Perjalanan Mengalahkan Kanker

669
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Penelitian untuk mengobati kanker telah menghabiskan begitu banyak materi dan tenaga. Namun, hingga kini belum ada hasil yang mumpuni untuk mengalahkannya. 

Kanker merupakan penyakit yang selalu berkembang. Sel kanker pasien mengalami berbagai perubahan molekuler dan genetik seiring dengan waktu. Menurut WHO, satu dari enam kematian di seluruh dunia disebabkan oleh kanker. Hingga saat ini, pengobatan kanker yang paling umum dilakukan adalah kemoterapi, radio terapi, operasi tumor, dan terapi hormon untuk kanker prostat dan payudara. Inovasi dalam pengobatan kanker masih terus dilakukan, termasuk perawatan agresif yang disertai dengan efek samping yang tidak diinginkan.

Imunoterapi yang (sedang) menarik perhatian
Imunoterapi merupakan salah satu jenis terapi yang menarik banyak perhatian baru-baru ini. Terapi ini bertujuan untuk memperkuat kekebalan tubuh terhadap benda asing dan sel-sel berbahaya, yakni respon sistem kekebalan tubuh terhadap penyebaran tumor dan kanker. Meskipun begitu, masih banyak jenis sel kanker yang berbahaya, karena mereka memiliki cara untuk menipu sistem kekebalan tubuh.

Beberapa jenis kanker yang agresif mampu menyebar lebih mudah. Jenis kanker seperti ini juga mampu menyebar lebih mudah dan menjadi kebal terhadap kemoterapi atau radioterapi. Sebuah studi yang diterbitkan tahun lalu di Nature Immunology menemukan, bahwa makrofag atau sel darah putih yang biasanya ditugaskan untuk ‘memakan’ benda asing berbahaya, gagal melenyapkan sel kanker yang sangat agresif.

Hal itu bisa terjadi, karena dalam interaksi dengan sel kanker, makrofag membaca bukan hanya satu, tetapi dua sinyal yang dimaksudkan untuk mengusir tindakan mereka. Hal ini menunjukkan, bahwa para ilmuwan memiliki solusi untuk memblokir dua jalur persinyalan yang relevan, dengan cara mengaktifkan kembali sel-sel darah putih untuk mengusir sel kanker.

Teknologi mutakhir partikel nano
Perkembangan nanoteknologi turut memberikan sumbangsih untuk pengobatan kanker. Para peneliti telah lama mencari alat yang dikembangkan secara khusus untuk memberikan obat langsung ke tumor. Hal ini akan memudahkan obat memburu tumor mikro dengan akurasi dan efisiensi. Adanya nanoteknologi dan perkembangan nanopartikel untuk perawatan kanker memungkinkan dilakukannya hal itu.

Secara verbal, partikel nano dapat menargetkan sel-sel kanker atau tumor kanker, tanpa merusak sel-sel sehat di lingkungan sekitarnya. Beberapa partikel nano sekarang telah diciptakan untuk memberikan perawatan hipertermik. Perawatan tersebut merupakan jenis terapi yang menggunakan suhu panas untuk membuat tumor kanker menyusut.

Para ilmuwan dari Cina dan Inggris telah berhasil menemukan jenis partikel nano yang bisa mengatur dirinya sendiri. Partikel ini mampu memaparkan tumor terhadap panas, sambil menghindari kontak dengan jaringan yang sehat. Partikel nano juga dapat digunakan untuk menargetkan sel-sel mirip kanker. Partikel nano ini disebut dengan nanoprobe. Para ahli dapat mengisinya dengan obat-obatan dan mengaturnya untuk memburu sel-sel induk kanker, untuk mencegah pertumbuhan atau kekambuhan tumor. 

Perawatan kanker dan epigenetik
Selain pengobatan dengan partikel nano, para ilmuwan juga telah menemukan kaitan penyembuhan kanker dengan epigenetik. Epigenetik mengacu pada perubahan tubuh yang terjadi karena ekspresi gen. Menurut penelitian yang membahas dampak perubahan tersebut, banyak kanker serta perilaku sel kanker ditentukan oleh faktor epigenetik. Kemajuan terbaru di bidang epigenetik, telah menunjukkan bahwa sel-sel kanker manusia mengandung kelainan epigenetik global, di samping adanya perubahan genetik.

Perubahan genetik dan epigenetik berinteraksi pada semua tahap perkembangan kanker. Kedua perubahan tersebut bekerja sama untuk memperluas perkembangan kanker. Dengan begitu, penting untuk para spesialis dalam memahami, kapan dan di mana untuk melakukan intervensi dan ekspresi gen mana yang mereka butuhkan untuk menghidupkan atau mematikan, tergantung pada peran epigenetik dan gen dalam pengembangan kanker.

Seperti dilansir dari Medical News Today, studi baru-baru ini menunjukkan, kanker payudara reseptor-estrogen positif menjadi resisten terhadap kemoterapi. Mereka mendapatkan ketahanan melalui mutasi genetik yang memberikan keuntungan metastasis pada tumor. Hal ini membuat para peneliti menyadari, dibutuhkan terapi kombinasi untuk tumor membandel seperti ini.

Masih jauh dari harapan
Apakah akan ada obat untuk semua jenis kanker atau tidak, masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti, mengingat tipe kanker sangat bervariasi dan memiliki keunikan tersendiri. Cukup sulit untuk mengatakan, bahwa akan ada obat yang dapat bekerja dan diadaptasi untuk semua jenis kanker. Meskipun begitu, bukan berarti kita harus kehilangan semua harapan. Dengan teknologi dan upaya yang ada saat ini, kita memiliki peluang untuk melawan kanker.

Dilansir dari Science Nordic, 40 tahun yang lalu sekitar 35% pasien dapat hidup lima tahun setelah mendapatkan diagnosis kanker. Hari ini, angka tersebut naik menjadi 60 hingga 65%. Angka tersebut menunjukkan, dunia kesehatan telah mengalami perkembangan signifikan dalam pengobatan kanker. Kepala penelitian di The Danish Cancer Society Dr. Jørgen Olsen mengemukakan, kanker payudara bisa berubah dari penyakit mematikan hingga menjadi penyakit yang bisa bertahan dalam waktu 10 hingga 14 tahun.

Meskipun ada optimisme terkait pengobatan, penyembuhan kanker secara total masih jauh dari kenyataan. “Saya tidak berpikir bahwa kami akan pernah mengalahkannya, tapi kami akan bisa mengendalikannya sehingga menjadi tidak mematikan,” cetus Olsen. Hal yang sama pun dikatakan oleh peneliti kanker terkemuka, Mads Daugaard dari Molecular Pathology & Cell Imaging Laboratory, di University of British Colombia. Ia merasa, satu-satunya cara menanggulangi kanker adalah untuk menyerangnya hingga usia harapan hidup pasien menjadi bertambah. [IM]

 

Previous articleJantung Dan Perasaan: Antara Ilmu Dan Emosi
Next articleGimbal 3-Axisis Untuk Kamera Aksi