Selamat Tahun Baru Sahabat Indomedia, doa saya semoga setiap Sahabat Indomedia selalu diberi keberkahan serta perlindungan yang sempurna dalam perjalanan di tahun 2023 oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini patut kita syukuri, karena ada beberapa di antara kita yang tidak memiliki kesempatan untuk memasuki tahun baru ini bersama kita.
Saya, Ivan Paulus dari Livingstone International, adalah seorang pebisnis diaspora yang aktif mengimpor produk dari Indonesia dan beberapa waktu lalu mendapat kehormatan untuk meraih Primaduta Award 2022 dari Presiden Joko Widodo dan Kementerian Perdagangan.
Pada akhir Desember lalu, selaku pebisnis diaspora saya juga diundang oleh Bapak Christophorus Barutu, Kepala Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC) Sydney, untuk berpartisipasi di acara yang diselenggarakan oleh media nasional tanah air, KompasTV, dengan topik khusus ‘Melihat Terang di Tahun Mendatang’.
Topik ini sangat menarik ditengah begitu banyaknya berita negatif yang ada disekitar kita. Apakah kita masih bisa melihat terang atau harapan di tahun 2023 ini. Singkat cerita, di saat tersulit pun akan ada peluang atau kesempatan, semua tergantung bagaimana mindset kita menyikapinya. Akan ada selalu harapan, bagi yang berharap.
Dalam acara tersebut, saya juga memberikan saran untuk mendorong produsen Indonesia berpacu melakukan ekspor. Mereka perlu diberi tax incentive seperti negara Cina dan negara-negara lain. Tax incentive di Cina bisa sampai 16%. Hal ini akan memacu mereka untuk berinovasi dan mencari cara bagaimana menjadi kompetitif di dunia internasional, dan apabila dijalankan mudah-mudahan bisa berdampak baik pada pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun baru.
Indonesia di panggung dunia pada tahun 2022 dengan menjadi tuan rumah untuk perhelatan KTT G20, forum 20 negara ekonomi terbesar di dunia.
Pada edisi spesial tahun baru ini saya juga ingin menceritakan pengalaman sebagai pebisnis diaspora dan pelaku ekonomi saat mengikuti acara B20 di Bali pada November lalu. B20 adalah business event untuk G20 yang diikuti oleh major business leaders dari 20 negara peserta G20. Pengalaman yang langka, unik dan luar biasa, bisa berinteraksi dengan pemimpin bisnis lokal Indonesia dan luar negeri. B20 menghasilkan banyak ide dan terobosan baru yang akan memberi terang harapan di tahun ini, juga masa depan. B20 berjalan sangat baik yang dikomandoi oleh Ibu Shinta Kamdani selaku B20 Chair dan Pak Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum Kadin.
Shinta menjabarkan hasil dari pertemuan B20 yang akan direkomendasikan pada pemimpin G20. Kuncinya adalah inovasi, inklusif dan kolaboratif. Inovasi berfokus pada membuka peluang baru pertumbuhan pasca krisis.
Dari sisi inklusivitas, UMKM berperan penting pada ketahanan ekonomi Indonesia. Terutama UMKM perempuan dan masyarakat rentan, yang fokus pada kapabilitas, kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.
Kemudian, kolaborasi yang menitikberatkan pada kerja sama secara global. Shinta mencontohkan arsitektur kesehatan global, yang terjadi dari hasil kolaborasi negara maju dan negara berkembang, sehingga bisa mengatasi potensi krisis global dan ancaman kesehatan.
Ada 25 rekomendasi kebijakan dan 65 rekomendasi aksi dari kebijakan yang dihasilkan dalam forum ini. Shinta menegaskan B20 menghasilkan program-program yang terinspirasi oleh agenda prioritas, yakni transisi energi, pertumbuhan yang inklusif dan layanan kesehatan yang berkeadilan.
Terlihat pebisnis-pebisnis besar dari tanah air dan internasional hadir dan berpartisipasi di acara B20 ini. Semoga keikutsertaan mereka bisa memberi kontribusi nyata mewujudkan program-program B20 yang juga memberi banyak kesempatan usaha baru.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada salah satu sesi panel mengatakan, bahwa kesempatan emas ada didepan mata untuk investasi di sektor kesehatan di Indonesia. Menurutnya, industri kesehatan di Indonesia akan berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun ke depan. Ini tak lepas dari kesepakatan-kesepakatan yang dicapai Indonesia dan negara-negara G20 di bidang kesehatan.
Salah satu hasil penting dalam pertemuan G20 di bawah presidensi Indonesia, menurut Budi, adalah terbentuknya dana antisipasi pandemi atau pandemic fund. Saat ini dana yang terkumpul mencapai US$ 1,4 miliar atau sekitar Rp 21 triliun dari 20 pendonor negara maupun lembaga filantropis.
Program program ini tentunya baik sekali bagi Indonesia di tahun ini dan tahun-tahun mendatang. Mari kita sambut peluang yang ada dengan tangan terbuka untuk diraih.
Demikian juga Australia di tempat kita menetap, menatap terang di tahun yang baru perlu kita lakukan, agar melihat kesempatan yang ada di tengah berita-berita yang kurang bagus.
Perdagangan Australia dan Indonesia misalnya, masih memiliki banyak potensi upside dalam sektor barang dan jasa. Kondisi perekonomian Indonesia dan Australia cukup resilien paska pandemic dibandingkan dengan banyak negara lain di dunia. Bahkan bisa dikatakan sangat baik.
Dalam semua aspek kehidupan kita pribadi, bisnis, pekerjaan, studi, dan keluarga, mari kita kenakan Super Mindset yang baik serta positif memasuki tahun baru, dan gunakan tahun baru ini untuk merebut kesempatan ditengah tantangan yang ada… sebelum diambil orang lain.
Semakin bersemangat, salam sukses Sahabat Indomedia dan Salam Diaspora! [Ivan Paulus/IM]