Oleh: Sari Puspita Dewi
Partner in ‘crime’ ‘bussiness’
merupakan sebutan yang cocok
untuk pasangan Taufik Immanuel Tenggara
dan Andrew Kusnadi. Perjalanan berbisnis
Taufik dan Andrew memiliki kisahnya
masing-masing hingga pada akhirnya
dipertemukan di negeri kanguru.
Icip-Icip banyak Bidang ala Taufik
Taufik lahir di Jakarta dan ia berasal dari keluarga sederhana. Taufik adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara. “Hiduplah dengan jujur, ulet, dan don’t give up, Tuhan pasti akan kasih jalan,” adalah sebuah bekal perjuangan dari ayah Taufik.
Setelah lulus SMA, Taufik pergi ke kota Taipei, Taiwan untuk masuk kuliah arsitek. Namun setelah satu tahun tinggal dan belajar bahasa Mandarin di sana, sayangnya Taufik tak berhasil masuk kampus impiannya.
Akhirnya Taufik memutuskan kembali ke tanah air dan memilih berkuliah di Universitas Tarumanagara (UNTAR) jurusan Desain Interior dan lulus sebagai lulusan terbaik tahun 2000.
Setelah lulus kuliah, Taufik bekerja di beberapa perusahaan, termasuk di perusahaan arsitek & interior. Karena Taufik mempunyai keinginan mau maju dan mandiri, lalu mulailah Taufik membuka usaha sendiri dan berbisnis builder kecil-kecilan di Jakarta, mulai dari renovasi hingga bangun rumah atau ruko serta desain dan rancang toko.
Setelah menikah, Taufik diajak pindah ke Australia bersama sang istri. Istilah Taufik: “Saya itu diculik istri”. Akhirnya mereka pindah ke Sydney pada tahun 2008. Saat itu, Taufik harus bekerja in survival mode sampai mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Ia bekerja di perusahaan penyewaan mobil, kemudian pindah kerja di bidang perhotelan. Taufik kembali melanjutkan studi vokasi di TAFE dengan jurusan hospitality karena ia ingin serius bekerja di hotel. Setelah lulus, Taufik bekerja di 3 hotel dalam seminggu.
Pada tahun 2013, Taufik bertemu dengan Ferry Suwito, Ray White Kingsford. Mendengar cerita pengalaman pekerjaan di properti dari Ferry membuatnya tertarik untuk menjadi property agent for sales and leasing. Taufik pun mulai sering dapat kenalan yang minta tolong dicarikan akomodasi, properti, sekaligus menjadi guidance bagi para mahasiswa yang merantau ke Sydney.
Dari situlah kemudian terpikir ide usaha tur dari clientnya. Kebetulan Taufik memang senang menjelaskan lokasi-lokasi wisata. Selain itu,Taufik juga merasa sudah waktunya untuk berbisnis kembali. Ia teringat dengan quote Jack Ma yang mengatakan bahwa umur 30-40 tahun adalah waktu mulai berbisnis yang disukai, usia bekerja di banyak perusahaan adalah di usia 20-30 tahun.
Taufik mendirikan SouthEast Point Group Tour and Transport pada 2015. Bisnis itu mencakup tur untuk para pelajar yang baru datang bersama keluarga, small group tour hingga big group. Bahkan sekarang telah melayani para tamu negara dan pejabat dari pemerintah Republik Indonesia berkat networking dengan IBC Australia dan KJRI di Sydney. Bisnis ini memegang teguh prinsip “Satisfaction is Key“ – kepuasan pelanggan adalah kunci.
Taufik bergabung IBC Australia pada awal 2021, diajak oleh Ferry Suwito. Menurutnya, IBC dapat meningkatkan networking sesama professional dan businessmen. Networking dengan IBC Australia juga berdampak sangat baik terutama untuk para pebisnis di bidang kuliner karena Taufik bisa banyak membawa tamu-tamu ke restoran-restoran Indonesia di Sydney.
Taufik sekarang dipercaya sebagai Public Relation sekaligus Head of Growth & Development IBC Australia. Sekarang Taufik diberikan tugas oleh Pak Josep selaku Presiden IBC Australia untuk membuat IBC semakin maju dan bertambah jumlah anggotanya, serta ekspansi ke kota-kota besar di Indonesia. Chapter Jakarta kini telah dibuka oleh inisiatif dan kerjasama dari Pak Josep dan tim. Selanjutnya menyusul semoga IBC bisa melebarkan sayapnya di Surabaya, Medan, dan kota-kota lainnya.
Taufik berkenalan dengan Andrew pada akhir 2021 di Full Gospel Bussiness Men Fellowship International (komunitas rohani). Bagi Taufik, Andrew memiliki potensi, etos kerja, kecocokan chemistry, hingga banyak kesamaan dalam bekerja atau berbisnis. Taufik pun akhirnya mengajak Andrew untuk bergabung di perusahaannya. Taufik yang berkarakter perfectionist ditambah Andrew yang easy going, membuat keduanya saling melengkapi.
Jatuh bangun Perjuangan Andrew
Andrew lahir pada tahun 1983 dengan nama lengkap Andrew Kusnadi. Andrew kuliah S1 jurusan IT di University of Sydney. Ia hanya dibekali biaya kuliah 1 semester pertama oleh orang tuanya. Setelahnya, Andrew mesti bekerja banting tulang dengan tiga pekerjaan untuk membayar uang kuliah dan biaya hidup sebagai perantau.
Selama kuliah, Andrew bekerja sejak jam 6 pagi menjadi loper koran, lalu kerja di supermarket. Kemudian berkuliah di kampus. Akhirnya, malamnya kerja di Supermarket. Kerasnya hidup sempat membuat Andrew mengeluh. Namun, Andrew menjadikan hal itu sebagai pelajaran berharga. Ia pun terbiasa bekerja keras dan bisa bertahan dalam keadaan terberat sekalipun.
Pelajaran yang didapat untuk para student yang mungkin sedang berjuang untuk never give up and always stay focus, jangan mengeluh tentang keadaan karena pengalaman itu sangat berharga. Sekarang Andrew sangat bersyukur untuk pengalaman yang didapat pada saat kerja sambil kuliah.
Masa-masa itu berakhir ketika Andrew lulus kuliah pada 2004. Andrew pun memulai kariernya di sebuah perusahaan IT. Selain bekerja, Andrew juga mencoba bisnis dengan memiliki taxi operator atau leasing hingga berhasil punya tiga unit taksi.
Andrew kemudian pulang ke Indonesia pada 2012 dan membuat bisnis kuliner di Kelapa Gading. Namun, nasib berkata lain karena Andrew suka bertemu dengan orang dan hobby dengan properti, maka Andrew masuk ke dalam team penjualan di Crown Group.
Pada saat itu Crown baru membuka cabang di Indonesia dan Andrew menjadi salah satu team pioneer untuk mengajarkan orang orang Indonesia untuk berinvestasi di Australia melalui Crown Group. Andrew juga menjadi salah satu the best Sales di Indonesia pada saat itu.
Pada tahun 2017, Andrew menjadi international sales manager untuk Australia. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Australia pada tahun 2020, tepat sebelum pandemi Covid-19 melanda. Di Australia, Andrew bekerja sambil terus memikirkan keinginannya untuk berbisnis.
Pada akhirnya Andrew bertemu dengan Taufik di akhir 2021 dan kemudian memantapkan hati untuk mengembangkan Southeast Point Tour and Transport bersama Taufik.
Konsep Bisnis Southeast Point Group
Taufik membayangkan konsep bisnis SouthEast Point Group hampir 10 tahun yang lalu, ketika itu Taufik cukup beruntung dibimbing oleh wirausahawan muda di industri transportasi. Para mentor ini membantu Taufik untuk melihat kondisi pasar dan memanfaatkan peluang ketika mereka muncul.
“Saat saya membantu para wirausahawan ini mengembangkan bisnis mereka, saya dapat melihat bahwa kesuksesan datang seiring berjalannya waktu. Strategi bisnis, kepuasan pelanggan, dukungan mitra, dan keuletan pribadi memainkan peran penting dalam mengembangkan bisnis”, ujar Taufik.
Taufik menjelaskan bahwa SouthEast Point Group sekarang telah berkembang, dengan dukungan dari mitra utama, Andrew Kusnadi. Bisnis ini kini bisa melayani dari group kecil hingga group besar untuk tur dan transportasi di kota-kota besar Australia (misalnya, Sydney, Canberra, Melbourne, Brisbane, dan Gold Coast). Armada kendaraan bisa disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dimana untuk menjamin kenyamanan dan kepuasan mereka.
Layanan SouthEast Point Group di industri transportasi mungkin sederhana, tetapi seluruh tim tahu ketika perusahaan melakukan hal-hal sederhana dengan baik, serius, dan senang, akhirnya basis pelanggan semakin tumbuh. Perusahaan memiliki banyak pelanggan tetap karena mereka dapat mempercayai dan pelanggan tetap ini juga akan memberi pelanggan baru (rujukan dari mulut ke mulut).
Motto hidup Taufik adalah disiplin, terus berusaha dan bersyukur, sambil percaya Tuhan yang akan memberikan yang terbaik. Ini telah membimbing Taufik melewati saat-saat baik dan buruk dalam hidup. Oleh karena itu Taufik menyukai tantangan dan peluang. “Saya dapat bertumbuh dengan tantangan yang ada pada saya, dan siap untuk mengambil peluang yang tiba,” tutupnya. [IM]