Mulai tahun 2020, PBB menetapkan Hari Teh Sedunia dirayakan setiap tanggal 21 Mei. Penetapan ini dilakukan untuk memaknai sejarah panjang teh sebagai warisan budaya,
yang tak hanya penting secara ekonomi, tetapi juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Teh pada dasarnya adalah minuman yang mengandung kafeina, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh juga sering dikaitkan dengan minuman yang dibuat dari buah,
rempah-rempah atau tanaman obat lain yang diseduh. Sebagai contoh, teh rosehip, camomile,
krisan, dan jiaogulan.
Selain merupakan sumber alami kafeina dan teofilin, teh juga merupakan antioksidan dengan kadar lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Cita rasa teh yang agak pahit konon menjadi kenikmatan tersendiri. Ini terbukti lewat popularitasnya yang telah dan masih menjadi minuman yang disukai banyak orang di belahan dunia ini. Bahkan setelah ratusan bahkan ribuan tahun berlalu.
Asal Muasal Teh dan Penyebarannya
Adalah Tiongkok, negeri yang menjadi tempat lahirnya teh. Di negeri inilah, tepatnya di provinsi Yunnan, bagian barat daya Tiongkok, pohon teh Tiongkok
(Camellia sinensis) ditemukan dan berasal. Disini pula ada tanaman teh liar yang berumur
2.700 tahun. Sementara selebihnya tanaman teh yang ditanam mencapai usia 800 tahun.
Menurut legenda, Shennong yang menjadi cikal bakal pertanian dan ramuan obat-obatan, menjadi penemu teh. Dikatakan dalam bukunya bahwa dia secara langsung mencoba banyak ramuan herbal dan menggunakan teh sebagai obat pemunah bila ia terkena racun dari ramuan yang dicoba. Hidup Shennong sendiri berakhir karena ia meminum ramuan yang beracun dan tidak sempat meminum teh pemunah racun.
Dari Tiongkok, kebiasaan minum teh kemudian menyebar ke Jepang (sekitar 2737 SM). Bibit teh dibawa ke negeri Sakura oleh seorang pendeta Buddha bernama Yeisei yang melihat bahwa teh
China mampu meningkatkan konsentrasi saat bermeditasi. Ia lalu dikenal sebagai bapak teh di Jepang. Karena asal muasal ini, teh Jepang pun dikaitkan dengan Zen Buddhisme.
Teh diminati pula dalam kekaisaran Jepang, yang kemudian menyebar dengan cepat di kalangan istana dam masyarakat. Teh bahkan menjadi budaya dan bagian dari seni yang dituangkan dalam upacara teh Jepang (Cha-no-yu). Biasanya, upacara ini membutuhkan latihan yang panjang, bahkan hingga bertahun-tahun. Ritual cha-no-yu sendiri diketahui sangat menjunjung tinggi kesempurnaan, kesopanan, pesona, dan keanggunan.
Dari Jepang, budaya minum teh lalu sampai ke Belanda, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh Eropa. Kala itu, teh menjadi minuman yang mahal (lebih dari $100 per pon), sehingga para pedagang teh pun dibuat makmur karenanya. Masyarakat Belanda sangat menggemari teh dan konsumsi teh pun meningkat pesat.
Hal serupa terjadi di negara Eropa lainnya. Teh menjadi bagian dari masyarakat di benua biru
dan ragam kombinasi konsumsi teh pun dicoba, seperti mencampurkannya dengan susu.
Pada masa itu pula, teh disajikan pertama kali di restoran.
Meskipun demikian, banyak yang mempertanyakan manfaat teh dan berbagai dampak negatif lainnya yang mungkin ditimbulkan oleh minuman ini.
Manfaat Teh Bagi Kesehatan
Sekadar pengingat, teh di China sendiri pada awalnya memang digunakan untuk bahan obat-obatan (abad ke-8 SM). Orang China pada waktu itu mengunyah teh untuk menikmati rasa yang menyenangkan dari sari daun teh. Tak hanya itu, teh juga sering dikaitkan dengan kegunaannya
untuk kesehatan.
Ini tidak terlepas dari beragam kandungan yang dimiliki teh sebagai minuman. Salah satunya sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi.
Teh juga mengandung kafeina (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir),
teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit. Kesemuanya adalah zat stimulan, yang memberikan efek rangsangan pada tubuh dan otak manusia. Zat ini bisa meningkatkan kewaspadaan atau memberikan efek lainnya pada tubuh.
Nah, selain memberikan efek rangsangan pada tubuh dan otak manusia, berikut 5 manfaat lainnya dari teh bagi kesehatan:
1. Melawan radikal bebas
Kandungan antioksidan di dalam teh bermanfaat bagi tubuh untuk melawan radikal bebas.
Radikal bebas inilah yang dapat merusak sel-sel dalam tubuh.
2. Membantu menurunkan berat badan
Sebagai minuman yang hampir tidak memiliki kalori, teh tak hanya dapat menghambat penyerapan lemak, teh juga membantu membakar lemak lebih banyak. Untuk mendapatkan manfaat ini dari teh, yang perlu dilakukan hanyalah tidak menambahkan banyak gula dan susu ke dalamnya.
3. Menurunkan risiko penyakit Alzheimer
Ada beberapa kelompok teh yang dibedakan berdasarkan cara pemrosesan sebelum dan setelah dipetik dari pohon, salah satunya teh hijau. Konon, teh hijau dapat membantu mengembangkan resistansi terhadap stres, dan berpotensi menurunkan risiko penyakit Alzheimer. Kandungan polifenol dalam teh juga bisa melindungi sel dari kerusakan.
4. Menurunkan risiko diabetes dan kadar kolesterol
Selain teh hijau, kelompok teh lainnya adalah teh hitam, yang disebut-sebut tak kalah berkhasiat.
Ya, jenis teh ini disebut tak hanya dapat menurunkan risiko diabetes tipe-2 dengan membantu mengendalikan gula darah setelah makan, teh hitam juga dapat membantu menurunkan faktor risiko penyakit kardiovaskular, termasuk kolesterol LDL, trigliserida, serta tekanan darah sistolik dan diastolik.
5. Memperbaiki kualitas tidur
Bukan tanpa alasan jika banyak orang memilih meminum teh sebelum tidur. Menurut sebuah penelitian di jurnal “Integrative Medicine Research”, minum teh dapat membantu meningkatkan kualitas tidur dan kualitas hidup pada mereka yang mengalami insomnia ringan hingga sedang. [IM]