Posisi jantung dan otak yang mengatur perasaan manusia memang tidak berdekatan. Meskipun begitu, keduanya memiliki hubungan yang bisa dijelaskan lewat sains.
Ketika patah hati, rasanya dada begitu sesak. Sebagian orang bahkan mengandaikan rasa patah hati seperti jantung yang remuk, seperti ada beban berat yang menimpa dada. Kesannya memang hiperbola, namun perasaan seperti itu memiliki penjelasan yang cukup ilmiah. Jantung dan otak kita memiliki hubungan yang berkesinambungan. Tidak heran jika kita seringkali mengelus dada ketika sedang kesal atau merasa dada begitu penuh ketika sedang jatuh cinta.
Dialog dua arah jantung dengan otak
Studi dari HeartMath membuktikan adanya hubungan antara jantung dan otak. Jantung selalu berada dalam dialog dua arah yang konstan dengan otak. Emosi kita mengubah sinyal yang dikirimkan otak ke jantung dan jantung merespon dengan cara yang kompleks. Penelitian ini menjelaskan bagaimana jantung merespon reaksi emosional dan mental dan mengapa emosi tertentu menekan tubuh, serta menguras energi kita.
Ketika seseorang merasakan kemarahan, frustasi, kecemasan, dan rasa tidak aman, pola ritme jantung menjadi lebih tidak menentu. Pola yang tidak menentu ini dikirim ke pusat-pusat emosi di otak, yang dikenali sebagai perasaan negatif atau stres. Sinyal-sinyal ini menciptakan perasaan yang sebenarnya kita alami di area jantung dan tubuh. Irama jantung yang tidak menentu juga membuat kita tidak bisa berpikir jernih.
Dua jenis stres yang dialami manusia
Menurut Srini Pillay dari Harvard Medical School, ada dua jenis stres yang dapat berdampak pada otak kita. Stres yang membantu, juga dikenal dengan eustress, dapat membantu kita menyelesaikan sesuatu dengan membuat kita memusatkan perhatian. Di sisi lain, ada pula stres yang tidak membantu atau distress yang bisa membuat jantung kelelahan atau terkena penyakit.
Stres juga dapat memiliki efek besar pada jantung kita, sekalipun kita tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Hal ini terbukti lewat studi yang dilakukan pada tahun 1997. Ahli jantung Lauri Toivonen dan rekannya melakukan studi tentang perubahan EKG pada dokter yang sehat, sebelum dan selama 30 detik pertama setelah menerima panggilan darurat. Mereka melihat perubahan yang mengindikasikan kekurangan oksigen dan irama jantung yang tidak normal.
Jika kita memiliki salah satu jenis penyakit jantung, emosi yang kuat seperti kemarahan, dapat menyebabkan irama jantung tidak teratur dan berakibat fatal. Ungkapan seperti ‘mati karena ketakutan’ dan ‘khawatir sampai mati’ bukan hiperbola belaka. Kedua ungkapan ini adalah kemungkinan fisiologis yang benar-benar bisa terjadi.
Patah hati yang membuat jantung seperti terkoyak
Ketika sedang patah hati, rasanya jantung seperti sedang diremas dan rasanya menyakitkan. Pengalaman patah hati juga memiliki kaitan erat dengan dialog antara jantung dengan otak. Patah hati dapat menyebabkan sejumlah besar stres, terutama jika kita mengalami kehilangan secara tiba-tiba. Perasaan emosional ini juga berujung pada rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh kita.
Studi menunjukkan, otak kita mencatat rasa sakit emosional dari patah hati dengan cara yang sama seperti rasa sakit fisik. Ketika jatuh cinta, hormon dopamin dan oksitosin meningkat drastis. Kedua hormon ini membuat kita merasa lebih baik ketika jatuh cinta. Saat patah hati, kadar hormon ini turun dan hormon stres kortisol menggantikannya. Terlalu banyak kortisol mendukung terjadinya kecemasan, mual, jerawat, hingga kenaikan berat badan.
Perasaan cinta dan emosi positif
Berbeda dengan rasa stres, perasaan seperti jatuh cinta, perhatian, penghargaan, dan belas kasih memberikan pengaruh positif untuk jantung. Menurut penelitian HeartMath, perasaan tersebut menghasilkan ritme yang sangat berbeda, seperti pola halus yang terlihat seperti perbukitan lembut. Irama jantung yang harmonis yang mencerminkan emosi positif, dianggap sebagai indikator efisiensi kardiovaskular dan keseimbangan sistem saraf.
Emosi-emosi positif dapat membuat otak mengetahui, bahwa jantung terasa nyaman dan seringkali merasakan perasaan hangat yang lembut di area jantung. Reaksi emosional ini dapat memberikan efek positif yang mendalam pada kesehatan kita secara keseluruhan. Sangat mudah untuk melihat bagaimana hati dan emosi kita terhubung dan memperhatikan irama jantung kita saat merasakan emosi tertentu.
Memori dan irama jantung
Ketika merasa dihargai, jantung kita akan memiliki irama yang stabil dan lembut. Rasa dihargai adalah salah satu emosi positif paling konkret untuk mempertahankan diri. Hampir setiap orang dapat menemukan sesuatu yang bisa mereka apresiasi secara tulus. Dengan hanya mengingat memori saat kita merasakan penghargaan yang tulus, kita dapat menciptakan kembali perasaan itu. Kita juga dapat meningkatkan koherensi irama jantung dan mengurangi stres emosional.
Untuk kita yang memiliki kesulitan membangkitkan perasaan semacam itu, para ahli menyarankan agar kita mengingat memori masa lalu yang memunculkan perasaan hangat. Dengan latihan, kebanyakan orang dapat membangkitkan rasa dihargai tanpa membutuhkan referensi waktu sebelumnya.
Teknik-teknik positif yang berfokus pada emosi dapat membantu individu secara efektif mengganti pikiran dan pola emosi negatif, dengan persepsi dan emosi yang lebih positif. Salah satu manfaat jangka panjang yang diperoleh adalah meningkatnya kesadaran emosional. Hal ini bisa membantu kita mempertahankan keseimbangan emosional yang lebih konsisten, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesehatan jantung kita. [IM]