Mungkin benar adanya: usia hanyalah angka. Rasa muda–dan tua–memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan dan bagaimana orang lain memandangnya. Jika Anda ingin tampil dan merasa lebih muda tanpa memakai perawatan kulit seharga ratusan dollar, silakan dibaca terus.
Frau Leli yang Awet Muda
Kalau kata “awet muda” dapat berujud seseorang, Leli adalah nama pertama yang nongol di benak saya. Beliau adalah dosen saya saat berkuliah dua dasawarsa lalu. Saat itu ia masih dosen junior, baru lulus S1 dua tahun sebelumnya, dan akan mengambil S2 di Jerman tahun berikutnya sebagai syarat mengajar di tingkat universitas. Kira-kira lima tahun lalu, saat saya mengikuti seminar di mantan kampus tercinta, saya bertemu kembali dengan Frau Leli–demikian saya memanggilnya. Dan, to my surprise, wajah dan perawakannya tak banyak berubah. Dia hanya sedikit gemuk saja di bagian pinggang. Selebihnya, Frau Leli tampak seperti mahasiswa S2 berusia akhir 20-an–di usia yang menginjak 55 tahun!
Dengan nada bercanda, saya mengajukan pertanyaan sejuta dollar: “Awet muda banget, Frau. Rahasianya apa, sih?” I was dead serious! Yang ditanya cengar-cengir, dan kemudian menjawab santai, “Cuma air putih doang…” Ha! Nggak mungkin. Kali ini dengan bawa-bawa profesi jurnalis yang sedang berlagak riset, saya bertanya lagi dengan nada yang jauh dari bercanda.
Menilai air wajah saya yang serius, Frau Leli menjelaskan, “Iya, saya tahu banyak yang bilang begitu. Sejatinya, saya, sih, nggak melakukan apa-apa. Saya kan cuma dosen, mana terbelilah produk perawatan kulit yang harganya jutaan. Apalagi laser-laseran dan tanam benang. Aduuuh, selain mahal dan ngeri dengan prosesnya, mana ada waktu buat begituan… Perawatan laser kan ada downtime (masa pemulihan_RED) segala, sedangkan waktu saya 9 to 5, ya, di kampus.”
Terus, kalau menurut Frau, faktor apa, dong? Desak saya, nggak menyerah minta konkretnya. Lalu, Frau Leli pun memberi jurus-jurus awet mudanya: bangun lebih pagi, olahraga ringan, minum air putih, hindari gula, pola makan sehat, baca, ketawa, mengelola stres, dan melalukan hobinya, yaitu menyulam. Dari data yang diberikan, tak satu pun yang perlu biaya uang di atas seratus ribu rupiah. Frau Leli tidak menikah dan tidak memiliki anak. Nggak stres ditanya orang-orang terus? “Sejak saya berulang tahun
ke-40, saya lebih lega, karena mereka berhenti nanya,” jawabnya ringan. Benar juga.
Leli adalah contoh perempuan yang rahasia awet muda berbiaya sangat terjangkau. Dengan serius, saya mencontoh gaya hidupnya, meski masih doyan makan dan minum yang manis, serta tidak menyulam. Apakah benar, awet muda muda didapat dengan
pola hidup tertentu?
Berawal dari Pikiran
Ilmuwan psikologis dari Harvard Ellen Langer selama lebih dari 30 tahun memelajari bagaimana pikiran memengaruhi tubuh. Dalam salah satu studinya, ia membuat beberapa orang tua hidup dalam sebuah ruang lingkup yang diubah sedemikian rupa hingga seperti 20 tahun sebelumnya. Setiap orang yang terlibat dalam eksperimen itu pun semua bergaya seperti 20 tahun lalu. “Penglihatan mereka membaik dan kekuatan mereka membaik,” katanya.
Dalam studi yang ia lakukan bersama Laura M. Hsu dari Harvard dan Jaewoo Chung dari Massachusetts Institute of Technology, para perempuan dipotong rambutnya dan dicat. Para relawan lalu melihat foto sebelum dan sesudah wanita tersebut. Mereka yang percaya bahwa rambut yang dicat membuat mereka lebih muda benar-benar terlihat muda setelah kunjungan ke salon, menurut para pengamat yang ditunjukkan foto-foto hanya wajah saja. Para wanita yang tidak percaya terlihat muda setelah dicat tidak terlihat muda.
Riset sebelumya menemukan bahwa pola kebotakan pada pria meningkatkan risiko kanker prostat. Langer dan rekan-rekannya berasumsi bahwa kemungkinan para pria tersebut membotak karena merasa tua; setiap hari berkaca, mereka sangat diingatkan bahwa mereka menua. Kanker prostat lebih banyak terjadi pada pria. Beberapa masalah jantung juga terkait dengan kebotakan. Belum ada alasan bologisnya mengapa kebotakan dan masalah jantung berjalan beriringan; perasaan tentang usia mungkin saja menjadi sebagian faktor.
Para ibu pertama kali yang usianya lebih tua seringkali lebih sehat saat mereka menua daripada mereka yang memiliki anak di usia yang lebih muda–mungkin, kata Langer, karena mereka menghabiskan waktu dengan para wanita yang lebih muda di tempat bermain dan prasekolah. Dan, orang yang menikah dengan pasangan yang lebih tua memiliki harapan hidup lebih pendek. Sebaliknya, yang menikahi orang yang lebih tua, hidup lebih lama.
Jadi, kalau teori yang ditemukan Langer dkk itu benar, dan merasa muda membuat kita lebih sehat, apa yang bisa kita lakukan? Bergaya remaja? Ngecat rambut? Menemukan kekasih yang lebih muda–jauh lebih muda lebih baik? Langer menjawab lugas: “Jangan lakukan yang tidak ingin Anda lakukan. Menurut saya, kita memiliki kontrol lebih besar atas kesehatan dan kebahagiaan diri dari yang kita sadar.”
Obsesi yang Mahal dan Meletihkan
Pernah mendengar dua perempuan yang sedang membicarakan perempuan lainnya? Sering, bukan? Pernah dengar yang topiknya usaha-usaha supaya terlihat lebih muda a.k.a. maksa? Sering banget!
Kadang-kadang, kita nggak bisa menghindari dari pertanyaan yang muncul di kepala sendiri saat melihat perempuan atau pria yang jelas-jelas sudah terlihat sepuh tapi “maksa” kelihatan muda. Entah di negara maju maupun yang sedang menuju maju, “pemandangan” ini selalu ada.
Salah satu pemborosan yang paling kentara adalah produk perawatan kecantikan
yang selalu punya janji kulit lebih muda, bercahaya, dan berisi. Semua merek mampu memberikan kamu versi lebih muda. Serum, krim, dan cairan anti-penuaan, anti-kerut, membanjiri pasar, sekaligus membebani pikiran. Mana yang paling tokcer?
Wanita di usia lebih dari 50 tahun jarang ditampilkan dalam iklan-iklan produk kecantikan. Kalaupun ada, wajah mereka tanpa kerut yang alaminya sudah mereka miliki. Yang lebih aneh, jika seorang perempuan ditampilkan dengan kerut-kerut alaminya, iklan seolah menjadi alat bunuh diri. Iyalah, siapa yang mau beli produk yang bikin awet tua? Ketika Sarah Jessica Parker tampil apa adanya di usia 53 tahun ke acara prestisius Met Gala,
dia mengalami bullying parah karena berani-beraninya pakai eyeshadow biru dan tak
lagi seperti Carrie, tokoh 30 tahun yang ia perani di serial fenomal Sex and the City.
Perempuan, khususnya, seringkali menjadi takut saat beranjak tua karena a) selalu diingatkan betapa menariknya saat masih muda dan b) penolakan dari diri sendiri
untuk menua. Menjadi tua selalu dikaitkan dengan menjadi jelek dan kehilangan kuasa menaklukkan. Jika narasi itu yang terus digaungkan dan dipercaya oleh semua perempuan, tak heran semua janji produk perawatan kecantikan itu ditelan mentah-mentah. Perempuan dikondisikan sedemikian rupa untuk terobsesi dengan kemudaan.
Kita gagal mengerti bahwa penuaan pun adalah fase yang penuh kemuliaan.
Lebih mulia dari kecantikan, kemudaan, dan kekuasaan.
The New BFFs: Botox, Fillers, Lasers
Program TV dan selebritas turut menyumbang inspirasi untuk selalu tampak berkilau dan kencang. Jumlah perempuan berusia 19 dan 34 di Amerika Serikat yang memakai Botox dan fillers naik 41% sejak 2011. Riset mensinyalir bahwa sebanyak 100,000 injeksi Botox diberikan setiap tahunnya di Inggris. Prosedur kecantikan non-operasi meningkat sejalan dengan meningkatnya obsesi swafoto dan penggunaan filer di media sosial. Para dokter mencatat naiknya kasus wanita muda yang minta Botox agar terlihat “terfilter”.
Obsesi untuk menahan laju proses penuaan ini telah membuat kita berhenti mempertanyakan darimana tekanan untuk awet muda ini berasal dan mengapa
kita lebih memilih menyuntik wajah kita dengan bahan kimia, panas, dan racun
yang kita sadari bahwa kita telah menjadi diri kita yang palsu.
Pola Makan & Awet Sehat (Baca: Awet Muda)
Akhirnya, pembaca budiman, menjadi tua jelas tak terhindarkan (pastinya juga
lebih baik daripada pilihan satunya). Jika pertambahan usia diluar kendali manusia,
Anda dapat memperlambat dampak penuaan dengan pilihan-pilihan yang tepat.
Dari makanan yang kita makan, pergaulan, dan misi hidup kita — itu semua
memengaruhi cepat atau lambatnya penuaan tubuh. Di bawah ini, Indomedia
memberikan beberapa tip makan agar tubuh dan pikiran Anda tetap “awet muda”.
Dan, ya, tak pernah ada kata terlambat untuk memulai.
1. Turunkan Berat Badan (Sedikit Saja)
Perubahan kecil pada berat badan memberi dampak yang besar pada risiko kesehatan. Kehilangan 5 persen lemak tubuh terbukti dapat mengurangi risiko diabetes dan penyakit jantung, serta memperbaiki fungsi metabolis di hati, lemak, dan jaringan otot Artinya, orang yang berbobot 60kg dapat manfaat kesehatan hanya dengan kehilangan lemak 4,5kg. Tentu saja, siapa yang tidak ingin kehilangan berat badan berlebih, dimulai dari 5%-nya–yang artinya sangat mudah,
2. Hindari Daging yang Diproses
Daging yang diproses, seperti hot dogs dan sosis mengalami proses digarami,
diaweti, atau diasapi untuk meningkatkan citarasa. Banyak studi menemukan kaitan seringnya/banyaknya mengonsumsi daging yang diproses dengan penyakit-penyakit, seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker usus.
3. Makan yang Warna Biru (dan, Warna Lainnya)
Jika ada satu makanan yang disebut “super food”, namanya bisa jadi blueberry.
Dari penelitian 187,000 pria dan perempuan pekerja kesehatan, mengonsumsi blueberries tiga atau lebih porsi seminggu mengurangi 26% risiko terkena diabetes. Jika tidak biasa setiap hari, konsumsilah sayur dan buah yang berwarna gelap lainnya: cherries, bayam, dan kale. Makanan tersebut kaya zat gizi, serat, dan karotenoid, selain bikin kenyang.
4. Hindari Makanan Awetan
Taktik terbaik untuk menghindari “tua sebelum waktunya” adalah dengan tidak minum
dan makanan yang diawetkan. Hal itu langsung menghilangkan pertambahan gula di pola makan. Makanan apa saja, sih, yang termasuk awetan? Pokoknya, semua yang ada di dalam kemasan: keripik, batang granola, junk food, fast food, pizza beku, dll. Tapi, ada pengecualian makanan kemasan, seperti kacang, telur, minyak zaitun, susu, dll. [IM]