Dapatkah Kita Benar-Benar Berubah?

435
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Orang bisa saja berubah, tapi dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi, dan itu termasuk kesadaran diri dan niat. Ada beberapa pengecualian tentu 

Saja untungnya…
Kepribadian kita dibentuk oleh hubungan yang dinamis antara interaksi, temperamen, dan lingkungan. Ya, perubahan mungkin terjadi. Lalu, apa artinya orang bisa berubah? Perubahan adalah upaya yang berlangsung terus menerus dari beberapa perilaku baru dan pola pikir.

Mengubah siapa diri kita atau bagaimana perilaku kita dimungkinkan lewat pemahaman kolektif
akan perilaku, kebiasaan, sikap, dan karakteristik kepribadian.

Dapatkan kita mengubah sikap?
Ya, tentu saja. Mengubah sikap itu sesuatu yang possible. Tapi, buat beberapa kasus menjadi
sulit jika kita tidak menggali akar masalah sikap kita saat ini.

Sikap dimaknai oleh American Psychological Association (APA) sebagai “sebuah evaluasi umum
dan sedang berlangsung dari sebuah objek, orang, grup, isu, atau konsep sebuah dimensi.”
Sikap ini berasal dari kepercayaan, emosi, dan pengalaman dan perilaku masa lalu.

Sungguh mungkin untuk mengubah sikap jika kita memahami bagaimana ia terbentuk dan
berdampak pada kehidupan kita. 

Kadang, meskipun demikian, sikap dikaitkan dengan rasa sakit emosi atau masa lalu yang menyakitkan. 

Kita bisa jadi tidak menyadari hal ini, dan kalaupun sadar, sikap kita di situasi tertentu bisa jadi sebuah reaksi untuk memicu sebuah kejadian yang mengaktifkan kembali rasa sakit itu. Hidup dengan trauma, sebagai contoh, dapat menjadikan sikap kita defensif dan berakibat pada respons kita terhadap tantangan-tantangan tertentu.

“Orang yang mengalami hal ini mungkin ingin berubah,” kata Jeffrey McQueen, direktur eksekutif Mental Health Association of Nassau County dan seorang pemegang konselor chemical dependency berlisensi. “Hal itu bukanlah yang tidak umum buat seseorang yang mengalami trauma dan memilih reaksi yang menyelamatkan perasaannya (hidupnya) — karena hal itulah yang menyelamatkan hidupnya dan mereka merasa aman.”

Terapi dapat membantu memulihkan tantangan kesehatan emosi dan mental ini, dan hal itu dapat membantu perubahan sikap juga.

Dapatkan kita mengubah kebiasaan?
Ya, kita dapat mengubah kebiasaan kita, baik yang negatif dan positif. Kenyataannya, semakin bertambah usia kita, menghadapi tantangan-tantangan baru, atau memiliki rutinitas baru, kebiasaan kita cenderung dapat berubah sehingga kita bisa beradaptasi dengan kemungkinan-kemungkinan baru. 

Namun, ada perbedaan antara kebiasaan dan sikap dan perilaku. Secara umum, perilaku adalah sebuah aksi yang dapat diamati dan terjadi sebagai sebuah respons terhadap pengaruh-pengaruh internal atau eksternal. 

Kebiasaan adalah perilaku yang berulang begitu sering sehingga menjadi otomatis dan tidak
lagi memerlukan atensi atau kesadaran yang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan. Contoh, meninggalkan kunci di meja konsol dekat pintu atau mengigit kuku saat merasa nggak nyaman.

Orang dapat mengubah kebiasaannya dengan cara menyadarinya dan dengan sengaja memodifikasinya beberapa waktu sampai kebiasaan baru menjadi otomatis. 

Beberapa kebiasaan memerlukan eksplorasi sampai ke akar penyebabnya. Contoh, jika sebuah kebiasaan dihubungkan dengan kegusaran, kita mungkin bisa mengurangi kegusaran itu sebelumnya. Sebelum mencoba untuk mengubah apa yang kita pikir sebuah kebiasaan buruk, penting untuk memahami mengapa kita melakukannya. Hal ini akan membantu kta memertahankan perubahan itu.

“Contohnya, umumnya orang akan mengidentifikasikan merokok sebagai kebiasaan buruk,” jelas McQueen. “Seseorang yang hidup dengan kegelisahan atau ganguan bipolar merokok untuk menenangkan diri mungkin lebih ke penggunaan rokok sebagai alat untuk menenangkan daripada menjadikannya kebiasaan buruk.”

Memahami hal ini bisa membantu kita mengubah sebuah kebiasaan yang dapat merusak kita, seperti merokok, dan menggantinya dengan kemampuan mengatasi kegelisahan.

Dapatkan kita mengubah karakter?
“Ya, orang dapat berubah, tapi bukan hal yang mudah,” kata Misty Smith, seorang konselor klinis profesional berlisensi di Michigan.

Karakter kepribadian bukan sesuatu yang statis, ia bisa berubah sejalan usia dan waktu. Namun, karakteristik kepribadian dasar kita cenderung tetap, stabil, dan persisten.

Karakteristik kepribadian merupakan pola karakteristik perilaku, pikiran, dan emosi. Contoh, keteguhan, kebaikan hati, dan kejujuran adalah karakteristik kepribadian.

Karakteristik ini ada pada sebuah spektrum sehingga kita bisa lebih atau kurang teguh dibandingkan saudara kandung kita, walaupun kita dan dia memiliki karakteristik kepribadian yang sama.

“Orang berevolusi dan berubah sejalannya waktu,” demikian Smith. “Minat dan pendekatan kita terhadap dunia berubah. Pengalaman kita mengubahkan diri kita, dan bagaimana kita menjadikannya bagian dari hidup kita dan menerjemahkan dunia sekitar kita.”

Karena hal ini, kita akan menjadi orang yang murah hati, tapi di lain waktu menjadi kurang murah hati pada orang tertentu atau pada kasus yang lebih khusus, contohnya. Karakter kepribadian inti tak akan banyak berubah, walaupun diniati.

Dikenal sebagai lima besar, inti karakter adalah:
1. Ekstraversi
2. Kesetujuan
3. Keterbukaan
4. Kesadaran
5. Neurotisisme

Inti karakter tersebut eksis pada spektrum. Contohnya, dalam spektrum Extraversi, kita bisa menjadi seorang introver, atau ekstrover, atau di antaranya. 

“Tidaklah mudah mengubah aspek-aspek inti karakter ini,” jelas Smith. Jadi, menjadi introver ke ekstrover tidak dapat terjadi dalam semalam, misalnya.

Dapatkan kita mengubah perilaku yang menyakitkan?
Ya, orang bisa mengubah perilakunya, tapi pertama-tama mereka harus bisa bertanggung jawab terhadap perilakunya tersebut, dan dapat diyakinkan bahwa harus (atau ingin) mengubahnya. 

Perilaku yang menyakitkan — seperti berbohong, berselingkuh, mudah putus asa, atau mengontrol — adalah kebiasaan yang seringkali menjadi pola kebiasaan yang membahayakan. Perilaku tersebut dikaitkan dengan tantangan kesehatan mental, yang sulit diubah.

Riset dari tahun 2020 menjelaskan kepribadian dapat dibentuk oleh sebuah interaksi antara sumber yang beragam, mulai dari genetika sampai kejadian dan hubungan sosial. Jadi, tidak bisa hanya satu sumber saja.

Perkembangan kepribadian tidak berjalan linear, demikian juga perubahannya. Meskipun perilaku-perilaku berbahaya ini mungkin dimulai dari mekanisme menyelamatkan diri atau menghadapi isu di masa kecil, penelitian tahun 2020 menunjukkan pengaruh dan hubungan yang positif, seperti pertemanan dan keluarga, dapat meningkatkan kesempatan buat seseorang mengubah sikapnya itu.

“Tidak seorang pun yang dilahirkan dengan sikap atau gaya yang khusus,” kata McQueen. “Sikap adalah sebuah pembelajaran, dengan demikian bisa dihapus pelajarannya. Hal ini memungkinan terjadinya perubahan — kemungkinan besar.”

Ketika sikap yang berbahaya ini dikaitkan dengan sebuah kondisi kesehatan mental, dukungan profesional dibutuhkan untuk mereka yang ingin berubah. Bahkan, tergantung kondisinya, perubahan itu kemungkinan besar tidak terjadi.

Contoh, seseorang dengan gangguan kepribadian narsisistik (NPD) mungkin kurang pengetahuan untuk mengidentifikasikan masalah perilaku atau kebutuhan untuk berubah. Mereka juga segan 

untuk mencari dukungan dan pertolongan saat perilaku itu berdampak pada kehidupan mereka.

“Orang mengembangkan sikap-sikap yang membantu mereka mencapai tujuan,” kata Smith.
“Kita akan bersikap yang menguntungkan diri kita sendiri.”

Ileana Arganda-Stevens, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi di California, mengatakan bahwa kapasitas untuk berubah akan tumbuh dalam keenam aspek vital di bawah ini:

1. motivasi
2. dukungan
3. niat kuat
4. konsistensi
5. kesadaran diri
6. sayang diri

Jika kita memiliki beberapa atau semua aspek di atas, perubahan sikap, perilaku, atau karakter kemungkinan akan terjadi.

“Saat kita mulai menunjukkan pada diri kita sendiri rasa sayang pada diri sendiri,” lanjutnya, “kekakuan mulai melunak, dan kita menjadi lebih fleksibel dan terbuka untuk mencoba hal-hal baru dan membuat perubahan berarti di kehidupan kita.” Motivasi juga menjadi kuncinya, ungkap Smith.

Kita mungkin ingin mengubah perilaku kita karena hal itu memengaruhi kemampuan kita memertahankan hubungan; ada orang yang ingin mengubah kebiasaannya karena sangat berdampak buruk pada pekerjaannya. Lainnya, ingin berubah karena berdampak buruk pada hubungannya dengan anak-anaknya.

Tapi, tidak semua orang ingin berubah
Mungkin karena bukan saat yang tepat, atau orang itu mungkin tidak menyadari ada kebutuhan untuk berubah. Mungkin mereka kurang pencerahan untuk memahami betapa perilaku atau sikapnya berdampak pada hidup mereka. Mungkin perilaku tersebut terhubung dengan rasa sakit emosi atau trauma, dan sampai itu belum terselesaikan, berubah lebih merepotkan.

Mengapa orang tidak ingin berubah tergantung dari situasi. “Pola atau kebiasaan adalah alat yang mengijinkan orang menghadapi pergulatan yang lebih dalam,” jelas Smith.

Mari kita ringkas…
Orang dapat berubah saat mereka sadar diri, menerima bantuan, dan diniatkan untuk bersikap berbeda. Namun, perubahan butuh waktu dan bisa jadi menakutkan buat beberapa kasus.
Contoh, jika kita hidup dengan kondisi kesehatan mental yang gejalanya seumur hidup, hal itu pasti berdampak pada sikap, kebiasaan, dan perilaku kita. [IM]


 

11 Cara Berpikir Dashyat Untuk Membantu Mengubah Nasib Dan Hidup

1. Saat ini yang terpenting
Saat kita sibuk fokus pada apa yang telah terjadi atau yang akan terjadi, kita sedang merampok diri kita saat ini. Posisikan diri di saat ini, karena saat ini, di sini, adalah saat kita mau berubah.

2. Semuanya berubah
Kehidupan jarang terjadi sesuai rencana, dan kebanyakan kita berakhir dengan karier yang tidak kita harapkan. Jika kita dapat menerima perubahan akan terjadi di setiap langkah, kita dapat membalikkan kenyataan saat ini. Kita tidak harus hidup dalam kegagalan atau menderita dalam kesalahan yang terlanjur diperbuat.

3. Setiap orang berbuat salah
Kita bisa bersikap sempurna di depan orang lain, tapi jika ditanya tentang kegagalan dan benar-benar menyimak pengalaman hidup orang lain, kita akan menyadari bahwa setiap orang memiliki pergulatan, keputusan salah yang membuat mereka terpuruk, dan bingung harus bagaimana. Jika kita dapat menerima bahwa kita tidak kebal dalam berbuat salah dan belajar dari hal ini, alih-alih terjebak di dalamnya, akan lebih mudah bagi kita untuk melalui masa sulit.

4. Teruslah melangkah meski kecil
Jika kita ingin mengubah hal yang besar, lakukanlah perlahan. Lakukan langkah kecil yang memberi kemenangan kecil, sampai kita membuat momentum besar itu.

5. Fokus pada perjalanannya, bukan tujuannya
Jika fokus kita hanyalah tujuannya, kita akan kehilangan diri sendiri. Setiap langkah memiliki hikmat dan pelajarannya yang indah, jadi, jangan terburu-buru.

6. Tidak ada alasan
Adalah hal yang alami untuk berasalan saat kita gagal. Alasan memang bagus untuk ego kita yang butuh rasa sombong. Kenyataannya, alasan sama sekali tidak bermanfaat apa pun dalam mencapai tujuan. Jauh lebih baik mengakuinya dan maju terus dengan menerima kondisi diri apa adanya.

7. Ambil risiko
Terutama jika kita merasa lelah sebelum paham akan sikap mengambil risiko, tapi dalam kebanyakan situasi hal terbaiknya adalah ambillah kesempatannya. Kita tidak dapat melindungi diri kita sendiri dari kesalahan tanpa melindungi diri sendiri dari kebahagiaan.

8. Nggak nyaman, nggak apa
Ada konsep aneh tapi populer bahwa sukses tidak datang dengan kesulitan, yang tentu saja jauh dari kenyatannya. Jika kita belajar untuk merasa oke dengan ketidaknyamanan, itulah saat kita mengubah perasaan kita menjadi sebuah momen mengembangkan kepribadian.

9. Rasa aman hanyalah ilusi
Kita tentu ingin merasa aman. Masalahnya, itu hanyalah ilusi. Saat kita menerima hal ini, artinya saatnya kita dapat merasa bebas untuk mencoba hal-hal yang menakutkan untuk dicoba. Rayuan salah tentang rasa aman lebih berbahaya daripada pilihan lainnya.

10. Kelilingi diri dengan orang yang tepat
Kita dapat berada dalam lingkaran orang-orang yang salah dan terus melakukan hal yang salah atau sebaliknya. Diri kita adalah cermin teman-teman baik kita. Jadi, kenapa tidak beranikan diri untuk melepaskan mereka yang membebani dirimu dan memegang kuat mereka yang berdampak baik padamu.

11. Ketidakpastikan adalah satu-satunya yang pasti
Kita tidak mungkin benar-benar tahu apa yang akan terjadi. Nah, mengapa tidak ikuti saja jalan yang ada di depan mata saat ini, yang menghindari diri kita dari hal-hal yang sifatnya lebih aman dan opsi yang lebih bisa ditebak. Itulah cara kita menerima ketidakpastian dalam hidup kita yang akan memberi perubahan besar di jiwa kita.

Kemanapun kita mendapati diri kita sesungguhnya, jika itu bukan tempat yang kita inginkan, mulailah berupaya untuk mengubah arahnya. Tak ada kata terlambat. 

Bagaimana dengan pengalaman Sydneysiders?

 

Soffy, Greenacre

1. Apakah Anda pernah punya kesalahan yang sulit dimaafkan?
Tidak. Tapi, saya pernah punya kesalahan. Bahkan, orang yang sering berbuat salah, baik itu kecerobohan atau kelalaian yang merugikan orang lain. Semua orang pasti melakukan kesalahan. Yang berbeda hanya porsi dan juga tingkatan, serta waktu masalah tersebut. 

Ada yang tidak sanggup menyelesaikan masalah hidupnya, padahal tidak terlalu berat. Ada juga yang bisa melaluinya dengan aman dan sangat baik, padahal masalahnya tinggi.

Poin untuk memaafkan diri sendiri: koreksi diri, tidak ada yang sempurna, jangan terikat masa lalu, orang lain juga melakukannya, belajar dari kesalahan untuk maju, jujur dan akui kesalahan sendiri.

2. Apakah memaafkan diri sendiri lebih sulit daripada memaafkan orang lain?
Ya, tanpa kita sadari kebanyakan orang memiliki kecenderungan untuk terus menyalahkan diri sendiri karena adanya penyesalan yang amat dalam dan sangat kecewa pada diri sendiri.

3. Apakah Anda pernah mendapatkan kesempatan kedua dalam menjalani hidup Anda? Ya.
Dalam hal apa? Pekerjaan

4. Menurut Anda, kesempatan kedua adalah… Mengandung janji yang kita akan alami.

 

Vincent Widarwan Lesmanwiratno, Randwick

1. Apakah Anda pernah punya kesalahan yang sulit dimaafkan? Ya.

2. Apakah memaafkan diri sendiri lebih sulit daripada memaafkan orang lain? Sangat betul.

3. Apakah Anda pernah mendapatkan kesempatan kedua dalam menjalani hidup Anda?
Dalam hal apa? 
Selalu ada kesempatan kedua, dalam kehidupan berkeluarga dan pekerjaan.

4. Menurut Anda, kesempatan kedua adalah…
Kesempatan kedua ada oleh karena kita diberi kemampuan dan diberi waktu untuk memperbaiki kekeliruan dalam berbagai macam keputusan yang salah. 

 

Gabriella, Riverwood

1. Apakah Anda pernah punya kesalahan yang sulit dimaafkan?
Yes, I have made some mistakes in my life but I always try to learn from them.

2. Apakah memaafkan diri sendiri lebih sulit daripada memaafkan orang lain?
I feel that it is easier to forgive myself than to forgive others.

3. Apakah Anda pernah mendapatkan kesempatan kedua dalam menjalani hidup Anda?
I had a big argument with my sister and we didn’t talk for a long time and I thought we no longer had a close relationship. Over time, I really missed my sister and I wanted to fix my relationship with her. We started mending our relationship by forgiving each other and this gave me the second chance
that I really wished for.

4. Menurut Anda, kesempatan kedua adalah…
A second chance is an opportunity to look back and reflect on what happened in your life so we can learn from it and grow to be a better person.

Previous articleRangkaian Kegiatan Umat Muslim Di NSW Selama Bulan Ramadhan
Next article15 Hal Tentang Michelle Anita Yunita