Try To Be A Rainbow In Someone’s Cloud

150
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Indahnya Usia Senja
Hitung usiamu dengan senyuman
bukan dengan air mata
Semoga di usia senja ini, dapat menjadi lebih bijak dan bermanfaat

Ramadhan telah pergi, meninggalkan sejuta kenangan bagi umat Islam. Tiba saatnya kini menyongsong hari kemenangan. 

Melepas perginya Ramadhan bukan berarti melepas kebaikan yang sudah kita jalani. Tidak terkecuali bagi kami yang berusia lanjut. Kerinduan hadirnya Ramadhan merupakan karunia dan nikmat Allah, masih diberi kesempatan menjalankan Ibadah di bulan suci penuh berkah. Kesempatan yang tidak kami sia-siakan dalam meraih pahala.

Banyak hal yang seakan tidak mungkin kita jalankan, dapat kami lalui bersama. Ramadhan mengajarkan arti sabar, berbagi, peduli dengan sesama. Bermanfaat dengan membantu memudahkan urusan keluarga, atau teman yang menghadapi kesulitan.

Di usia yang tidak muda lagi, sudah saatnya kami menikmati masa tua dengan tenang. Kami lewati hari-hari kami dengan mengerjakan hal yang bermanfaat dengan lebih banyak mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

Suatu hari kami menerima berita kakak suami sakit dan dirawat di rumah sakit. Sebagai adik, suami merasa bertanggungjawab untuk merawat kakaknya, di negara yang jauh dari keluarga tanpa anak dan isteri.

Sampai saat ini kakak ipar sudah 12 bulan terbaring di rumah sakit Brisbane. Melalui berbagai jalur hukum negara setempat, suami diputuskan untuk menjadi Guardian, yang diterima suami dengan gembira dan bersemangat tanpa mengetahui tugas apa yang akan dihadapi. Ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Tugasnya tidak hanya rutin mengunjungi kakak, diskusi dengan dokter, tapi banyak masalah-masalah rumit harus dihadapi secara hukum.

Melihat kondisi suami yang tidak muda ditambah kesehatan yang butuh perhatian khusus, sempat juga membuatku kesal. Seharusnya kami hidup tenang, menikmati masa tua bersama. Setiap menerima telpon dari social worker, surat dari pemerintah yang jawabannya dibutuhkan dalam waktu singkat, membuat kami frustasi. Belum lagi ditambah hal-hal kecil yang menambah beban pikiran.

Tidak tega melihat kondisi suami, secara tidak langsung sebagai isteri aku banyak ikut terlibat.
Tidak adil rasanya. Ingin rasanya tidak peduli, tapi tetap saja terbawa dalam pikiran yang membuatku sulit memejamkan mata. Rencana yang kami susun jadi berantakan yang mengakibatkan perbedaan pendapat yang menimbulkan keributan-keributan kecil.

Pada malam hari disaat membaca ayat Al Quran, tanpa sengaja aku membaca suatu ayat; “kecuali orang-orang yang bersabar dan mengerjakan kebajikan mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar (Hud 11)

Ayat tersebut seakan menegurku yang membuatku malu atas sikap yang hanya memikirkan diri sendiri. Terbayang seandainya diriku yang sakit terbaring seorang diri. Apakah ini jawaban Allah bagi hambaNYA yang sedang kesal, dan tidak mau menerima keadaan. Ayat tersebut melapangkan dadaku. Bahwa semua yang hadir dalam kehidupan kita bukan secara kebetulan.

Dibalik semua kesulitan, ketidaknyamanan yang kita rasakan ada Hikmah yang tersembunyi.
Maka sabar, ikhlas adalah kuncinya. Orang yang ikhlas laksana seorang yang berjalan dipasir, tak terdengar langkahnya, namun terlihat jejaknya.

Selama Ramadhan sudah 2 kali aku mendampingi suami melakukan perjalanan ke Brisbane dengan kereta api. Alhamdulillah suami begitu bersemangat walau kondisi kesehatannya butuh perhatian.
Niat tulus membantu saudara yang sedang terbaring sakit di rumah sakit, melupakan perjalanan jauh yang kami tempuh.

Dengan kemudahan dari Pemerintah, biaya transport kereta relatif murah dibandingkan dengan pesawat, hanya kami harus rela melakukan 15 jam perjalanan. Saur dan buka puasa serta sholat kami lakukan di kereta api. Ternyata perjalanan ini begitu nikmat. Disaat para penumpang lainnya tertidur kami merasakan nikmatnya saur dengan bekal yang kami siapkan, roti, kurma dan air.

Setiap kunjungan ke Brisbane menjenguk kakak yang tergeletak tidak berdaya, tatapannya yang kosong hanya butir bening air mata membasahi pipinya, seakan ekspresi bahagia akan kunjungan kami. 

Sedih melihatnya. Di rumah sakit yang setiap kali kami kunjungi, melihat pasien lainnya yang keadaannya memprihatinkan, membuatku tidak habisnya bersyukur.

Tanpa disadari balasan kebaikan datang saat sulit. Saat bingung tidak tahu apa yang harus kami lakukan, selalu ada uluran tangan yang tidak disangka yang memudahkan urusan kami. Pentingnya saling tolong menolong. Dengan membantu orang lain sama dengan memudahkan urusan sendiri. Suatu hari nanti kita juga butuh bantuan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kebaikan akan kembali kepada kita, begitu juga kejelekan.

Bertambahnya kerutan di wajah menandakan bertambah bijak seseorang. Di usia lanjut bukan alasan tidak bermanfaat dan berbuat kebaikan. Mengambil pelajaran dari berbagai pengalaman teman-teman yang lebih tua, kita petik hal-hal positif, dan ternyata menjalani masa tua itu indah.

Maka saya dan suami memanfaatkan masa tua dengan sebaik-baiknya. Belajar mengendalikan emosi, dapat menerima bahwa tidak semua hal sesuai dengan kehendak hati.

Tetap memperbaiki diri dengan melihat kekurangan diri. Takut dan menyesal seandainya tidak berubah menjadi manusia yang lebih baik sampai masa kita tiba. Nikmati setiap saat bertambahnya usia, karena setiap saat yang hadir itu Istimewa, yang kita jalani hanya sekali. Nyamanlah dengan bertambahnya usia. [IM]


Penulis Mbak Yoen

Previous articleABSC Inc. Meluncurkan Majalah Ekonomos Edisi 4 di Acara Makan Malam Gala Tahunan
Next articleDari Acara Buka Bersama Minang Saiyo Sydney (MSS) Ramadan 1444H / 2023M