Dengan berakhirnya program kolaborasi antara Kementerian Perdagangan dengan University of Technology Sydney melalui ‘Indonesia Design Studio Program’ untuk batch 1, para mahasiswa melakukan presentasi tentang produk Indonesia berkelanjutan. Program magang gelombang pertama ini mengusung tema “Indonesia Sustainable Design House” yang berlangsung selama 700 jam dalam waktu 12 minggu.
Acara ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI, Bpk. Didi Sumedi, Konsul Jenderal RI untuk NSW, SA dan QLD, Bpk. Vedi Kurnia Buana, dan Andrew Hurley selaku Wakil Kepala School International Studies and Global Societies UTS serta rekan-rekan Dosen dan Guru Besar UTS.
Selama 12 minggu, para mahasiswa mendapat pelatihan dan pembinaan dari mentor-mentor berpengalaman dengan latar belakang bisnis dan media di antaranya; Chef William Wongso, CEO perusahaan rintisan dan perusahaan manufaktur, dan jurnalis untuk membantu mahasiswa mempersiapkan cerita produk yang menarik bagi audiens. Dalam mempersiapkan presentasi ini, para mahasiswa memilih dan melakukan riset tentang produk dengan bimbingan para penanggung jawab program ini. Produk pilihan tersebut antara lain:
Sokambu oleh Ebony Yee
Sokambu adalah produk besutan Dewi Febriana yang bertujuan untuk memberdayakan perempuan dan melestarikan warisan budaya dengan produk kerajinan tangan yang etis dan pada akhirnya membantu menciptakan wilayah dan komunitas yang berkelanjutan. Dewi dan timnya menggunakan Mansiang kering untuk menganyam menjadi produk seperti keranjang, tas, dan dompet. Lebih penting lagi, “rumput yang tidak diinginkan” dari Minangkabau ini menjadi sarana pelestarian budaya Minangkabau. Para wanita dari masyarakat setempat membantunya melakukan kontrol kualitas dan pembuatan produk, dan sebagai imbalannya, Dewi membayar mereka sambil memberdayakan mereka dengan keyakinan bahwa para ibu rumah tangga berusia 50 tahun juga mampu membuat kerajinan tangan.
Tulola Jewelry oleh Darcey griffth
Tulola Designs adalah merek perhiasan mewah modern yang bermitra dengan pengrajin untuk menyediakan kerajinan tangan yang indah. Tulola dimulai pada tahun 2007 oleh desainer Sri Luce-Rusna. Sri membuka Studio Tulola yang mengerjakan karya seni unik yang berfokus pada peningkatan teknik pengerjaan tradisional yang lebih baik. Karya Sri menarik perhatian Happy Salma, anggota keluarga Kerajaan Ubud dan salah satu artis dan produser terkemuka di Indonesia, yang memiliki minat yang sama terhadap budaya dan karya seniman Indonesia.
Keistimewaan Tulola adalah terbuat dari perak yang dicelupkan ke dalam emas 18 karat yang bertahan lama, hipoalergenik, memungkinkan untuk desain yang lebih rumit, terjangkau, dan ringan. Para pekerja terdiri dari 90% wanita untuk ritel dan memiliki lebih banyak pengrajin wanita daripada usaha lain sejenis, karena memberdayakan wanita adalah misi Tulola. Membangun lingkungan kerja yang mendukung perempuan yang sedang membangun karir, ibu yang bekerja, perajin yang mendapatkan pendampingan semua ini melekat pada tujuan didirikannya Tulola.
Evo and Co oleh Mariella Bunton
Evo & Co. grup berfokus pada penyediaan solusi untuk mengakhiri polusi plastik dengan membuat kampanye dan menawarkan berbagai alternatif berkelanjutan untuk produk plastik sekali pakai. Didirikan pada tahun 2016 di Indonesia, Evo & Co. dimulai dengan terobosan inovasi dari rumput laut yang disebut edible cup Ello Jello, diproduksi oleh Evoware. Setelah memenangkan berbagai penghargaan dan mendapatkan pesanan, Evo & Co. bertekad untuk
memperluas bisnis dengan menawarkan solusi yang lebih luas, yang dipasarkan di bawah merek kedua mereka, Evoworld. Untuk memberikan dampak yang sehat, Evo & Co. juga secara aktif mempromosikan gaya hidup berkelanjutan melalui gerakan kolaboratif: Rethink Campaign.
Topiku oleh Pia Moffath
Pada tahun 2014, Monty Hasan memiliki
kesempatan untuk mengunjungi desa-desa setempat dan bertemu dengan pengrajin yang membuat tas dari bahan daur ulang. Hal ini menginspirasinya untuk membuat TOPIKU, dengan slogan topi paling berkelanjutan di dunia.
Topiku dibuat dengan tangan dan menggunakan 100% bahan limbah yang didaur ulang, diselamatkan
dari tempat pembuangan sampah, yang jika tidak, akan menambah masalah pengelolaan sampah yang terus berkembang di Indonesia. Model bisnis Topiku dikembangan dengan tiga prinsip yaitu: melindungi lingkungan, pemberdayaan pengrajin, dan pelestarian budaya Indonesia dengan menggunakan desain motif tradisional Indonesia, yaitu batik mega mendung.
Pipiltin Cocoa oleh Simona Sicoli
Cokelat Pipiltin terbuat dari beragam kakao asal Indonesia, dari Aceh hingga Papua Barat. Setiap kakao memiliki karakter dan catatan rasa yang unik. Pipiltin menawarkan perbedaan yang berasal dari keberagaman rasa asal kakao Indonesia yang memberi keunikan rasa.
Pipiltin ingin mengubah cara dunia melihat dan menikmati cokelat Indonesia, dengan meningkatkan standar, tidak hanya melakukan
apa yang dilakukan orang lain, tetapi mengubah tradisi membuat coklat tradisional. Setiap cokelat Pipiltin merupakan perwujudan komitmen terhadap kualitas kakao Indonesia yang tinggi.
Keberlanjutan Kerjasama ITPC Sydney dan UTS
“Program ini merupakan terobosan untuk penguatan hubungan ekonomi Indonesia dan Australia melalui hubungan people-to-people” ujar Ibu Ayu selaku Direktur ITPC. Dapat dipastikan, kerjasama ini akan terus berlanjut antara UTS dan ITPC Sydney untuk memungkinkan mahasiswa dari Fakultas Desain dan Fakultas Studi dan Pendidikan Internasional dari UTS untuk belajar tentang kisah-kisah menarik tentang produk-produk Indonesia, serta praktek keberlanjutan dalam pembuatan produk tersebut.
Seperti yang dikutip dari Associate Prof. Andrew Hurley, “Program ini adalah kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pembelajaran dan mengintegrasikan dengan dunia bisnis”.
Senada dengan hal tersebut, Bapak Vedi Kurnia Buana selaku Konjen RI juga menyambut baik keberlanjutan program ini yang dinilai memberi manfaat pada hubungan kerjasama antara dua negara. Gelombang selanjutnya akan digelar kembali di awal tahun depan dan kembali menghadirkan cerita produk-produk unggulan Indonesia. [IM]