Maria Stefanie

872
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Up Close And Very Personal

Bermula dari sebuah krisis besar dalam hidupnya, perempuan kreatif ini malah menjadikannya titik balik untuk membuat sebuah kreasi yang sangat pribadi menjadi karya seni.

Halo, salam kenal. Saya, Maria Stefanie. Panggil aja Maria. Saya lahir di Surabaya tanggal 7 Desember 1985, besar di Jakarta, lalu pindah dan menetap di Sydney sejak 2012. Profesi saat ini adalah house manager (alias ibu rumahtangga) yang merangkap sebagai pencipta lagu dan produser, event planner, supir antarjemput, dan konsultan desain. Hobi saya jalan-jalan, ketemu banyak orang, dan berteman dengan orang baru. Berikut wawancara Indomedia dengan saya.

Apa passion-nya kamu
Passion saya lebih menjadi motivator dan pekerja sosial. Kalau pekerjaan menyanyi atau musisi yang saya geluti sekarang, rasanya lebih ke wadah yang Tuhan berikan untuk menyampaikan pesan-pesan motivasi ke orang. Jadi, istilahnya, dengan pekerjaan yang berbeda bisa mencapai apa yang menjadi passion saya.

Boleh ceritakan tentang karya terbaru kamu, yaitu Janji Suci, dan inspirasi
di baliknya?

Lagu Janji Suci ini terinspirasi dari kisah nyata saya ditahun 2018-2019 kemarin. Saat itu, 99% saya nyaris kehilangan pernikahan saya karena masalah yang tanpa henti dan menumpuk. Dari aspek keuangan, keluarga, pekerjaan, agama, parenting, relationship, mental health, dan lain sebagainya. Alasan yang kuat untuk tidak melanjutkan pernikahan karena relasi kami di semua aspek sudah sakit. Semakin kami berteriak minta tolong ke Tuhan, semakin Dia memberi beban yang baru lagi. Perputarannya seperti itu terus until both of us lost our trust in God, slowly and naturally. Waktu itu, feeling kami berdua, ya, seperti orang asing yang tinggal serumah. Tidak ada cinta sama sekali seperti masa pacaran. Nggak ada. Cuma ada perasaan sebagai teman, sebagai landlord-housemate.

Namun, dari sisa 1% kekuatan cadangan yang masih tersisa saya pakai untuk mempertajam iman saya dengan berdoa, ikut pendalaman Alkitab, konsultasi ke pastor, dan marriage counselling. Jujur, sudah malas sekali sama pernikahan saat itu. Tapi, kalau diinget-inget, nikah itu kan kita komitmen bukan janji. Kita bisa batalin janji, tapi nggak bisa batalin komitmen. Komitmen nikah “dalam keadaan untung dan malang tetap setia” inilah yang menjadi salah satu kunci saya untuk tetap bertahan. Bertahan dan maju, ya. Do something to improve! Bukan bertahan dan stay di tempat terus pasrah ngerasain sakit. Suami mau ngapain, istri cuma terima aja dengan alasan “ya, sudahlah, demi anak”, tidak bisa seperti itu.

Akhirnya saya memutuskan mengajak suami saya untuk bicara baik-baik, saling mengeluarkan unek-unek. Saya ajak melihat kembali perjuangan kami berdua dari awal, komitmen awal, win-win solution-nya sekarang mau seperti apa. Yang paling penting adalah mengajak untuk tidak perlu membahas siapa-salah-siapa-benar, your problem is my problem too. Saya bilang ke dia “relasi kita sudah sakit. Tapi, kan, kita nggak bisa asal pisah kayak orang pacaran. Kita udah married. Pilihannya mau lanjut tapi tetap sakit seperti ini atau mau lanjut tapi sembuh? Kalau mau sembuh, let’s work together coz we built this together. I need you to help me fix this”. Suami terdiam beberapa saat, menangis. Akhirnya, dia bilang, “I want to come back to you and the kids, I want this family back”. Itu adalah hari di mana kami berdua closed the chapter of whatever the ending, started the new one, re-sharpened the old commitment.

Inilah yang mewakili lirik di bait pertama “hari ini hari penting bagiku, kini kau memilihku setelah sekian lama kita arungi bersama segala suka duka”. Saat banyak sekali pasangan memilih untuk bercerai karena “sudah banyak perbedaan dan ketidakcocokan”, kami memilih bersatu dalam perbedaan itu. Perlahan, cinta yang tadinya jatuh ke level temen, land-lord-housemate, jadi tumbuh lagi jadi cinta suami istri.

Selain itu, boleh ceritakan beberapa karya kamu yang lain?
Karya yang sudah dipublish baru dua, sih. Pertama, saya menciptakan lagu rohani berjudul “Mengerti-Mu”, yang dinyanyikan kawan saya Yoan Zhang. Kedua adalah lagu Janji Suci. Setelah ini, yang ingin saya rilis adalah lagu berbahasa Inggris, dan juga beberapa cover lagu untuk konten.

Siapa musisi yang menginspirasi kamu?
Hampir semua. Setiap musisi adalah inspirasi buat saya. Mereka adalah guru saya dalam menentukan ke mana arah lagu-lagu yang saya ciptakan, seperti apa bernyanyi yang baik, seperti apa penyampaian bahasa dalam lagu, dan lain sebagainya. Karena lagu saya datang dari berbagai kategori, jadi saya pun harus belajar dari banyak musisi.

Ada pesan-pesan bagi pembaca yang ingin berkarya dalam bidang ini juga?
Pertama, kita nggak harus punya instrumen musik untuk bisa menciptakan lagu.
Dengan adanya menu recording di handphone, kita bisa merekam nada yang kita
ciptakan supaya nggak lupa. This what I’ve been doing.

Kedua, don’t delay, act now even just a small step. Kalau ragu, langsung riset
dan cari tahu dari relasi kalian yang sudah ada pengalaman di bidang musik.

Ketiga, berkaryalah dulu dan kesampingkan urusan “dapat duit berapa”.
Money comes when you have good products. Ini juga nasihat yang saya adaptasi
dari kak Lucky Barus, musisi Indonesia yang sudah 10 tahun di bidang musik,
eks personel band Indonesia “Base Jam” dan arranger dari salah satu lagu saya.

Kalau ingin lihat karya-karya lainnya bisa lihat di mana?
Instagram (@ms_mar.s), Facebook (Maria Laurent), dan YouTube (Maria Stefanie).
Boleh di-follow dan subscribe my channel, ya. See you there. [IM]

Previous articleMerdi Sihombing
Next articleLearn As If You Were To Live Forever – Oleh Yoen Yahya