Asiknya Jalan-Jalan Sambil Kerja di Australia

2505
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Suka traveling tapi sering terhambat kerjaan? Ya, sebagian besar orang mengaku kesulitan mendapat cuti atau jadwal yang cocok untuk berpelesir hanya karena pekerjaan. Namun, pekerjaan jugalah yang membuat kita bisa berpelesir dan menikmati berbagai kenyamanan. Nah, sejak awal 2012, ada sebuah program yang sangat cocok bagi Anda yang menghadapi kendala di atas, yakni Working Holiday Visa (WHV). Dari namanya saja sudah jelas, visa untuk bekerja dan berlibur, maka sudah dipastikan Anda bisa mendapat keduanya sekaligus dengan visa ini.

Kabarnya, visa ini digagas dengan tujuan mendorong pertukaran budaya serta mempererat hubungan warga Indonesia dengan Australia. Dari tahun ke tahun, sekitar 1000 kuota dibuka untuk anak-anak muda yang ingin bekerja dan berlibur di Australia selama setahun lamanya. Begitu pula dengan anak muda Australia yang ingin bekerja dan jalan-jalan di Indonesia. Working Holiday Visa ini membuat anak-anak muda dapat bekerja dengan kontrak jangka pendek, dapat uang, dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Mulai dari menabung, jalan-jalan, sampai mempersiapkan usaha ketika pulang dari perantauan kelak. Aturan yang pasti, pekerja cuma boleh dikontrak paling lama 6 bulan saja. Setelah itu, pekerja harus mulai cari kerja baru lagi selama 6 bulan juga.

Awalnya, banyak yang ragu dengan visa ini. Pasalnya, berbeda dari program beasiswa, orang yang dikirim harus berjuang sendiri menentukan hidup, cari pekerjaan, sampai mencari tempat tinggal yang cocok selama bekerja. Nah, ternyata hal itu justru menjadi tantangan dan memberikan pengalaman tersendiri bagi para pekerja dengan visa ini. Mereka jadi belajar lebih banyak cara adaptasi dan merantau di negeri orang – meski hanya untuk setahun saja.

Para pendaftar dituntut untuk aktif dan siaga lewat berbagai platform komunikasi. Sebut saja laman grup Facebook WHV Australia dan koran setempat yang banyak memberikan informasi seputar pemburu pekerja sementara. Dari grup dan forum pula biasanya akan lebih mudah untuk peserta WHV menemukan partner untuk berbagi ruangan selama di Australia.

Nah, yang harus diketahui ialah para pekerja yang memiliki WHV juga diharuskan untuk membayar pajak menurut aturan pajak pemerintahan Australia. Tentunya bayaran persentase pajak tergantung pada penghasilan masing-masing. Informasi tersebut dapat diunggah disitus pemerintah www.ato.gov.au.

Walau harus membayar pajak – tentunya banyak peserta yang tetap bisa menabung dengan baik sehingga mereka dapat berjalan-jalan ke sejumlah tempat di Australia untuk menikmati “bekerja sambil libur”. Ada juga yang menggunakan uang hasil tabungannya untuk kembali ke Indonesia atau melanjutkan kuliah di Australia.

Anehnya, meski menawarkan banyak pengalaman menarik dan potensi yang besar, sayangnya kuota Working Holiday Visa sejumlah 1000 jiwa ini kerap tidak terpenuhi setiap tahunnya. Setelah diselidiki lebih lanjut alasan utama seringnya quota tidak terpenuhi adalah tingginya syarat jumlah rupiah yang harus ada di rekening tabungan sebelum berangkat.

Nilai uang Rp. 50 juta dinilai masih agak mahal sehingga banyak yang urung atau gugur sepanjang proses. Pada 2015, hanya 500 orang yang berangkat dengan Working Holiday Visa. Padahal visa ini memang ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah. Saat ini, Nadjib Riphat Kesoema, Duta Besar Indonesia untuk Australia, sedang melakukan lobi ke pemerintah Australia agar menurunkan jumlah minimal dana di tabungan sebagai syarat untuk mengajukan permohonan Working Holiday Visa.

Selain biaya tersebut, ada beberapa persyaratan lain yang juga harus dilengkapi. Antara lain rentang usia antara 18 – 30 tahun pada saat mengajukan permohonan visa, mengajukan permohonan di negeri asal, memiliki tingkat kemahiran bahasa Inggris sekurang-kurangnya tingkat fungsional, tidak memiliki anak dibawah umur yang akan pergi dengan pemohon, belum pernah mengikuti program working holiday visa sebelumnya, memiliki dana kurang lebih sebesar 5000 dollar Australia, dan melengkapi berbagai dokumen yang diperlukan untuk administrasi.

Dari berbagai forum Working Holiday Visa, bisa dilihat bahwa mereka mendapat berbagai keuntungan dengan menjalani program ini. Mulai dari mendapat pengalaman hidup mandiri, bekerja dengan lingkungan baru, beradaptasi dengan banyak etnis dan ras, hingga cara mengatur hidup lebih cermat. Selain itu, tentu saja bisa mendapat keliling Australia sepanjang tahun – dengan diselingi bekerja tentunya. Anda bisa tinggal dan bekerja di Brisbane, pindah ke Darwin, dan pindah ke Katherine untuk crossborder menuju Corindi Beach, New South Wales. Sebuah pengalaman yang mungkin sulit didapat jika Anda tidak mengikuti program ini.

Hingga saat ini sudah ada lebih dari 12 ribu pengguna aktif di laman grup WHV Indonesia yang selalu dipenuhi info-info seputar program, pengalaman, dan interaksi yang sangat bermanfaat. Nah, jika Anda pecinta traveling dan ingin menjelajah Australia tanpa pusing jatah cuti, rasanya program ini tepat untuk diambil. Namun, jangan lupa untuk tetap bertanggung jawab dan hemat untuk menghindari segala risiko terburuk yang bisa terjadi.

Previous articleMemperkenalkan PPIA VIC dan Ranting 2016-2017
Next articleMiracles Are Everywhere…(when you believe)