Diaspora Indonesia di Brisbane Raih Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan Award

433
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Amy Dhewayani, seorang diaspora Indonesia di Brisbane, telah meraih penghargaan Hassan Wirajuda Perlindungan Award (HWPA) sebagai mitra KJRI Sydney atas perannya dalam upaya perlindungan hak-hak perempuan Indonesia di Australia, terutama dalam kaitannya dengan isu pencegahan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Penghargaan tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, kepada Amy Dhewayani secara virtual pada acara Malam Penganugerahan HWPA (17/12/2021).

Sejak Juni 2020, KJRI Sydney bersama Amy Dhewayani menginisiasi program Beta Siaga (Bersama Kita Saling Jaga) yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan melalui kegiatan penyuluhan hak-hak perempuan WNI yang tinggal di New South Wales, Queensland, dan South Australia, serta kegiatan pelatihan guna mencetak individu-individu di masing-masing komunitas masyarakat agar dapat menjadi titik pertolongan pertama dalam isu pencegahan KDRT.

Amy Dhewayani merupakan Ketua dari Caring is Culture – sebuah organisasi masyarakat yang memiliki fokus pada isu pencegahan KDRT. Ia juga merupakan Pelatih Senior di bidang Hak Asasi Manusia dan hukum di Australia, serta bekerja sebagai dosen di TAFE Queensland. Sebagai pekerja sosial yang menangani isu KDRT, Amy juga membantu WNI yang menjadi korban KDRT dalam memberikan intervensi krisis, seperti penilaian risiko dan perencanaan keselamatan, konseling krisis, manajemen kasus, dan konseling KDRT yang sedang berlangsung.

Penghargaan Hassan Wirajuda untuk Pelindungan Warga Negara Indonesia (WNI) merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia kepada individu dan lembaga yang dianggap memiliki kontribusi signifikan terhadap perlindungan WNI di luar negeri.

Pencalonan penerima penghargaan dilakukan secara terbuka dengan melibatkan media, masyarakat sipil, WNI di luar negeri, dan publik. Proses ajudikasi melibatkan sejumlah tokoh nasional dengan berbagai latar belakang, seperti aktivis hak asasi manusia, jurnalis senior, akademisi, dan pakar hukum internasional. Penilaian dilakukan berdasarkan beberapa kriteria termasuk “making efforts beyond a call of duty”. [IM]

Previous articleKJRI Sydney Raih Predikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) Tahun 2021
Next articleHadiri Misa Natal, Konjen RI Sydney Serukan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan