Dengan dihapusnya larangan bepergian dan karantina, mobilitas antarnegara pun meningkat!
Tetapi, bagaimana, sih, perjalanannya? Yuk, kita dengar pengalaman teman-teman yang baru
datang ke Australia dan baru kembali ke Indonesia.
Jakarta – Sydney: Perjalanan Chacha
Rasanya, asing kembali ke kota yang dahulu terasa seperti rumah. Setelah dua tahun tidak berkunjung, banyak yang sudah berubah. Persiapannya dimulai jauh sebelum waktu keberangkatan. Pertama, aku harus memastikan visa dan paspor sudah siap. Kebetulan, aku masih memegang visa temporary residence sehingga aku tidak perlu membuat visa baru. Beberapa teman harus menunggu 30-45 hari untuk mendapatkan holiday visa yang begitu ramai pendaftar setelah Australia membuka diri lagi untuk turis. Tetapi, pasporku sudah expired, jadi hal pertama yang aku lakukan adalah memperpanjangnya.
Sejak masa pandemi, pendaftar diharuskan mendaftar online dahulu untuk mendapat jadwal perpanjangan paspor. Sejujurnya, prosesnya cukup membingungkan. Kalian bisa men-download aplikasi imigrasi atau melalui situs https://antrian.imigrasi.go.id/. Di sana, kalian harus memasukan data dan mendaftar slot waktu. Sayangnya, ketika aku mendaftar kebanyakan slot waktu sudah terisi! Sampai-sampai, aku harus memilih lokasi yang cukup jauh… yaitu di area Bandara Soekarno Hatta, Tangerang!
Setelah mendaftar, proses pembuatan paspornya sendiri cukup mudah. Datang saja di waktu yang ditetapkan dengan membawa dokumen-dokumen yang diperlukan. Kemudian, ada sesi wawancara dan aku tidak tahu apakah semua orang ditanya pertanyaan yang sama atau tidak. Aku sendiri ditanya cukup banyak pertanyaan (apa karena tampangnya mencurigakan, ya? Hahaha) Jadi, awalnya ditanya tujuan membuat paspor dan tujuan pergi ke negara tujuan. Kemudian, imigrasi mengecek negara-negara yang pernah dikunjungi dan ditanya tujuannya. Lalu, ditanya pula kenapa membuat paspornya di cabang itu (karena nggak dapat slot lain, Pak :’)!
Tiga hari kemudian, paspor baru sudah jadi dan bisa langsung dikirim ke rumah! Yay!
Melihat persyaratan adalah langkah selanjutnya. Peraturannya terus berubah, jadi harap tetap periksa peraturan di saat kalian akan berangkat, ya (https://www.australia.gov.au/travelling-to-australia). Di saat aku berangkat, jika kita sudah mendapat 3 dosis vaksin, kita tidak perlu karantina lagi. Bahkan, pengunjung boleh juga hanya melakukan RAT/Rapid Antigen Test. Selain itu, kita juga harus mengisi DPD (Digital Passenger Declaration) ketika memasuki Australia.
Sebenarnya yang akan memeriksa eligibility kalian memasuki Australia adalah maskapainya di saat check-in. Jadi, pastikan untuk print sertifikat vaksin, hasil tes Covid (harus negatif tentunya), dan bukti visa kalian. Datanglah lebih awal juga karena antriannya akan lebih lama dari biasanya. Setelah itu selain harus menggunakan masker, rasanya perjalanan sudah cukup normal! Ketika transit di Singapura pun kita sudah boleh jalan-jalan di terminal sambil menunggu penerbangan ke Sydney.
Sesampainya di Sydney, makin terasa normal lagi karena hanya melalui imigrasi dan bea cukai seperti biasa. Karena, kebijakan di NSW adalah untuk pendatang melakukan RAT mandiri di tempat penginapan masing-masing. Jika hasilnya negatif, all good and welcome to Oz! Sejujurnya, aku cukup kaget, sih, melihat masker tidak lagi umum digunakan. Hanya di transportasi umum saja terlihat orang-orang masih menggunakan masker. Well, seems like something I can get used too quickly.
Sydney – Jakarta: Perjalanan Paulin
Perjalanan pulang bisa terasa emosional. Kita harus mengingat kalau peraturan perjalanan itu mengikuti tempat tujuan kita. Ketika saya kembali ke Indonesia di tanggal 24 Maret kemarin, peraturan di Indonesia baru saja berganti. Jadi, ketika saya check-in di bandara, saya masih harus menunjukan bukti booking hotel untuk satu malam. Tetapi, saat saya mendarat, peraturan itu sudah ditiadakan dan saya bisa langsung pulang ke rumah! Banyak yang bisa terjadi dalam beberapa jam, bukan?
Tentunya, kalian perlu memeriksa visa dan paspor pula saat berangkat ke Indonesia. Berdasarkan peraturan terakhir, walk-in visa (VOA-Visa on Arrival) hanya bisa didapatkan di Bali. Jadi, untuk turis, pilihlah penerbangan yang ke Bali, ya. Otherwise, all good to land in Jakarta! Indonesia pun mewajibkan 3 kali vaksin untuk bebas karantina dan masih harus mengambil PCR test. Pastikan sertifikat vaksin kalian sudah dimasukan ke aplikasi Peduli Lindungi. Sayangnya, PCR test untuk travel tidak gratis di Australia. Termurah yang bisa kami temukan adalah $79 di Histopath Diagnostic Specialist.
Sesampainya di Jakarta, pengunjung harus melakukan tes PCR lagi. Antriannya cukup panjang dan kurang beraturan saat saya mendarat. Dibutuhkan 2 jam hingga saya mendapat giliran. Tapi, setelahnya, kita bisa langsung pulang dan hasilnya akan diberikan melalui SMS. Kami juga harus mengisi e-HAC melalui aplikasi Peduli Lindungi. Jangan khawatir terlalu repot karena ada petugas bandara yang bisa membantu kalian. Selamat datang kembali ke Indonesia dan jangan lepas masker kalian, ya! [IM]