Sosok Ayah Modern

486
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Kaum ayah pernah dipandang sebagai orang yang memberi makan dan mendisiplinkan keluarga. Seorang ahli antropologi mengemukakan 9 temuannya pada sosok ayah modern yang telah 
mengubah cara pandang kita tentang ayah. Apakah peran kepala keluarga akan hilang selamanya? 

1. Pengetahuan adalah Power
Peran ayah di banyak negara Barat telah sangat berubah dalam 50 tahun belakangan. Saat ini, para ayah tak ingin dibatasi hanya sebagai “si pencari nafkah dan pendisipin”; mereka ingin menjadi co-parents sejati, turut memberikan pendidikan dan kasih sayang pada anak-anaknya. Perubahan ini terjadi karena adanya pencari nafkah lain dalam keluarga, dan tidak adanya keluarga sedarah yang tinggal berdekatan.

Hal tersebut tentu saja membutuhkan ayah untuk ikut berperan. Para periset mempelajari tidak saja bahwa ada ayah biologis dan psikologis, juga peran unik yang ia emban dalam keluarga, para ayah merasa telah diberdayakan untuk terlibat, paham bahwa juga sama pentingnya untuk anak-anak dan keluarga seperti halnya sosok ibu.

2. Ayah seharusnya mendampingi ibu yang melahirkan
Para ayah menjadi sosok tetap dalam ruang melahirkan di tahun 1970-an dan saat ini, 96% pria menyaksikan kelahiran anak-anak mereka. Namun, kita masih belum yakin apa yang harus mereka lakukan. Selain ada bukti bahwa calon orang tua melihat sendiri kelahiran anak-anak mereka sebagai pengalaman bersama, dan kehadiran ayah memberikan dampak positif pada ibu dan bayi, masih banyak ayah yang masih merasa seperti “cadangan”, si pembawa tas daripada pemain yang sama penting.

Dalam buku-buku bimbingan kesehatan buat profesional, contohnya National Institute for Health and Care Excellence (Nice) di Inggris yang setebal 88 halaman, tidak menyebutkan kata “ayah” atau “partner”. Karena para ibu menjalani proses fisik yang sulit dan menyakitkan, kita sering lupa bahwa ayah pun, pada saat yang sama, menjalani perubahan psikologis dan fisiologis.

Berada di sisi pasangan yang sedang melahirkan ternyata sangat penting, tidak hanya menjadi momen penting bagi keluarga, juga memberikan ikatan ayah-bayi dan memberikan ketenangan saat sang ayah mengambil peran “ayah”. Sudah waktunya kita berpikir ulang.

3. Menjadi ayah adalah insting
Kita cenderung percaya bahwa ibu adalah orang tua yang memiliki insting, dan ayah harus belajar untuk memilikinya. Padahal, ayah pun secara biologis terlatih seperti halnya ibu. Semua ayah baru mengalami penurunan hormon testosteron permanen saat anaknya lahir, bahkan sesudahnya pada beberapa kasus. 

Penurunan hormon ini penting karena tidak hanya memotivasi para ayah untuk menjadi orang tua yang berempati dan sensitif, tetapi juga memastikan bahwa ayah memiliki perasaan “senang dan nyaman” saat ia berinteraksi dengan bayi barunya.

Perubahan kimia ini berarti meningkatkan perawatan, perhatian, empati, dan penyelesaian masalah, serta ayah bisa sama luarbiasanya seperti halnya ibu. Tidak ada lagi istilah peran merawat anak tangan kedua buat ayah. Ia adalah juga orang tua yang merawat dan mencintai anaknya. 

4. Cuti hamil harus dibayar
Inggris, tempat penelitian ini berasal, adalah satu dari 94 negara yang menawarkan cuti melahirkan bagi para ayah tapi dengan persyaratan berliku. Para karyawan pria yang bakal menjadi ayah punya hak cuti dua minggu dengan bayaran £149 per minggu.

Yang self-employed tentu saja menentukan sendiri seberapa lama cutinya. Jika ingin cuti yang lebih panjang, para ayah ini dapat mendaftar untuk berbagi cuti dengan istrinya yang merelakan jatah cuti melahirkannya untuk pasangannya, juga dengan bayaran yang sama. 

Tingkat pengambilan cuti berbagi ini ternyata cukup rendah, hanya sekitar 5%. Sebabnya bukan karena “segan”, tapi hanya sedikit para ayah yang mampu mendapatkannya. Para campaigners saat ini sedang gencar melobi pemerintah untuk mengadopsi sistem cuti melahirkan yang mirip dengan di Norwegia dan Swedia, yang memberikan 16 minggu cuti dibayar.

5. Ayah membangun ikatan unik
Para ayah membangun ikatan luar biasa dan digdaya dengan anak-anaknya, dan berbeda dari ikatan yang terjadi antara ibu-anak. Baik ibu dan ayah membangun ikatannya berdasarkan perawatan, hanya saja ayah menambahkan elemen tantangan dan hal itu tercermin dalam perannya ‘membangun struktur’ bagi anak untuk memasuki dunia di luar keluarga.

Apa pun budayanya, para ayah ini terlihat mendorong developmental boundaries dan memperkenalkan anak-anaknya pada risiko dan tantangan, yang membantu mereka membangun ketahanan mental dan fisik yang diperlukan saat bertahan dalam arus dunia yang semakin cepat. Salah satu cara yang paling efektif yang dilakukan para ayah untuk hal ini adalah melalui permainan.

6. Pentingnya ‘main fisik’
Kita semua mengenal permainan ‘otot’. Aktivitas ini bersifat cepat dan ‘fisik’, yaitu misalnya melempar anak ke udara, menerbangkan mereka ke sekeliling ruangan dan menggelitik supaya menyerah sampai mereka berteriak kencang atau tertawa tergelak-gelak. Permainan fisik umumnya hanya dilakukan para ayah. 

Terlihat sangat menyenangkan, permainan fisik memiliki peran penting membangun ikatan kuat dan perkembangan anak. Permainan seperti ini juga melepaskan hormon-hormon ikatan di setiap mereka yang terlibat. Karena sifatnya yang fisik dan menantang, permainan ini juga membangun kemampuan timbal balik, empati, penilaian risiko, dan mengatasi tantangan yang diperlukan anak-anak. Ayah dan anak memiliki jenis permainan sendiri, yang berbeda dari permainan yang ibu tawarkan.

7. Saran ayah penting buat remaja
Ayah memiliki peran unik dalam membantu anaknya memasuki dunia di luar keluarga, yang artinya adalah saran mereka lebih penting untuk perkembangan anak dibandingkan saran ibu. Secara khusus, para ayah memiliki peran penting selama masa transisi ke pra-sekolah, yaitu dalam perkembangan kecakapan berbahasa dan tingkah laku prososial, seperti berbagi, peduli, dan membantu.

Di masa remaja, ikatan yang terbangun antara para ayah dan anaknya menjadi landasan kesehatan mental yang baik menuju dunia dewasa. Para remaja yang memiliki hubungan yang aman dengan ayahnya dan memiliki aktivitas bersama memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi. Tingkat kesepian dan kegusaran serta depresinya juga lebih rendah. 

Para ayah yang memiliki anak perempuan bahkan memiliki masukan yang lebih penting lagi karena memberi pengaruh pada pencapaian edukasi, karier, dan hubungan yang lebih sehat dengan orang lain. 

8. Pria juga bisa depresi
Sepersepuluh pria mengalami kesehatan mental buruk selama masa setelah kelahiran bayinya, dibandingkan wanita yang mencapai 14%. Perasaan tak berdaya yang tak terdiagnosa dan terdukung ini ternyata memiliki dampak negatif pada perkembangan anak dan fungsi keluarga.

Depresi yang diderita para ayah ini memiliki gejala yang berbeda dengan yang diderita para ibu dan seringnya terlewat karena kebijakan bahwa para ayah tak memiliki rutinitas check-up yang diwajibkan hanya karena mereka tidak melahirkan. Para pria cenderung mengalami kekhawatiran dan sikap agresi lebih tinggi. Pada akhirnya mereka meminum obat untuk mengatasinya. 

Penyebab depresi pasca melahirkan bagi pria berbeda: meski memang ada elemen hormonal, para pria biasanya berpikir bahwa hubungannya dengan pasangannya menjadi lebih sulit. Dan, jika mereka mendapat perawatan karena depresi yang berlanjut artinya mereka tidak dapat mencapai tujuannya, yaitu menjadi ayah yang merawat langsung anaknya.

9. ‘Ayah’ tak harus biologis
Sosok ayah dapat terwujud dari banyak bentuk dan menggenapi peran mereka lewat beragam cara. Di Barat, para pria mendapat keistimewaan jika menjadi ayah biologis. Hal itu nggak berlaku di seluruh belahan dunia. Ayah adalah mereka yang mengambil tanggung jawab dan melakukannya. 

Sosok ayah dapat ditemui pada kakek, paman, teman, atau guru. Beberapa anak punya banyak ayah. Pendiktean siapa ayah seringkali merupakan gabungan faktor-faktor lingkungan, termasuk risiko fisik dan ekonomis, serta aturan-aturan budaya. Karena menjadi ayah tidak terikat biologi, hal yang sama berlaku pada ibu, ayah adalah juga orang tua yang merespons cepat pada perubahan lingkungan, yang artinya tidak ada standar “best dad” yang baku. [IM] 

 

Ayah Terbaik, Terjahat, Dan Tersubur

Setiap minggu pertama bulan September, Australia merayakan hari ayah. Sejatinya, Father’s Day dimulai pada tahun 1908, ketika ibadah “Father’s Day” diselenggarakan di West Virginia, AS, untuk menghormati para pria yang terbunuh di bencana pertambangan Monongah, dan korban terbanyaknya adalah ayah. Di tahun 1910, seorang perempuan bernama Sonora Smart Dodd mulai mempromosikan libur Hari Ayah di Spokane, Washington, sebagai pengingat akan ayahnya sendiri. 

Di bulan yang merayakan Hari Ayah, INDOMEDIA ingin mengajak Anda mengenali para ayah yang tercatat dalam sejarah, baik dalam kebaikannya, keburukannya, maupun betapa banyak anak yang telah dihasilkannya.

Ayah Terbaik 

> Sir Thomas More
More adalah seorang pengacara, filsuf, negawaran, dan Lord High Chancellor Inggris di tahun 1500-an. Ia dinobatkan menjadi seorang ksatria saat zaman Raja Henry VIII. Namun, More, yang menganut Katolik Roma, menolak memberi dukungan pembatalan pernikahan pertama Raja Henry VIII sehingga ia dapat menikahi Anne Boleyn. More juga menolak mengakui bahwa Raja Henry adalah Supreme Head dari Church of England. Sang raja pun menitahkan untuk memenggal More.

Sebelum tewas dieksekusi, More adalah ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya. Ia memiliki empat anak dengan istri pertamanya, membesarkan anak istri keduanya seperti putrinya sendiri, dan menjadi guardian bagi dua anak lainnya. Ia memberikan anak-anaknya pendidikan klasik, termasuk anak-anak perempuannya, yang tidak biasa pada masa itu. Ia sangat bangga akan anak-anaknya, dan hasilnya, para keluarga bangsawan lainnya ikut menyekolahkan anak-anak perempuannya. Gereja katolik menjadikannya seorang suci di tahun 1935.

> William Jackson Smart
Nama Smart mungkin tidak terlalu familiar bagi kita, tapi putrinya, Sonora Smart Dodd, bekerja keras agar penghormatannya pada ayah menghasilkan sebuah hari khusus.

Lahir pada abad ke-19, Smart merupakan veteran Civil War. Usai perang, ia menikah dan memiliki lima anak, dan kemudian menduda. Ia kemudian menikah kembali dengan seorang wanita beranak tiga; ia juga memberi perlindungan pada adik sang istri yang menjanda dan anaknya, sehingga semua anak dapat dibesarkan bersama.

Istri kedua Smart melahirkan enam lagi. Ia meninggal saat melahirkan anak terakhirnya. Smart kembali menduda, kali ini dengan sembilan anak. Dodd menceritakan bahwa ayahnya dengan senang hati mengambil peran ibu juga bagi anak-anaknya.

Setelah menghadiri ibadah Mother’s Day di tahun 1909, tercetuslah di benak Dodd seharusnya ada hari istimewa yang sama untuk merayakan para ayah yang penyayang dan pekerja keras, seperti ayahnya. Ia kemudian mensponsori sebuah ibadah di Spokane bulan Juni berikutnya. Meskipun idenya didukung banyak orang, baru di tahun 1972 Presiden Richard Nixon mendeklarasikan Minggu ketiga di bulan Juni sebagai hari libur nasional untuk merayakan peran para ayah. Dodd meninggal dunia enam tahun kemudian di usia 96.

> Dick Hoyt
Hoyt telah berlari di Boston Marathons sebanyak lebih dari 32 kali, dan ikut serta di lebih ajang 1100 atletik, termasuk Ironman Triathlons, dengan putra sulungnya, Rick. Yang unik dari Tim Hoyt ini adalah bahwa Rick menderita spastic quadriplegia dan Cerebral Palsy yang parah. Rick tidak bisa bicara dan harus menggunakan kursi roda, yang didorong sang ayah saat bertanding.

Saat Rick masih bayi, Dick dan istrinya, Judy, disarankan untuk menaruh putra mereka itu di sebuah institusi. Para dokter mengatakan bahwa Rick tak mungkin memiliki hidup yang berkualitas. Namun keluarga Hoyt tahu bahwa Rick sangatlah cerdas dan hanya perlu solusi yang tepat. Pada akhirnya, para siswa engineering mengembangkan komputer khusus yang memampukan Rick berkomunikasi, satu huruf demi satu huruf. Rick kemudian menjadi sosok quadriplegic tuna-wicara yang lulus dari School of Education di Boston University.

Saat berusia 15 tahun, Rick bertanya pada ayahnya apakah mereka bisa ikut serta dalam sebuah perlombaan amal lari sejauh lima mil. Lomba ini didedikasikan untuk seorang atlet lokal yang lumpuh karena kecelakaan mobil. Setelah perlombaan itu, Rick mengatakan pada ayahnya bahwa saat mereka berlari, ia tak merasa seperti difabel. Hal itulah yang kemudian mencetuskan Tim Hoyt. 

Dua putra Dick dan Judy lainnya, Rob dan Russ, juga mewarisi komitmen untuk memberikan yang terbaik dari ayah dan kakak mereka. Mereka meraih penghargaan di bidang renang dan gulat, juga sangat mendukung ayah dan kakak mereka dengan antusiasme dan cinta.

Ayah Terburuk

> John Paul Getty
Walaupun bergelar orang terkaya di dunia, Getty terkenal sangat melindungi hartanya. Ia memasang sebuah telepon berbayar di rumah megahnya di London supaya tidak membayar tagihan telepon tamunya. Pria hidung belang ini menikah dan bercerai lima kali. Ia vmemasukkan kelima anak prianya ke dalam surat wasiat dan dibatalkannya, tergantung mood-nya saat itu. Ketika putranya Timothy meninggal di usia 12 tahun karena tumor otak, Getty, yang selalu mengeluh soal tagihan medis dan child support Tim, bahkan tidak menghadiri pemakamannya.

Ketika cucunya, John Paul Getty III, diculik di Italia, para penculik meminta $17 juta sebagai tebusan. Getty menolak. Para penculik memotong sedikit kuping sang cucu dan mengirimnya ke Getty. Dengan mengeluh, ia memberi $2.2 juta karena itulah jumlah maksimal yang bisa dikembalikan pajaknya. Ia meminjamkan $700,000 kepada ayah sang cucu, yang juga adalah anaknya sendiri, yang kemudian dibungakan sebanyak 4%.

> Marvin Gay Sr.
Gay Sr. dilaporkan sebagai sosok yang keras dan sangat disiplin pada anak-anaknya. Hukuman paling brutalnya ditimpakan pada putranya Marvin Gay Jr. Saat Marvin muda menjadi musisi Motown yang sangat sukses, ia mengganti namanya menjadi Marvin Gaye, dengan tambahan “e” di akhir, sebagai penghormatan pada Sam Cooke, sekaligus memberi jarak pada ayahnya. Di tahun 1984, setelah berbaku hantam, Gay menembak mati putranya itu. Kematiannya ditangisi oleh begitu banyak penggemar yang berduka.

> Woody Allen
Allen boleh jadi seorang sutradara Hollywood yang hebat, tapi ayah yang sangat buruk. Di tahun 1990-an, ia tinggal bersama pasangannya, Mia Farrow, ketiga anak mereka, dan anak-anak Farrow dari hubungan sebelumnya. Farrow menemukan bahwa Allen terlibat hubungan seksual dengan putri tiri mereka yang berusia 21 tahun. Tak lama kemudian, putri Allen yang berusia tujuh tahun menceritakan pada ibunya bahwa sang ayah pun melecehkannya.

Di usia 57 tahun, Allen merespons berita ini dengan menggelar konperensi pers untuk menyangkal tuduhan pelecehan dan menyatakan cintanya pada putri tirinya, Soon-Yi yang baru saja kuliah di tahun kedua.

Pertarungan brutal memperebutkan hak pengasuhan anak pun terjadi. Walaupun Farrow tak dapat membuktikan klaim pelecehan, ia diberikan hak pengasuhan anak secara penuh, dan para juri menyatakan Allen sebagai ayah yang “egois, tidak dapat dipercaya, dan tidak sensitif”. 

Ayah Paling Produktif

> Genghis Khan
Khan membangun kekasairan Mongolia dengan menyatukan begitu banyak suku nomaden di Timur Laut Asia. Kabarnya, ia membapaki lebih dari 1000 anak, yang terdengarnya seperti sebuah legenda. Namun, sebuah penelitian genetika di tahun 2003 membuktikan bahwa Khan, yang meninggal dunia pada 1227, adalah leluhur pria dari 0.5% populasi dunia saat ini. Legenda itu bisa jadi benar adanya.

> Moulay Ismail bin Sharif
Sharif adalah Sultan Maroko dari 1687 sampai 1727. Masa kepemimpinannya selama 55  tahun itu dikabarkan menjadi masa keemasan dalam sejarah negeri, ditandai dengan keamanan, ketenangan, dan ketertiban. Guinness Book of World Records mengklaim bahwa Sharif adalah ayah dari 1042 anak dari empat istri dan paling tidak 500 selir. 

> Bertold P. Wiesner
Wiesner, seorang ahli biologi kelahiran Austria, dan istrinya Dr. Mary Barton, membuka sebuah klinik kesuburan di London di awal tahun 1940-an. Selama lebih dari dua dekade, mereka membantu pasangan tak subur dari kelas menengah dan atas mendapatkan 1,500 anak menggunakan inseminasi buatan. Dunia kemudian tahu banyak dari kehamilan itu terjadi dengan bantuan sperma Wiesner sendiri. Diperkirakan, ia mungkin adalah ayah biologis lebih dari 600 anak yang lahir antara awal 1940-an sampai awal 1960-an. [IM]

Sydneysiders Say…
MY FATHER, (STILL) MY HERO

 

Martono Tjandra, Glenwood

Menurut Anda, apakah peran ayah itu?
Sebagai kepala yang mendidik/mengajar, menafkahi, mengasihi, dan menjadi contoh untuk keluarga, terutama anak.

Sekuat-kuatnya seorang Ibu, dia tidak dapat menggantikan peran ayah. Menurut Anda?
Ayah adalah pelindung atau safe space buat anggota keluarganya. Peran ibu di keluarga adalah sebagai pelengkap, di mana kekurangan dari ayah akan di-cover oleh ibu. Kolaborasi yang baik antara ayah dan ibu akan menghasilkan keluarga yang baik.

Apa sajakah tantangan menjadi seorang ayah di era serba digital, feminis, dan woke/cancel culture seperti saat ini?
Ayah dituntut untuk lebih menonjol dalam perannya dalam era ini. Simple term-nya, sekarang tugas bapak bukan hanya mencari nafkah, tapi lebih fokus untuk mengayomi anak (inner being) supaya mereka mempunyai nilai yang benar. Bukan hanya nilai pelajaran yang baik, di sekolah selective saja yang menjadi pusat dari anak. Bisa berbicara heart to heart dengan anak juga adalah goal dari seorang ayah, menurut saya.

Memori yang tidak terlupakan tentang ayah Anda?
Beliau adalah pribadi yang luar biasa, banyak berjuang untuk keluarga, dan selalu memberikan yang terbaik yang  dia bisa untuk keluarga.

Tips dari Anda untuk menjadi ayah panutan?
Terus berusaha, karena menjadi ayah  itu adalah pelajaran hidup yang tidak akan pernah habis.

 

Raymond Hamilton, Earlwood

Menurut Anda, apakah peran ayah itu?
Ada banyak, tapi sebenarnya inti peran ayah adalah menanamkan pengertian yang dalam kepada anak supaya mau tulus mengasihi Tuhan dan mau menjadi berkat buat orang lain. Dengan adanya kemauan murni yang muncul dari dalam hati mereka akan mudah nantinya kita mengajari mereka banyak hal yang bisa bawa berkat buat orang lain.

Sekuat-kuatnya seorang Ibu, dia tidak dapat menggantikan peran ayah. Menurut Anda?
Seorang ayah ataupun seorang ibu sebenarnya punya kelebihannya dan keunikannya sendiri. Tapi, yang menjadi kepala haruslah seorang ayah. Ayahlah yang seharusnya mempunyai visi ke depan dan jelas akan values atau nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh keluarganya.

Apa sajakah tantangan menjadi seorang ayah di era serba digital, feminis, dan woke/cancel culture seperti saat ini?
Ya, memang it’s a challenge. Tugas kita sebagai orang tua harus mengajarkan banyak hal kepada anak-anak kita seperti di bawah ini. All of these can actually take years to teach them!

Di jaman serba digital, harus ada kesadaran bahwa wisdom itu sekarang lebih penting daripada knowledge. Knowledge sekarang bisa gampang didapat dari internet. Anak mesti dilatih supaya bisa wise dalam memilih dan mengambil keputusan yang tepat.

Feminism mengarahkan anak-anak muda (laki dan perempuan) untuk mendewakan penampilan. Kita harus ajari anak-anak kita supaya tidak fokus pada penampilan, tapi pada inner beauty, yaitu karakter yang akan membuat mereka beautiful as a person.

Woke/cancel culture bisa gampang buat anak-anak muda merasa depresi dan tertolak. Makanya, penting kita menanamkan pengertian kepada anak-anak kita bahwa no matter what happens, kita will forever love them.

Memori yang tidak terlupakan tentang ayah Anda?
Yang memorable adalah ketika ayah memberi pengertian tentang prioritas. Intinya adalah kejar dahulu yang paling penting dalam hidup ini, maka yang lainnya akan bisa kita dapati juga nantinya.

Tips dari Anda untuk menjadi ayah panutan?
Ada banyak tip sebenarnya bagaimana menjadi ayah yang baik. Tapi, ada 1 tip yang sederhana, yaitu minta saja saran dari isterimu, dia pasti akan beri feedback yang bagus supaya kamu bisa jadi ayah yang lebih baik.

 

Erwan Eli, Lidcombe

Menurut Anda, apakah peran ayah itu?
Seseorang yang mencukupi kebutuhan rohani dan jasmani seluruh isi keluarganya dengan bantuan Roh kudus.

Sekuat-kuatnya seorang Ibu, dia tidak dapat menggantikan peran ayah. Menurut Anda?
Betul. Kalau Anda sudah ditinggalkan oleh ayah jasmani, Anda masih memiliki Allah Bapa yang mengasihi kita semuanya. Percayalah kepada-Nya.

Apa sajakah tantangan menjadi seorang ayah di era serba digital, feminis, dan woke/cancel culture seperti saat ini?
Prioritas untuk memerhatikan kebutuhan rohani anak-anak sudah semakin berkurang dan menyerahkan kepada pihak lain, seperti gereja, dan ini harus segera disadari, diperbaiki, dan dilaksanakan bersama-sama dengan kekuatan-Nya.

Memori yang tak terlupakan tentang ayah Anda?
Ayah saya adalah ayah yang mengasihi dan menerima saya apa adanya.

Tips dari Anda untuk menjadi ayah panutan?
Mohon hikmat dan bimbingan-Nya dan jadilah sebisanya seperti ayah yang ada di Lukas 15:20-24. 

[IM]

Previous articleRibuan Pengunjung Meriahkan Indonesia Festival Di Sydney
Next articleMenjadi Ratu Bisnis Makanan Indonesia hingga Jembatan Penghubung Indonesia dan Australia