Inge Anugrah-Wibowo

4419
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Women: Stronger Together
Di salah satu media, perempuan bugar memesona ini dijuluki “pencuri hati Ari wibowo”.
Ya, siapa tak kenal bintang sinetron Indonesia yang berdarah Jerman itu? Namun, bukanlah siapa suaminya yang membuat Inge dikenal di kalangan penggiat kebugaran
dan kesehatan. Mari kita ngobrol dengan ibu dua putra yang memiliki kebiasaan bangun jam 4.30 pagi dan bersaat teduh sebelum memulai kegiatan hariannya ini.

1. Bagaimana Anda dibesarkan?
Aku lahir di Jakarta, besar di Jakarta sampai selesai SMP, lalu pindah ke Vancouver, Kanada. Selesai undergraduate, lanjutin postgraduate di Melbourne, karena mama papa merasa kejauhan dan dinginnya winter di Kanada a bit too much for them. I have older and younger brothers. Yang aku ingat banget, sih, dulu kecil, mama papa suka banget ajak kami ikut tour travel gitu, keliling negara-negara di dunia. Menyenangkan, karena aku jadi belajar banyak cultures, art, histories and of course different type of food. Kami bukan keluarga yang amat berkecukupan juga, sih. Tapi, papa pekerja keras yang tahu menikmati hasil kerja kerasnya, menabung untuk bisa jalan-jalan lihat dunia bersama keluarga. Aku pas masih kecil cukup competitive, selalu push myself untuk performed well di sekolah. Ngggak disuruh, tapi memang set up goal sendiri aja. Pokoknya, harus selalu masuk at least 5 besar aja tiap bagi rapot.

2. Nah, bisa ceritakan tentang keluarga Anda saat ini? 
Aku menikah saat usia 25 tahun dengan seorang actor legendary Indonesia, si ganteng
Ari Wibowo. Kami dikarunia dua orang anak laki-laki, Kenzo (12) dan Marco (11).

Nggak mau punya satu lagi, anak perempuan, Nge? 
Nggak, sudah cukup dan sudah content dengan apa yang aku punya sekarang, kok.
Kalau punya baby lagi kapan pacarannya? Aku dan suami sama-sama suka adventure, suka outdoor activity. Jadi, sejak anak-anak mulai agak mandiri, mulai lebih sering, deh, adventure touring motor bareng. Soon enough, kami bisa touring motor berempat hopefully. Aku sempat working full time di bidang pendidikan karena memang background pendidikanku di Early Childhood Education dan Psychology. Saat mengandung sudah cukup besar, aku resigned. We decided together that it would be best untuk aku full taking care the baby dan dikasih lagi anak kedua so soon menjadi berkat banget buat kami.

3. Kegiatan sehari-hari Anda?
My daily routine pretty simple and basic, kok, bangun pagi jam 4 atau 4:30, devotion time atau me-time setengah jam atau lebih, tergantung mood (just flow aja gitu). Sarapan, cuci muka, dan do my morning walk sekitar 40 menit, balik langsung mandi dan siapin sarapan anak-anak, making sure sudah beres tugas-tugas sekolahnya. Antar mereka sekolah, lalu aku ke gym, biasanya 1 jam sudah kelar. Grocery biasanya every 2 days, masak buat lunch, pick up kids, sore-an dikit masak buat dinner, kids do their homework. Tapi, sejak Covid, bedanya nggak antar-jemput sekolah aja. Jadi, lebih harus mengawasi mereka biar benar-benar fokus sama virtual school-nya, kadang suka kabur dari kelas virtual kalau nggak dipantau. Jujur, my boys lebih prefer ke sekolah beneran daripada virtual di rumah, but we try to adapt aja, deh, dan sering-sering encourage mereka. Kalau kids sudah
masuk kamar untuk tidur jam 8 malam, aku suka Netflix, or bikin-bikin
list tutorial workout (bikin konten) gitu, deh.

4. Apakah Anda memang “born to sport”?
Born, sih, nggak. Tapi, mama masukkin aku ke sekolah balet saat umur 6 atau 7 tahun, renang juga. Saat SMP, baru, deh, mulai show interest in dance, dan salah satu guru di sekolah noticed it. Jadi, aku sempat disuruh jadi head leader dance group-nya. Aku sempat kelebihan berat badan, lho, gara-gara mentality international student yang ngaco.
Demi ngirit makan, aku beli di Chinatown melulu, yang porsinya super-banyak, selalu nyari yang all-you-can-eat, dan nggak peduli olahraga, capek belajar capek bikin assignment.
Nah, setelah sadar, wah, kok ini sudah nggak benar. Masak harus nambah 2 size, sih?
Aku find my ‘Why’, aku mau sehat. Nggak bisa terus-terusan malas bergerak.
Jadi, mulai rajin kardio demi turunin berat badan, karena tahunya cuma itu.

5. Ceritakan bagaimana Anda menekuni dunia fitness?
Karena kurang knowledge about how our body works about balanced lifestyle in general, aku dulu cuma kardio aja non-stop. Fokusnya hanya satu, biar kurus. Tapi, ada satu saat di mana lutut dan ankle kena masalah karena durasi kardio yang way too much. Aku pun melihat “yes, aku kurus, tapi kok nggak kencang, ya?” Skinny fat istilahnya. Then, saat aku harus stop kardio, aku belajar cari tahu what i did wrong what to do next? Aku belajar bahwa kita, wanita, perlu banget main beban atau latihan resistance supaya bisa maintained good bone mass, supaya ada toned looking-nya. Penting untuk bikin metabolisme tubuh kita on point selalu. Dan, aku mulai pakai PT (personal trainer-RED) karena nggak tahu sama sekali soal latihan beban. Nah, melihat progres dan disiplin aku, my ex PT masukin aku ikut kompetisi yang diadakan oleh FitnessFirst Indonesia, and I won. Nah, di situlah awal mulanya aku merasa perlu ‘komporin’ wanita-wanita di luar sana bahwa kita harus make it balanced, ya latihan resistance, ya stretching, ya kardio. And, the importance of nutrition as our fuel. Aku ambil certification in Functional Training Specialist supaya aku share bukan hanya pengalaman dan hasil observasi saja, tapi proper knowledge ke teman-teman.

6. Bisa ceritakan satu saja pengalaman “tergila” Anda saat belajar fitness?
Ada satu kali aku latihan di squat rack, deep back squat dengan beban yang cukup
heboh saat itu. Karena kurang ready, eh, malah nggak bisa berdiri dan flat duduk
(my bootay nggak sekuat itu rupanya). So funny and dangerous, tapi lebih ke lucu, sih. Bagusnya segera ditangkep barbelnya sama my ex PT, jadi aman dan ketawa puas, deh.

7. Apa saja tantangan terbesar yang Anda hadapi selama ini?
Tidak ada tantangan besar, kok. Semua lancar dan seru. Banyak teman yang struggle
with staying motivated.
Buat aku, gerakin badan sudah jadi keharusan karena memang badan terasa lebih enak all day long kalau rutin dilatih. It is a journey yang memang secara personal harus aku alami untuk mengerti tipe workout apa yang cocok untuk aku dan tentu berbeda untuk tiap-tiap orang. Pola latihan dan bagaimana mempunyai well balanced lifestyle yang seutuhnya memang harus trial and error, dinikmati saja.

8. Bagaimana pola makan Anda? Apakah Anda memantang makan suatu
(atau beberapa) jenis makanan? Jika ada, mengapa?

Aku tipenya suka menyimak. Teman-teman banyak yang ikut diet ini itu, dan pattern-nya selalu sama: ujung-ujungnya yoyo diet. Jadi, aku nggak pernah benar-benar out loud support certain kind of Fad Diet. Kalau memang goal-nya weight loss, mudah saja. Aktif bergerak (workout) at least 30 minutes/day moderate intensity, nggak apa-apa dengan mengurangi porsi makanan sehari-hari. Simple saja, misalnya biasa makan 1 mangkok nasi, mulai kurangi jadi ¾ mangkok. Biasa ngemil junk food mulai ganti ke buah dan sayur. Makan kalau bisa yang dimasak sendiri, bukan processed food; less salt, less sugar, less deep-fried food. Drink lots of water and get enough quality sleep. Tubuh kita butuh karbo, butuh good fat, butuh protein, and butuh serat. Jadi, kalau salah satu di-take out totally, tentu akan ada efeknya di tubuh sooner or later menurutku. Aku mau enjoy my life, makan sesuatu yang enak dan berguna buat kesehatan kita kan happy, lho. Dan, kalau kita memang sayang badan, kita tentu mau masukin sesuatu yang bernutrisi baik.

9. Bisa ceritakan tentang Project Mari Gerak? (dari ide, konsep, dan merekrut hot mammas ;).
Berawal dari rasa gemes aku yang sudah salah pemikiran tentang how to keep my weight stabil. Kan aku rajinnya dulu kardio yang sampai cidera. Nah, setelah aku menang kompetisi, aku merasa aku harus ‘komporin’ para wanita untuk mulai aware pentingnya proper form, pentingnya ‘main’ resistance. Ya, nggak harus ‘main’ resistance/beban segede gaban juga, sih. Tapi, mengubah asumsi umum, yaitu kalau cewek ‘main’ beban akan bulky kaya Hulk. It is not gonna happen! Susah banget buat kita punya muscle karena hormon testosteronnya saja sudah beda banget. Those women yang kelihatan very muscular are purposely trained to be like that dan cara makan mereka pun men-support hal itu. Maybe with added supplement juga yang kita, para wanita umumnya nggak lakukan. 

The best thing about adding resistance/beban dalam workout, kita jadi ada toned look-nya, gitu. Dan, for me, personally, kadang-kadang ada when I feel like a badass ketika mampu doing deadlift seberat badan sendiri or even twice your body weight. It is empowering, sih, menurutku. Tapi, tentu nggak semua berani dan mau ‘main’ beban, which is fine. Just use bodyweight sudah cukup, kok. Aku tahu penting dan enaknya kalau sudah rajin olahraga. Mood jadi improved, tidur jadi nyenyak terus, skin glowing, and overall energy daily lebih banyak. 

Banyak dari kita, well, especially young moms yang merasa kurang pede setelah melahirkan karena bentuk badan yang berubah banget. Atau, young girls yang day in
and day out struggle sama body issue
karena dibombardir oleh media tentang how an attractive girl should look like. Aku mau empower them bahwa kita unik, kita beda,
kita tuh satu-satunya di dunia. Embrace and take care of ourselves.

Sehat saja dulu, great body itu bonus. Aku nggak mau lihat moms hanya complain,
hanya terima nasib, dan sedih di hidupnya sehari-hari. You can do something about it,
you can get active and be confidence in your own body
lagi, kok. Your body is amazing, bisa lakuin banyak hal kalau dilatih. 

Dan, dari pengalaman pun, aku tahu banget motivasi datang dan pergi. Jadi, kalau kita kumpul di komunitas yang punya goal yang sama, kita akan lebih mudah to stay on track and stay motivated. Di komunitas PM, kita suka coba-coba different type of workout. Intinya, menurutku, kita coba saja dulu. Suka atau nggak urusan nanti. Kalau suka, enak. Jadi, lebih bisa komit doing it, dan aku percaya kita women stronger together.

10. Let’s play favourite.
Activewear: Rockwear Australia
Food: anything Coconut
Place to hangout: non smoking places and outdoorsy
Workout: Functional Training (obviously)
Trainer: Hannah Eden

11. Pernahkah Anda absen berolahraga?
Pernah, kalau lagi sakit cukup berat. Harus peka listening to your body.

12. Bagaimana Anda menggambarkan “guilty pleasure” Anda?
Well, aku nggak pernah diet. Mau makan apa pun, makan aja, asal portion control. Nggak pernah melihat makanan ada yang jahat, sampai-sampai harus dicap guilty food. Kalaupun agak lebih dari porsinya, pas makan sesuatu yang kusuka banget. Ya, sudah, santai saja. Pakai saja extra calories itu untuk bikin kita lebih punya power and speed workout besoknya.

13. Apa saran pribadi Anda untuk (drumroll….) balancing diet and workout untuk berat badan ideal?
Biasanya, sih, bisa lihat dari BMI. Tapi, in average 3 to 4x a week workout cukup, kok. Tergantung how long berlatih tiap kali, tergantung intensity workout yang dipilih, dan tentu, tergantung goal masing-masing. Untuk diet thingy, saranku, kalau kamu mau ikut-ikutan coba fad diet, ingatkan diri dulu bahwa apa yang works for your friend belum tentu works for you. Kamu coba pikir-pikir bisa nggak seterusnya pola makan macam itu. Mau kurus mah gampang, nggak makan for few days juga pasti kurus. Tapi, sehat atau nggak, itu yang jadi pertanyaan. Long lasting dan tidak menggangu social life kamu atau nggak? Are you really-really happy with it or merasa kayak hukuman. I mean, life is precious, do what makes you happy, cherish your body by being active and put nutrious food in it. Jangan fokus quick fixed tapi a lifestyle (seterusnya.). [IM]

Previous articleCROWN GROUP Rayakan “Satay Day” Bersama Duta Besar dan Konsul Jenderal Indonesia
Next articleAustralia Supports Indonesian Covid-19 Response