Apa Dampak Film Horror?

1250
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

“Coba lihat ada apa di belakang lu?” Deg. Deg. Deg.

Acung tangan bagi kalian yang penyuka film horror! I’m definitely not one of you. In fact, that’s the only kind of movie I hate. Seringkali aku memandang heran pada teman-temanku yang mengajakku nonton film horror. “Buat apa bayar buat ditakut-takutin?” begitu pikirku. Belum lagi kalau jadi tidak bisa tidur malamnya. Tidak ada faedahnya! Nah, sebelum kalian horror enthusiast menimpuk aku, itu hanya pendapat pribadi seorang ‘penakut’ seperti aku yaa (hehee). Anyway, di bulan oktober ini banyak negara yang merayakan Halloween atau hari raya untuk memeringati orang-orang yang sudah meninggal. Dan di momen-momen seperti ini makin banyaklah film atau video horror yang beredar. Hal ini jadi membuatku kepo, sebenarnya untuk apa sih orang-orang menonton horror? Apakah dampak film horror bagi penontonnya? Apa yang membuat seseorang menyukai (atau membenci) adegan-adegan menyeramkan dan mengagetkan itu?

Ternyata, secara ilmiah, tubuh kita mengalami reaksi yang sama seperti ketika dihadapkan dengan bahaya (misalnya dikejar anjing atau baru sadar hari ini exam…). Tubuh kita melepaskan adrenalin dan pembuluh darah kita menyempitkan darah yang bergerak ke organ vital dan otot. Hal ini terjadi karena tubuh kita mempersiapkan diri dengan meningkatkan kemampuan tubuh untuk membentuk gumpalan jika terjadi kehilangan darah atau cedera. Nah selain itu, ini hal-hal lain yang terjadi saat kita menonton horror:

1. Denyut jantung dan nafas memburu
Kedua hal ini sebenarnya berkaitan juga dengan hal yang dilakukan tubuh kita saat merasa ‘terancam’ atau dihadapkan dengan ‘fleet or flight’ siituation. Tubuh kita mencoba memompa darah dan menabung oksigen banyak-banyak untuk memungkinkan tubuh kita bergerak lebih cepat.

2. Muscle tense
Siapa yang tanpa sadar mencengkram kursi di bioskop atau mungkin tangan “teman” kalian (hayoloh yang modus) saat adegan menegangkan? Hal ini dikarenakan otot kalian yang menegang karena adegan mengerikan (atau stressful). Hal ini mirip dengan orang yang mengalami panic attacks, meski dalam skala yang berbeda.

3. Meningkatnya “stress hormone”
Nah, yang ini sedikit mengkhawatirkan. Menaruh diri kalian di dalam situasi yang “life-threatening” (or at least making your brain think you are) bisa membuat produksi hormone kortisol/stress hormone yang berlebih. Extremely, hal ini bisa menyebabkan memory loss or depression. Hal ini juga bisa memicu memori buruk di masa lalu karena kemiripan kondisi tubuh yang dipicu oleh hormon ini.

Namun, jangan khawatir! Situasi ini mirip dengan kondisi tubuh kalian saat sedang beraktifitas atau berolahraga, jadi bagi kebanyakan orang seharusnya tidak memiliki dampak bagi kesehatan tubuh. Tubuh kalian akan kembali normal setelahnya. Namun, berbeda dengan dampak psikologisnya. Bagi beberapa orang yang prone to stress, mungkin akan memiliki dampak yang cukup besar secara psikologis. Bagaimanapun, kembali lagi pada diri kalian. If you feel like you’re fine after watching horror, go for it! But if you end up anxious, then don’t!

Beberapa orang mungkin malah menyukai adrenalinnya. Dan itu yang menjadi alasan mereka menyukai film horror. Beberapa menyukai ceritanya, beberapa suka rasa deg-deg an nya, bahkan ada juga yang menjadikannya alasan untuk ‘modus’ atau terlihat berani di depan gebetan. Sementara itu, di kubu sebelah, beberapa orang tidak menyukai horror untuk (ironisnya) hal yang mirip! Mereka tidak suka rasa deg-deg annya, atau ceritanya yang “hanya bikin takut”. Bahkan ada beberapa yang trauma akibat nonton horror. Begitulah hasil survey ku lewat Instagram questions. Jawaban-jawaban yang menarik, bukan? Well, suka atau tidak suka horror akhirnya memang balik ke preferensi masing-masing orang. Untuk alasan yang sama seseorang bisa menjadikannya aspek yang ia sukai atau tidak sukai.

Untuk mengakhiri artikel ini, aku akan menutup dengan quote salah satu teman ku yang menyukai film horror, I think he sums the reasons up pretty well:

“Genre horror itu lebih variabel, in a sense that tiap film bisa offer storyline yang beda-beda jadi tiap film nya unik, gak kayak film action/superhero yang terkesan generik dan itu-itu aja. Film horror yang digarap dengan apik juga biasanya punya aspek cinematography yang cemerlang. Jadi tidak melulu jumpscare yang digadang untuk membuat bulu kuduk berdiri, tetapi lebih ke building up the intensity through the twisted storyline and the dark nuance yang bisa digrasp dari aspek audio dan visual film”

Meski aku kurang setuju dengan pendapatnya tentang film action/superhero (ehm, a marvel fans right here!), tapi mungkin begitulah indahnya genre-genre film, termasuk genre horror. Mereka membuat keragaman yang bisa dinikmati oleh orang-orang yang beragam dengan alasan yang beragam juga. [IM/Natasha Ingelia]

(sources: Liputan6.com “Ternyata Ini yang Terjadi Dalam Tubuh Saat Menonton Film Horor”, Bustle.com “Exactly What Happens To Your Body When You Watch Horror Movies”, Buzzfeed “Are Horror Movies Bad For Your Health? An Expert Cardiologist Weighs In”).

Previous articleAll Things Local – Tiga Hari di Melbourne
Next articleIndomedia 101 – Birthday Freebies