Angie datang ke Darwin pada tahun 2019 mengikuti sang suami yang mendapat kesempatan bekerja di Konsulat RI Darwin. Pada tahun 2020, Angie berkesempatan menghadiri Darwin Cup (Picnic Day) yang biasa diadakan setahun sekali pada Senin pertama di bulan Agustus dan merupakan hari libur resmi di NT.
Darwin Cup merupakan suatu acara yang sangat meriah. Ketika itu Angie datang hanya untuk sekedar melihat keramaian di event tersebut. Namun, ia kemudian tertarik menyaksikan acara Fashion Show untuk wanita dan pria, yang ternyata bukan hanya sekedar show, tapi sudah berupa kompetisi. Kebetulan Angie memang dari dulu sudah menyenangi dunia fashion.
Hal tersebut membuat Angie termotivasi untuk mencoba mengikuti acara fashion show pada tahun berikutnya. Dengan tanya sana sini untuk mempersiapkan diri, akhirnya ia memutuskan untuk ikut di fashion show Darwin Cup 2021. Pertama kali mencoba ia bahkan tidak masuk 10 besar.
Kemudian ia menyadari kalau dirinya perlu lebih persistent, dan mungkin perlu juga membuat desain gaun sendiri untuk tampil beda, agar bisa melangkah menuju kemenangan. Pada bulan Maret 2021,
ia belajar menjahit empat jam sekali seminggu di “Our Common Threads” yang terletak di tengah kota Darwin. Sesi menjahit yang kreatif ini gratis untuk wanita. Angie tahu tempat ini dari Ibu Mira Arismunandar, teman dari keluarga besar Konsulat RI Darwin.
Beberapa waktu kemudian, tepatnya di bulan Mei 2021, ia putuskan untuk membeli mesin jahit. Angie mulai menjahit bajunya sendiri. Kemudian ia juga mengerjakan baju buat putrinya, Qiana, buah hati satu-satunya yang baru berumur 5 tahun, dengan membuat label kain “qika_thelabel.”
“Saya selalu suka memakai desain yang sama dengan putri saya,” ujarnya.
Pada tahun 2022, dengan dukungan suami tercinta. Mas Wibi, tepatnya tanggal 30 Juli, Angie mencoba ikut Fashion Show Bet Palmerston Sprint Day, salah satu kompetisi yang terhubung ke Darwin Cup. Tak disangka, ia lolos dan bisa tampil sebagai juara dua di kompetisi itu. Namun, kemudian pada Darwin Cup, 1 Agustus 2022, ia kembali gagal masuk ke final sama sekali.
“Kegagalan ini menjadi cambuk bagi saya untuk terus berjuang menuju final pada tahun berikutnya. Saya jelas sudah mulai dan ternyata bisa menandingi orang bule Australia dan komunitas multikultural lain. Dengan pikiran ini, saya tidak menyerah begitu saja,” tekadnya.
“Saya kemudian berusaha sebaik mungkin mencari bahan yang lebih bagus lagi untuk membuat gaun. Teman-teman memberi semangat dan saya sendiri mendorong diri saya untuk berpikir positif. Dan sebagai orang Indonesia, why not, kita pun pasti bisa berhasil di luar negeri tentunya, apalagi jika sudah bertekad bulat dan berupaya dengan keras,” tambahnya.
Pada tanggal 22 Juli 2023, Angie mengikuti lomba Derby Day dimana setiap kontestan harus menggunakan pakaian dengan tema hitam putih. Ia lolos masuk ke posisi lima besar, tetapi tidak meraih juara satu atau dua. “Ini berarti saya harus betul-betul bekerja lebih keras lagi untuk masuk tiga besar di Darwin Cup 2023,” pikirnya.
Sebelum final Darwin Cup 2023 yang diadakan pada 7 Agustus 2023, Angie mengikutsertakan sang anak dalam lomba “Darwin Fashion on the Field Kids”, untuk anak usia 0 sampai 18 tahun. Acara ini didukung dan diresmikan oleh NT Chief Minister Natasha Fyles.
Untuk kompetisi tersebut, Angie membuatkan baju untuk Qiana mengikuti lomba itu, dan tidak disangka-sangka, Qiana menang kompetisi dengan menggondol juara pertama untuk kategori usia 0-5 tahun. “Aku bangga dan bahagia sekali melihat putriku itu,” katanya.
Kembali ke sesi final Darwin Cup 2023, dengan baju desainnya sendiri yang menggunakan bahan Aboriginal Papulankuntja Artist, Angie tampil hingga ke semi final dan mendapat juara 1 serta lolos masuk ke grand final di hari yang sama.
Ia harus bertanding kembali dengan juara 1 dan 2 dari kompetisi Derby Day sebelumnya. Dan di tahap grand final, Angie berhasil memenangkan posisi juara 2.
“Ini jelas merupakan suatu achievement dari upaya serius saya; satu langkah lagi menuju juara satu. Untuk itu, saya mesti berjuang lagi dari sekarang menuju kompetisi tahun 2024,” tekadnya.
“Saya bertekad untuk bekerja lebih keras lagi, agar pada tahun 2024 bisa menggondol juara satu. Mohon doa dan bantuan semua teman-teman, termasuk juga dari pembaca Indomedia di Sydney dan dimana saja di Australia. Saya yakin tidak ada yang bisa mengalahkan konsistensi kita dalam berkarya dan berkreasi, serta rasa keteguhan kita yang mendalam dengan apa yang kita lakukan sehingga posisi nomor satu pasti bisa kita capai”.
Sedikit Latar Belakang tentang Darwin Cup (Picnic Day)
Picnic Day yang jatuh pada hari Senin pertama pada setiap bulan Agustus merupakan hari libur umum di Northern Territory, yang terkenal dengan alamnya yang menakjubkan. Selain perlombaan kuda The Harts Range, juga diadakan pertunjukan bull riding (rodeo), tari-tarian, dan penampilan hasil karya seni masyarakat Aboriginal. Beberapa tahun terakhir ini, Picnic Day dilengkapi pula dengan perlombaan Fashion on the Field yang umumnya juga ada di wilayah Australia lainnya.Berbagai jenis makanan yang dipanggang, dibakar ada semua di sana. Ada banyak orang lain di luar NT juga yang berkunjung ke Darwin pada kesempatan ini. Kegiatan ini utamanya merupakan sebuah family and friendly event yang mempertebal rasa persaudaraan dan kekompakan semua.
Perayaan yang dimulai sejak akhir tahun 1800-an ini dulunya disebut Union/Trade Picnic Day, yang diawali dengan tiga abang beradik dari keluarga Webb dan seorang polisi lokal yang sepakat mengadakan perlombaan kuda untuk melihat kuda siapa yang bisa menang.
Menurut sejarahnya dulu, secara praktis semua orang yang ada di kota Darwin pergi ke Adelaide River untuk berpartisipasi di acara tersebut, dengan menumpang kereta api khusus. Setelah berhenti beberapa lama, tradisi ini dimulai lagi pada tahun 1930-an. Kemudian baru pada tahun 1947, Picnic Day dijadikan hari libur umum di NT, dengan suatu perayaan yang berlangsung selama tiga hari.
[IM/Dituturkan oleh Anggie Kayla]