Satu Bumi Untuk Masa Depan, Benarkah?

385
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Elon Musk, CEO SpaceX, memiliki target untuk membangun kota dengan satu juta penduduk di Mars pada 2050. Hmm, kedengerannya ambisius banget ya, mengingat manusia belum pernah menginjakkan kaki di permukaan planet merah itu sampai sekarang. The one million dollar question is: mungkinkah proyek ambisius ini terwujud?

Mars: Bumi Kedua?

Jawabannya sangat bergantung pada planet mana yang sedang dibicarakan. Kalau konteksnya Mars, beberapa dekade adalah kerangka waktu yang cukup realistis. Serkan Saydam, Wakil Direktur Australian Centre for Space Engineering Research dan profesor dari University of New South Wales, mengatakan bahwa kolonisasi manusia di Mars mungkin terjadi dalam beberapa dekade. Insinyur pertambangan itu percaya, koloni manusia Mars akan berkembang pada 2050.

Menurut Saydam, langkah besar pertama dalam membangun koloni Mars yang sukses adalah air, yang dapat diekstraksi dari es atau mineral terhidrasi. Air kemudian akan memfasilitasi pertanian dan kemampuan untuk bercocok tanam di Mars seperti pada film “The Martian”. Hidrogen dari es dan mineral juga dapat digunakan sebagai sumber energi untuk bahan bakar roket.

Akan tetapi, belum ada konsensus ilmiah tentang kolonisasi Mars pada 2050. Beberapa ilmuwan memberikan pendapat yang kurang optimis. Louis Friedman, insinyur astronotika dan pendiri
The Planetary Society, pernah memberi pernyataan pada 2019 bahwa kolonisasi Mars tidak mungkin terjadi di masa mendatang. Seorang ahli saraf dari Universitas Florida yang telah bekerja sama dengan NASA, Rachael Seidler, juga memandang optimisme membangun koloni di Mars sebagai hal yang kemungkinannya sangat kecil.

Membangun Koloni, Memulai Perabadan Baru

Terlepas dari itu, China berencana untuk mulai mengirim awak pesawat luar angkasa ke Mars pada 2033, sedikit lebih awal dari rencana NASA di akhir 2030 atau awal 2040. Begitu manusia sampai di sana, kalau benar-benar terjadi, langkah selanjutnya adalah membangun koloni.

Bagaimanapun, kolonisasi di Mars mengharuskan manusia berswasembada walau tentu belum bisa sepenuhnya merdeka dari Bumi. Saydam membandingkan Mars dengan sebuah pulau terpencil di mana penduduknya terkadang masih perlu mengimpor barang. Sebagian besar perkakas akan dikirim dari Bumi, termasuk alat berat seperti truk.

Mars perlu menghasilkan sesuatu agar koloni jangka panjang dapat bertahan secara finansial. Wisata luar angkasa adalah salah satu pilihan, tetapi Saydam merujuk ekstraksi mineral sebagai kunci keberhasilan kolonisasi. Misalnya, aktivitas penambangan platinum di asteroid terdekat dapat menciptakan siklus ekonomi luar angkasa yang mendorong investasi dan eksplorasi lebih lanjut.

Menimbang Planet Luar Tata Surya

Meskipun Mars tampaknya adalah pilihan paling realistis untuk kolonisasi di luar Bumi, planet merah itu tidak begitu akomodatif bagi fisiologi manusia. Atmosfer Mars mengandung lebih dari 95 persen karbon dioksida, bersuhu sangat dingin sekitar -60 (minus enam puluh) derajat celcius, dan penuh dengan radiasi berbahaya. Butuh waktu 8,5 bulan dari Bumi untuk mencapai Mars menggunakan pesawat antariksa.

Hampir pasti ada eksoplanet (planet di luar tata surya) yang lebih ramah untuk menjadi rumah baru manusia Bumi. Masalahnya hanya letak yang sangat-sangat jauh. Sampai saat ini, belum ada lembaga antariksa yang mengirim pesawat ruang angkasa ke eksoplanet. Satu-satunya wahana yang pernah meninggalkan tata surya adalah Voyager 1 dan 2 yang setiapnya makan waktu 35 dan 41 tahun. Eksoplanet masih lebih jauh dari itu.

Eksoplanet terdekat akan membutuhkan beberapa puluh ribu tahun untuk dicapai dengan teknologi yang ada saat ini, menurut Frédéric Marin, ahli astrofisika dari Observatorium Astronomi Strasbourg di Université de Strasbourg. Waktu perjalanan itu mungkin membuat kolonisasi eksoplanet terdengar mustahil, tetapi Marin mengharapkan waktu yang lebih singkat dengan pesawat antariksa yang lebih cepat pula.

Melalui simulasi komputer, Marin menghitung dengan rumus sains bahwa setiap seratus tahun, kecepatan tenaga pendorong akan meningkat 10 faktor. Dengan kata lain, ketika manusia belajar bagaimana melakukan perjalanan lebih cepat dan lebih cepat di ruang angkasa setiap abadnya, potensi waktu perjalanan ke eksoplanet bisa turun dari puluhan ribu tahun menjadi ribuan tahun, kemudian menjadi ratusan tahun saja.

Perjalanan Beberapa Generasi 

Marin juga menyusun skenario hipotetis untuk mencapai eksoplanet yang setidaknya ramah bagi manusia dalam waktu 500 tahun. Perjalanan yang berlangsung selama berabad-abad masih membutuhkan pesawat ruang angkasa yang dipiloti oleh beberapa generasi manusia. Sebagian besar dari mereka justru tidak akan pernah melihat eksoplanet yang akhirnya dituju.

Simulasi Marin menunjukkan bahwa sekitar 500 orang adalah populasi awal yang cocok untuk mengoperasikan pesawat koloni eksoplanet multigenerasi. Namun, muncul pertanyaan etis terkait bagaimana manusia yang lahir dalam kehidupan perjalanan antarbintang harus menghabiskan seluruh hayat mereka di atas pesawat antariksa, meneruskan misi kolonisasi eksoplanet yang dimulai dari generasi-generasi sebelumnya.

Mengesampingkan semua teori Marin, perubahan iklim dan tantangan berbasis Bumi lainnya bisa saja mendorong kepunahan manusia sebelum para astronom berhasil memecahkan kalkulasi untuk perjalanan antarbintang. Pada akhirnya, tidak ada jaminan manusia akan menjajah eksoplanet di masa depan.

Bumi, 500 Tahun Kemudian

Para ahli dapat membuat perkiraan yang sangat akurat tentang masa depan.Namun, memperkirakan seperti apa Bumi 500 tahun dari hari ini jelas sebuah tugas yang sulit sekali karena ada banyak faktor yang bermain. Bayangkan Christopher Columbus di tahun 1492 yang mencoba memprediksi Amerika hari ini!

Yang kita tahu, ada dua jenis proses utama yang mengubah planet kita: yang pertama adalah siklus alami, seperti cara planet berotasi dan bergerak memutari matahari, dan kedua disebabkan oleh bentuk-bentuk kehidupan, terutama manusia.

Dia Sedang Bergerak

Bumi selalu berubah secara konstan. Ia juga tidak stabil. Sudut-sudut kemiringannya terus berubah dan bahkan orbitnya sendiri membuat Bumi lebih dekat atau jauh dari matahari. Perubahan-perubahan ini terjadi selama puluhan ribu tahun, dan menyebabkan abad es. Dari sudut pandang Geologi, 500 tahun bukanlah masa yang sangat lama.

Pengaruh terbesar pada planet hijau ini adalah para penghuni hidupnya. Dampak kehidupan pada Bumi lebih sulit lagi diprediksi. Mengganti satu bagian ekosistem secara mendadak dapat menyebabkan kekacauan.

Manusia Mengubah Bumi

Mereka mengurangi area hutan dengan menebangi pepohonan dan memutus habitat kehidupan liar yang penting untuk membangun kota dan bercocok tanam. Manusia memindah-mindahkan spesies ke seluruh bagian Bumi, mengganggu ekosistem.

Manusia juga menyumbang pemanasan global. Mereka menyebabkan perubahan iklim, umumnya lewat pembakaran fosil yang melepaskan gas-gas greenhouse ke atmosfer dalam jumlah yang tidak bisa lagi ditanggung Bumi dan atmosfernya.

Normalnya, gas-gas ini menjebak panas matahari seperti halnya yang dilakukan kaca pada rumah kaca (tempat untuk menumbuhkan tanaman), sehingga Bumi lebih hangat dari yang seharusnya. Seharusnya hal itu bisa berguna, tapi panas yang terperangkap sudah keterlaluan.

Hasil dari terlalu banyaknya karbondioksida adalah temperatur meningkat, dan hal itu membuat hari-hari di musim panas lebih berbahaya. Efek dari panas yang keterlaluan ini adalah melelehnya es di Greenland dan Antarktika. Mencairnya lapisan es meningkatkan volume air laut, menyebabkan kawasan pantai banjir.

Itulah yang dihadapi Bumi saat ini. Perubahan tersebut dapat membuat wajah Bumi kita akan sangat berbeda dalam 500 tahun mendatang, tergantung dari seberapa besar upaya manusia untuk mengubah cara hidupnya. Planet yang memanas juga dapat menyumbangkan iklim ekstrem, seperti gelombang panas, badai, dan kekeringan yang juga mengubah tanah. Semua mahluk hidup di Bumi menanggung risikonya.

Belajar dari 500 Tahun Terakhir

Melihat kembali 500 tahun terakhir, bagian hidup planet Bumi yang bernama biosfer, telah sangat amat berubah.

Jumlah manusia meningkat dari sekitar 500 juta menjadi lebih dari 7.5 miliar saat ini. Lebih dari 800 spesies tumbuhan dan hewan telah punah karena aktivitas manusia selama periode itu. Saat populasi manusia bertumbuh, itu artinya ruang gerak spesies lainnya berkurang. Permukaan air laut yang naik artinya daratan semakin berkurang, dan naiknya temperatur akan membuat banyak spesies pindah mencari daerah-daerah dengan iklim yang lebih baik.

Meskipun demikian, tidak semua perubahan Bumi ini diakibatkan oleh manusia. Yang pasti, aktivitas manusia membuatnya lebih buruk. Tantangan terbesar saat ini adalah membuat manusia berhenti melakukan aktivitas yang menciptakan masalah, seperti menggunakan bahan bakar fosil yang menyumbang perubahan iklim. Hal ini menjadi masalah global yang menuntut negara-negara di dunia dan manusianya bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.

Tidak Akan Pernah Sama (Lagi)

Kembali ke Christopher Columbus, ia mungkin tidak dapat membayangkan sebuah jalan layang yang penuh dengan mobil atau smartphone. Tak diragukan, teknologi akan berkembang pesat 500 tahun berikutnya. Namun, sejauh ini, solusi-solusi teknologi tidak cukup ‘ngebut’ mengejar solusi untuk perubahan iklim. Melakukan hal yang sama dan berharap ada orang lain, atau generasi berikutnya, memperbaiki carut marut masalah ini lebih berisiko, dan berbiaya tinggi.

Nah, Bumi dalam 500 tahun mungkin tidak dapat dikenali lagi. Atau, jika umat manusia berniat untuk mengubah perilakunya, Bumi mungkin masih memiliki hutan yang kaya, laut yang biru, ladang, dan kota untuk ratusan tahun ke depan, bersama penghuninya yang paling cerdas, umat manusia. [IM]

 


 

Sydneysider’s Have To Say:
Will There Be A New Earth?

Masa depan erat kaitannya dengan generasi muda. Nah, untuk mengetahui seperti apa sih masa depan yang berkaitan dengan tempat tinggal manusia, INDOMEDIA bertanya pada para mahasiswa berikut ini.

Sharon Erica, 21 tahun | Bachelor of Actuarial Studies

Pencarian “Bumi Baru” sedang gencar dilakukan karena populasi dunia yang makin banyak. Menurut kamu, upaya ini pasti berhasil atau tidak? Apa alasan kamu?
Walaupun kemungkinannya masih ada, aku yakin perlu banyak banget upaya untuk menjadikan planet baru yang menyerupai Bumi – karena Bumi adalah satu-satunya planet yang mendukung kehidupan yang kaya. Untuk dapat dihuni manusia, planet itu membutuhkan sistem oksigen yang sesuai sama yang kita punya sekarang, butuh air, butuh sumber daya alam lainnya. Menurutku, akan susah untuk mencari planet 2.0 yang akan menyerupai Bumi, walaupun kemungkinan untuk mendapatkannya masih ada.

Menurut kamu, Bumi yang kita tinggali sekarang dalam 25 tahun ke depan akan seperti apa (dalam hal apa saja)?
Dengan semua kemampuan manusia, Bumi akan menjadi semakin modern with all the technological advancements we have now and then. Thus, this would affect both positively and negatively to the society. Kehidupan bakal lebih efisien, tapi kita juga mempertaruhkan kebersihan udara dan lingkungan. Atau mungkin dalam bidang kesehatan, where people would make more advanced and sophisticated medical cures, tapi harga pencegahan akan semakin tinggi, dan kita tahu kalau tidak semua orang mempunyai uang untuk membayarnya. 

Kamu termasuk tim positif atau tim negatif dengan teknologi AI? Apa alasannya?
Menurutku, aku positif sama teknologi AI karena mempermudah kehidupan manusia dan segala kegiatannya secara personal atau profesional. Misalnya, hal-hal repetitif yang biasanya dilakukan manusia bisa dilakukan AI, jadinya manusia bisa melakukan dan fokus kepada hal-hal yang lebih spesifik. But, unfortunately people took it negatively and used it to replace them. Bukannya kita yang lebih pintar dari AI, sekarang AI yang lebih pintar dari kita. Kadang sedih ngeliatnya ha…ha…ha… 

Sebagai generasi masa depan, kira-kira, dengan ilmu dan keahlian kamu, sumbangsih apa yang ingin kamu berikan di masa depan agar manusia menjadi bos teknologi daripada budak teknologi?
As an Actuarial Studies undergraduate, my passion heavily revolves around data and utilising data to insurance-related services. Aku pengen pakai semua kemampuan yang aku punya buat membuat sebuah masa depan yang lebih sehat dan affordable untuk manusia, terutama di masa mereka pensiun dan rehat. Dimulai dari efek-efek teknologi yang bisa dipaparkan di bidang kesehatan, atau mempromosikan kembali gaya hidup sehat, sampai cara-cara supaya orang yang sudah berumur masih bisa hidup sehat dan stabil secara finansial di masa tua atau masa pensiunnya. 

Masa depan dalam 3 kata: Terang, perubahan, motivasi.

 

Wiselly W, 20 tahun | Bachelor of Commerce, majoring in Business Analytics & Marketing (UNSW)

Pencarian “Bumi Baru” sedang gencar dilakukan karena populasi dunia yang makin banyak. Menurut kamu, upaya ini pasti berhasil atau tidak? Apa alasan kamu?
Menurut saya, upaya dalam pencarian “Bumi baru” masih terlalu awal untuk dibilang berhasil ataupun tidak. Sepengetahuan saya, ilmuwan terus aktif mencari Bumi baru dan telah menemukan beberapa planet yang menjadi kandidat Bumi baru. Namun, semua planet itu butuh penelitian lebih lanjut dan belum ada planet yang diidentifikasikan bisa menopang kehidupan manusia dan menjadi pengganti bumi.

Menurut kamu, Bumi yang kita tinggali sekarang dalam 25 tahun ke depan akan seperti apa (dalam hal apa saja)?
Teknologi akan semakin canggih, dan kehidupan manusia semakin bergantung kepada teknologi dikarenakan semua teknologi dan komponen hidup makin terintegrasi. Bumi juga akan menjadi serba cepat, contohnya transportasi antar kota dan negara akan lebih lancar dan memakan lebih sedikit waktu. Tapi, menurut saya, Bumi juga akan semakin rusak dikarenakan pemanasan global dan aktivitas manusia lainnya seperti penggundulan hutan. Secara sosial, manusia mungkin akan lebih terbuka dan lebih bebas dalam ekspresi diri.

Kamu termasuk tim positif atau tim negatif dengan teknologi AI? Apa alasannya?
Saya tim positif dengan teknologi AI karena potensi besarnya dalam memudahkan hidup manusia yang mendukung perkembangan peradaban. Akan tetapi, diperlukan peraturan dan batasan hukum yang jelas dalam perkembangan dan penggunaan AI agar risiko-risiko dari perkembangan AI tidak terjadi.

Sebagai generasi masa depan, kira-kira, dengan ilmu dan keahlian kamu, sumbangsih apa yang ingin kamu berikan di masa depan agar manusia menjadi bos teknologi daripada budak teknologi?
Sebagai orang yang berkecimpung dalam bidang marketing dan business analytics yang menggunakan teknologi dan AI dalam kehidupan sehari-hari, saya percaya teknologi dapat memudahkan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas. Walaupun hal ini bisa menyebabkan ketergantungan, saya tetap percaya untuk sukses dalam bidang ini ataupun bidang lainnya, perlu inovasi atau pembeda yang hanya bisa datang dari diri sendiri. Contohnya, jika kita menjadi budak teknologi, berarti kita berketergantungan pada teknologi yang sama, marketing strategy yang dibuat orang akan mirip sehingga susah mencapai keunggulan kompetitif. Tetap diperlukan sentuhan manusia yang berbeda agar menghasilkan karya yang unik pula.

Masa depan dalam 3 kata: Dinamis, Menantang, Terbuka

 

Eugenia C. Saliem,
21 tahun
| Performing Arts and Entertainment Industries (Macquarie University)

Pencarian “Bumi Baru” sedang gencar dilakukan karena populasi dunia yang makin banyak. Menurut kamu, upaya ini pasti berhasil atau tidak? Apa alasan kamu? Menurutku cukup berhasil mengingat NASA telah menemukan beberapa planet yang bisa ditinggali makhluk hidup. Tetapi, menurut saya kemampuan teknologi belum sampai di level dapat mencukupi kehidupan manusia di planet selain bumi dan kemajuan teknologi belum memadai untuk membangun bumi yang baru. 

Menurut kamu, Bumi yang kita tinggali sekarang dalam 25 tahun ke depan akan seperti apa (dalam hal apa saja)?
Bumi dalam 25 tahun ke depan akan sangat maju mengingat kemajuan teknologi sekarang sudah sangat maju, apalagi 25 tahun kedepan. Tetapi, dengan kemajuan teknologi, gedung-gedung tinggi akan semakin banyak, berarti lahan hijau (sawah, hutan, pepohonan) akan semakin berkurang dan sumber oksigen juga akan semakin berkurang mengingat banyaknya pohon yang ditebang/kebakaran hutan dan minimnya reboisasi. Dengan begitu, polusi akan semakin parah dan kesehatan manusia juga akan terdampak. 

Kamu termasuk tim positif atau tim negatif dengan teknologi AI? Apa alasannya?
Sebetulnya ada sisi positif dan negatif dari AI. Tetapi, saya termasuk tim pro teknologi AI. Dengan adanya teknologi AI, kehidupan manusia semakin mudah dan terbantu. Pekerjaan manusia juga semakin terbantu mengingat AI merupakan teknologi yang ‘menyerupai’ manusia. AI dapat meminimalkan human error dalam pekerjaan dan tidak ‘bias’ atau memihak untuk menguntungkan
1 pihak tertentu. Perkembangan teknologi AI juga memberikan impact yang besar di berbagai macam sektor dan industri.

Sebagai generasi masa depan, kira-kira, dengan ilmu dan keahlian kamu, sumbangsih apa yang ingin kamu berikan di masa depan agar manusia menjadi bos teknologi daripada budak teknologi?
Sebagai generasi masa depan, dengan skills dan ilmu yang saya punya dan dapatkan, saya akan menyebarkan awareness mengenai kegunaan teknologi. Di bidang yang saya tekuni sendiri (arts), teknologi memiliki peran yang besar dalam perkembangan sektor ini untuk dapat terus survive. Teknologi sendiri merupakan hal yang dibuat untuk membudahkan dan memajukan kehidupan manusia. Jadi, pemikiran maju dari otak manusia, dibarengi dengan teknologi yang melakukan, 

dapat memajukan kehidupan dunia. Sebagai manusia kita harus sepintar-pintarnya dan sebijak-bijaknya menggunakan teknologi supaya tidak menjadi budak teknologi. Karena teknologi sendiri diciptakan untuk memudahkan hidup manusia bukan untuk memperbudak manusia. 

Masa depan dalam 3 kata: Teknologi. Polusi. Maju.

 

Kevin Sutandi, 20 tahun | Computer Science

Pencarian “Bumi Baru” sedang gencar dilakukan karena populasi dunia yang makin banyak. Menurut kamu, upaya ini pasti berhasil atau tidak? Apa alasan kamu?
In my personal opinion, I do think that it would work but not in this current timeframe. Reason being that we probably don’t have enough research to determine the “new earth”. 

Menurut kamu, Bumi yang kita tinggali sekarang dalam 25 tahun ke depan akan seperti apa (dalam hal apa saja)?
Our current earth would probably suffer from global warming and would probably not have enough land to populate the amount of people in the next 25 years, this would also lead to trees being scarce.

Kamu termasuk tim positif atau tim negatif dengan teknologi AI? Apa alasannya?
I would consider myself going with team AI as AI brings significant benefits not just towards the industrial sector but also towards us consumers as well.

Sebagai generasi masa depan, kira-kira, dengan ilmu dan keahlian kamu, sumbangsih apa yang ingin kamu berikan di masa depan agar manusia menjadi bos teknologi daripada budak teknologi?
Since I am studying computer science at this moment, I strive to try and learn about technology as much as I can and that automatically in a sense makes me the boss of technology as I am the one managing it.

Masa depan dalam 3 kata: Confident, Exciting, Promising.

Previous articlePerjalanan ‘Partner In Business’ Taufik – Andrew
Next articleGAC: Setelah Tiga Tahun, Kembali Dengan ‘Baru’