Sarapan Untuk Yang Bangun Siang

4772
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

“Besok kita brunch bareng yuk!”, ajak seorang teman beberapa hari lalu. Brunch? Kalau Anda baru pertama kali mendengar istilah brunch, artinya Anda kurang kekinian alias ngga gaul. Aktivitas brunch yang sedang naik daun dilakukan oleh para kaum urban yang tinggal di kota-kota besar dengan rutinitas pekerjaan yang cukup padat ini, biasanya dilakukan di jam-jam yang bisa dikatakan ‘tanggung’, yaitu pukul 10.00 pagi – 12.00 siang. Jadi kebanyakan orang, khususnya anak muda mengartikan brunch sebagai makan pagi yang kesiangan dan makan siang yang kepagian.

Menurut kamus Oxford English Dictionary, istilah brunch yang merupakan kombinasi kata breakfast dan lunch adalah kegiatan yang menggabungkan aktivitas makan pagi dan makan siang di dalam satu waktu. Kegiatan brunch atau bruncheon, yang sebenarnya sudah tercatat dalam sejarah lebih dari seratus tahun yang lalu ini juga dikenal dengan istilah late morning breakfast atau early afternoon meal. Kebanyakan orang sepakat bahwa brunch dilangsungkan sekitar pukul 10.00 pagi. Tradisi brunch banyak dianggap orang berasal dari Amerika, namun sebenarnya brunch lebih dulu populer di Inggris pada periode tahun 1890-an.

Acara makan-makan ini merupakan bagian dari keseharian masyarakat Inggris yang senang berkumpul bersama keluarga di akhir pekan untuk berburu. Dalam tradisi pesta berburu ini, tuan rumah menyajikan makanan sebagai kudapan bagi para pemburu sebelum mereka berangkat ke hutan. Setelah para pemburu pulang, brunch dilanjutkan lagi dengan menyajikan menu masakan yang diolah dari hasil buruan yang bisa dibawa pulang.

Seiring perkembangan waktu, tradisi brunch bukan hanya dilakukan pada pesta berburu. Tetapi juga pada setiap hari minggu, ketika pada keluarga di sana meliburkan para pelayan rumahnya. Sebelum meninggalkan rumah, pagi-pagi sekali sang pelayan sudah menyiapkan hidangan yang tetap lezat disantap dengan keadaan dingin seperti roti, keju, sosis, ham dan lain-lain, di atas meja makan. Hidangan tersebut bisa disantap oleh seluruh anggota keluarga sewaktu-waktu, tanpa mengikuti jadwal makan pagi, siang ataupun malam.

Di Amerika sendiri brunch baru mulai dikenal pada sekitar tahun 1930-an. Konon untuk pertama kalinya, menu brunch disajikan di restoran pump room di Chicago’s Ambassador Hotel. Berhubung banyak perminatnya, restoran-restoran lain ikut menawarkan menu serupa pada pengunjung. Bagi mereka yang tidak berminat pergi ke restoran, brunch mulai sering diadakan di rumah-rumah dengan menu bervariasi, sesuai selera masing-masing. Menu yang diminati adalah beraneka olahan telur seperti omelette dan scrambled egg, muffin serta pancake.

BRUNCH ALA INDONESIA
Perlahan, kebiasaan masyarakat barat itu pun berkembang di negara-negara lain seperti di Asia. Tak ketinggalan, di Indonesia brunch pun mulai populer, khususnya bagi orang-orang yang tinggal di kota besar. Namun agak sedikit berbeda dengan bangsa barat, bagi orang Indonesia, aktivitas brunch sama artinya dengan menjawab kebutuhan mereka yang bangun siang di saat weekend. Ya, begitulah awal mula brunch menjadi bagian dari hidup masyarakat perkotaan seperti Jakarta.

Seperti dilansir dari situs Okezone, Assistant Marketing Communication Manager dari DoubleTree Hotel Jakarta, Ratrie Tathia, menyatakan bahwa kira-kira dua tahun belakangan ini pengunjung yang datang pada akhir pekan memang bangun lebih siang sehingga mereka akhirnya menggabungkan sarapan dengan makan siang. “Memperhatikan kebiasaan pengunjung ini maka kami menyadari memang akhir pekan adalah waktunya bersantai. Orang tidak harus makan terburu-buru sebelum pukul sembilan karena harus bekerja,” ujar Ratrie. Lagi pula, sambungnya, brunch sudah mulai cocok diterapkan oleh penduduk di kota-kota besar Indonesia yang sehari-hari bekerja dan ingin santai di akhir pekan. “Minggu adalah waktu makan sesuka hati, tanpa menu sarapan atau makan siang khusus. Sejak saat itulah pengelola hotel menerapan brunch setiap akhir pekan,” jelas Ratrie.

Senada dengan pihak Double Tree Hotel Jakarta, Hotal Shangri-La pun melihat brunch sebagai sebuah kebutuhan warga di akhir pekan. “Brunch merupakan salah satu cara untuk bersosialisasi saat akhir pekan. Sebab, pada hari libur orang lebih fleksibel menghabiskan waktu, dibandingkan hari kerja yang cenderung terburu-buru. Jam yang nanggung juga menjadi pilihan tepat bagi mereka yang tidak sempat sarapan,” ungkap Communications Executive Hotel Shangri-La, Yuska Lutfi Tuanakotta.

Menikmati brunch seolah menjadi pilihan tepat yang bertujuan mereduksi kepenatan bekerja. Selain itu, pemilihan hari Minggu dirasa pas untuk berkumpulnya seluruh keluarga. Orangtua dan anak-anak pasti sangat menikmati hari Minggu yang diisi dengan kegiatan menyenangkan. “Konsep inilah yang ingin dikenalkan brunch. Banyak orangtua ingin menikmati akhir pekan bersama anak-anaknya, tetapi tidak membuat si anak bosan,” tutur Public Relation Officer Hotel Borobudur Evi Rumondang.

Fenomena brunch merupakan hal yang wajar, khususnya bagi kaum metropolitan Jakarta. Menurut pandangan sosiolog dari Universitas Indonesia Ricardi Adnan, melewatkan Minggu siang bersama keluarga sangat dibutuhkan karena masyarakat urban membutuhkan rekreasi setelah rutinitas pekerjaan. Ibaratkan tubuh layaknya komputer yang harus di-refresh ulang setiap selesai bekerja. Dengan berkumpul dan brunch bersama keluarga inilah inilah, masyarakat perkotaan dapat santai sejenak sehingga mendapatkan keseimbangan hidup.

Namun berjalannya waktu istilah brunch tak hanya muncul di waktu akhir pekan saja, namun setiap hari. Bukan artinya orang Indonesia setiap hari banyak yang bangun siang tapi popularitas istilah brunch ini menunjukan bahwa brunch telah menjadi sebuah gaya hidup masyarakat ibukota. Kegiatan ini bukan sekadar menikmati hidangan tetapi sekaligus sarana bersosialisasi atau menjalain silahturahmi. Kini tidak jarang ditemukan sekelompok orang duduk sambil brunch bersama teman atau keluarga lengkap bahkan dengan kehadiran baby sitter.

Brunch tak lagi kegiatan eksklusif yang hanya ditemukan di restoran-restoran hotel berbintang lima. Sudah banyak rumah makan biasa, kafe, dan kedai-kedai kopi yang menyajikan menu brunch yang diperuntukkan bagi berbagai kalangan dan seluruh rentang usia. Mulai dari meeting yang dihadiri oleh para profesional muda, ajang temu kangen teman lama alias reuni, arisan, atau sekedar hang out bersama sahabat, semanya bisa dilakukan sembari menikmati menu brunch di tempat-tempat makan favorit. Anda tinggal memilih mulai dari menu ala barat seperti sandwich, omelette, hidangan bergaya oriental seperti dimsum hingga masakan lokal berupa nasi goreng atau bubur ayam.

Previous articleHoliday With(out) Gadget
Next articleHostel Keren Ini Patut Dicoba!