Jadi, aku berpikir what can I send her that can take her mind off those thoughts? Yang bisa bantu dia slow down?
Nah, aku terpikirnya, embroidery kits yang dia bisa bikin sendiri. Aku lihat-lihat di Tokped, Etsy, dll., dan aku belikan buat dia. Tapi, aku lihat, kebanyakan tuh kayak pattern-nya old-fashioned banget, kayak floral-floral gitu. Nggak ada yang modern. There’s this gap in the market.
Kemudian, aku pikir, kenapa nggak aku coba desain sendiri? Dan, aku memutuskan untuk menamakannya Productive By You, karena membuat embroidery kit seperti ini sangat productive, apalagi pas COVID, pas semua orang stuck di rumah dan nggak bisa melakukan apa-apa. Nah, embroidery kit itu dibuat by you, oleh kamu. Jadi, deh, Productive By You. Makanya semua judul kit-nya adalah “… by you” (misal, Star Wars by You).
Ditambah dengan background aku yang arsitektur membuatku suka yang serba abstrak. Jadi deh banyak desainku abstrak. Aku juga suka yang modern dan trendi, kayak Star Wars dan Send Noods.
Biasanya kamu dapet ide dari mana untuk bikin karya-karya baru?
Aku kan orangnya gampang bosan, jadi aku nggak hanya membuat satu karya terus menerus. Aku eksplor dan mencoba yang baru, seperti fruits and vegetables pakai fluffy yarn, yang aku mulai buat sekitar Mei atau Juni tahun lalu. Lalu, keychain kecil-kecil itu juga sama. Untung aku bikinnya juga terlalu banyak–karena lagi bosan dan perlu outlet, sehingga ketika teman-temanku minta, aku pikir, ‘oh, kayaknya bisa dijual’. Ternyata, sekarang, penjualan crochet plushies itu bahkan lebih banyak daripada embroidery kit.
Menurutmu, apa yang unik bagi karya-karyamu?
Untuk embroidery kits, aku print pattern-nya pake warna. Biasanya, ketika mengerjakan embroidery, especially if they are new, pasti ada perasaan “aduh lama banget nggak selesai-selesai”. Dan, kalau belum selesai, kelihatannya, duh jelek banget! Warnanya cuma ceplak-ceplok, belum ada bentuk. Itu sebabnya they often feel discouraged. Nah, with the color print, even if they haven’t finished it, there’s color and shape, and so it still looks nice.
Embroidery kits aku juga very beginner friendly. I want them to have the basics so that after making my kit, they can feel like they know how to embroider and they can go on and make their own embroideries too.
Papaku nggak mengerti awalnya mengapa aku mau mengajar orang lain biar bisa lakukan hal yang sama. Namanya juga bisnis. Tapi, buat aku, it’s not a business, but it’s teaching and I like being able to teach people new skills. Selain itu, di Australia aku belum ketemu fluffy yarn. Boneka-boneka crochet yang aku buat kebanyakan menggunakan fluffy yarn yang aku beli dari luar negeri. Jadi, menurutku, itu satu hal yang unik, soalnya aku jarang banget lihat produk-produk crochet di Australia pakai fluffy yarn.
Apakah ada rencana untuk merilis karya atau produk baru di bulan depan?
Ada, dong. Setiap bulan, aku mencoba untuk release something new. Soalnya begini, setiap bulan aku sering di market yang sama, so I don’t want people to get bored of me selling the same thing all the time juga.
Aku punya beberapa ide untuk desain embroidery kit yang baru. Seperti coasters gitu, itu juga lumayan baru. Dan, aku mau terus expand ke household items. Liburan kemarin di Amerika Serikat, aku ketemu yarn scrub, seperti benang yang terbuat dari materi untuk cuci piring. Jadi aku mau coba-coba crochet sesuatu yang kelihatannya lucu, tapi orang-orang bisa pake untuk cuci piring juga.
Aku juga mendapat banyak pertanyaan tentang benang-benang yang aku pakai. Jadi, bulan lalu aku mulai impor fluffy yarn, dan itu salah satu produk baru yang aku lagi coba tes pasar.
How long does it take for you to make one item?
Sekitar 1-2 jam untuk bikin satu crochet plushy, depending on the design. Pattern-nya juga semua original pattern-ku sendiri. Buat aku, setelah mengikuti pattern orang lain, you’re kinda figure out what stiches will make what shapes, and so from there you can make your own patterns. And I’m still experimenting a lot and enjoying making new patterns.
Kalau tidak sedang berkarya, kamu biasanya sibuk apa?
Aku bikin produk dan juga brainstorm untuk produk baru. Sering juga kontak organiser untuk market, kirim aplikasi ke market yang lain untuk buka booth di sana, dan kontak supplier untuk benang atau embroidery scissors yang aku jual juga.
Oh, I see! Menarik banget melihat bagaimana pekerjaanmu yang sekarang berbeda banget dengan jurusan kuliahmu. Apakah ada hal-hal di bidang arsitektur yang ternyata bisa diaplikasikan ke pekerjaanmu sekarang?
I think yang Computational Design, yang aku pelajari untuk membuat kode untuk mendesain, seperti desain arsitektur. Contohnya seperti kita mau buat gambar untuk gedung empat lantai. Daripada menggambar lantainya satu persatu, kita bisa bikin kode untuk memroduksi satu lantai. Begitu kodenya jadi, kita tinggal input nomor 4 untuk kasih tahu bahwa kita mau buat empat lantai. Kode akan secara otomatis memroduksi gambarnya.
Jadi, sepertinya memang harus susah dulu, tapi setelah itu bikin hidup lebih mudah he…he…he… Memang, sebenernya, sih, sekarang aku nggak terlalu memakai kode-kode itu. Tapi, ada beberapa desain seperti japanese embroidery kit yang masih pakai.
Was it difficult to start up a new business here?
Hmm… not too difficult. Aku beruntung punya banyak teman di sini dan komunitas markets di sini. Mereka banyak membantuku dengan hal-hal, seperti perlu beli insurance untuk buka booth di markets. Aku juga berteman baik dengan para pemilik booth. Apalagi karena kita semua adalah small business owner juga. Jadi, enak ada komunitas yang bisa saling bantu.
Do you have any tips for other Indonesians who are keen to start a small business like you, particularly in handiworks or crafts like this?
Like Nike’s motto, just do it! Hahaha. Get your artwork out there. Show it to people and let them see. People here appreciate handmade creative works. So don’t be scared. There is always a market for it. Kalau sudah mulai and you found your market, then baru worry about the business side.
Thank you banget, Shelda, sudah sharing banyak banget sama kita. Untuk lihat karya-karya Shelda, kita bisa check di Instagram @productivebyyou, situs www.productivebyyou.com, dan di Etsy productivebyyou – Etsy Australia. Dan, jangan lupa untuk temui dia juga di markets sekitar Sydney! [IM]