Aldo Muljadi

705
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Standarisasi Membuat Siapa Saja Bisa Membuat Mie
Pria 40 tahun ini adalah tipikal orang Indonesia yang mengadu nasib di kota Sydney: kerja di mana saja selagi masih ada waktu tersisa. Tapi, yang membuatnya sangat berbeda adalah ia menjadi pemilik restoran tempatnya bekerja dulu. Nggak sendirian, sih, ada mitra pemilik
lainnya yang bahu membahu menjadikan Enjoy Mie menjadi pilihan pertama penikmat mi. Yuk, kita ngobrol dengan sang juragan yang santai, ramah, tapi sangat detail terhadap setiap menu di restorannya ini.

Bagaimana Anda memulai Enjoy Mie?
Jadi, Enjoy Mie adalah bisnis yang kita beli, bukan yang kita dirikan. Tapi, bisa juga,
sih, dibilang dirikan. Jadi, ceritanya begini. Dulu, di masa-masa sebelum dan awal-awal married dan belum punya anak, saya punya banyak waktu luang dan salah satunya
saya kerja di Enjoy Mie dengan owner yang lama. Terus, saya keluar. Sebelumnya,
selagi sekolah, saya pernah bekerja di Kafe Joy, yang jual bakmi juga. 

Di Enjoy Mie kerja apa, nih?
Sebetulnya, pekerjaan asli saya adalah akuntan. Tapi, saya kurang suka dengan pekerjaannya karena ngitungin duit orang. Stres. Pekerjaannya tuh mundane.
Challenge-nya kalau lagi akhir akhir tahun pajak saja. It’s not my thing. Saya bekerja akuntan hampir lima tahun. Lalu, saya kerja di Enjoy Mie, terus berhenti karena waktunya udah nggak ada; saya bekerja di kantor dan tempat lainnya juga. Siang sampai sore di kantor; malam sampai pagi di supermarket. Kalau nggak lagi supermarket, saya di Enjoy Mie. Jadi, wah, setengah mati itu. Jadi, saya drop Enjoy Mie. Lalu, kira-kira lima atau
enam bulan setelahnya, teman saya, which is business partner saya sekarang ini, Andri, menelpon saya, tanya apakah saya masih kerja di Enjoy Mie. Saya jawab, sudah nggak. Andri informasikan lagi bahwa Enjoy Mie dijual bisnisnya.

Itu kapan?
Sekitar 2015 atau 2016. Jadi, sebetulnya mereka baru buka, belum ada setahun.
Mungkin karena manajemen yang tidak begitu baik. Waktu itu saya tinggal di Zetland, dekat di lokasi asli Enjoy Mie di Kensington, jadi tiap kali pulang kerja, jadi melewati.
Saya jadi suka perhatikan, kadang buka, kadang nggak. Terus, kadang lebih banyak nggaknya. Nah, Andri tanya saya lagi, mau nggak kita beli? Boleh juga, jawab saya, tapi berapa? Ini dan itunya gimana? Long story short, akhirnya kita coba ajukan penawaran.

Memang karena manajemen lamanya kurang bagus, jadi, kita beli bisnis yang mati.
Jadi, (restorannya) sudah tutup tiga minggu. Padahal, waktu pembicaraan, kita minta
dia nggak boleh tutup. Tapi, ya begitu, sebelum kita (final) bayar, dia tutup. Masalahnya, kalau tutup, imej restorannya buat customer jadi langsung berubah. Sudah nggak ada, nih. Dulu, kami, tuh, bertiga: saya, Ben, dan Andri. Tapi, Ben nggak sanggup akhirnya karena waktunya sudah nggak ada. Ya, akhirnya, saat itu kami bertiga memberanikan diri untuk tetap mengambil bisnis ini karena prosesnya sudah lebih dari setengah jalan. Setelah dibeli, chef nggak ada, pegawai nggak ada… karena keburu tutup tadi. 

Berarti rebirth gitu, ya?
Jadi, boleh dibilang, kita cuma beli nama doang. Semoga di dalam nama Tuhan Yesus semuanya bisa, begitu. Akhirnya, seperti yang bisa kita lihat sekarang, semuanya bisa berjalan dengan baik. Meskipun memang, food industry up and down, begitu terus.
All in all, it’s very good. Itu di tahun 2016.

Bagaimana proses rekruit orang lagi?
Oh ya. Jadi, untungnya, saya kenal dengan salah satu kokinya. Lalu, saya telepon dia lagi, ajak bergabung, dan dia mau. Karena, di antara kita bertiga yang bisa masak cuma saya. Nggak bisa dibilang jago, tapi bisa lah. 

Bulan-bulan pertama kami benar-benar hancur-hancuran. Pulang kantor, langsung ke sana. Ada waktu sedikit, langsung ke sana. Sabtu-Minggu sudah pasti seharian di sana. Enjoy Mie ini adalah investasi kita. Jadi, di pikiran kita bertiga, dan sekarang berdua, adalah orang tidak mengenal Enjoy Mie itu adalah saya dan Andri, tapi orang mengenal Enjoy Mie karena Enjoy Mie. Kenapa? Karena di awal-awal rebirth, kalau saya yang
masak, si ini datang. Kalau orang lain yang masak, dia nggak bakal datang. 

Nah, menghindari hal itu, kami berusaha menghilangkan imej itu. Saya bukannya nggak mau mempromosikan staf, mau banget. Apalagi prinsip kami adalah kalau Enjoy Mie besar, staf juga ikut besar. Nah, kami inginnya nama Enjoy Mie yang dikenal, bukan nama kokinya. Siapa saja yang masak, oke.

Jadi, diperlukan standarisasi masakan, ya?
Iya, itu yang benar-benar kita jaga. Jadi, siapa saja bisa masak. Siapa saja bisa
sediakan semangkok mi yang enak.

Ada menu yang dibawa dari Enjoy Mie lama? Dan bagaimana menyusunnya?
Ada beberapa. Sampai saat ini, jadi tinggal satu, yaitu Bakmi Komplit. Lainnya kami ciptakan sendiri. Kita percaya pada makanan kita. Artinya begini, kembali ke awal
kami buka, nggak ada resep yang ditinggali ke kami. Tapi, saya nggak tahu namanya, apakah kami punya fighting spirit, we want to make this work. Ya, kami belajar dasar-dasar bikin bakmi yang enak, tapi kalau dirumuskannya ke restoran, ya it’s different story. Jadi, saya dan koki sering coba-coba resep. 

Jujur saja, tangan saya nggak terlalu bagus untuk bikin; saya punya idenya, dia yang bikin, dan enak jadinya. Contoh, di sini yang sangat populer Bakmi Siantar. Idenya dari saya, dan dia yang eksekusi. Selebihnya, kami tanya popularitas menu yang sebelumnya dari pegawai, termasuk koki. Dari situ, kami bergerak bikin menu yang sekarang ada.

Kapan Enjoy Mie Haymarket ini buka?
Di tahun kedua. Yang di Kensington tutup karena gedungnya mau dijual.
Saya bekerja di perusahaan yang cukup besar, dan saya diajarkan bahwa kalau
brand kita sedang “in”, you have to capitalize on the brand. Jadi, kalau lagi punya uang, buka dua, tiga, empat cabang. Waktu membuka yang di sini, ya penuh perjuangan juga, selain benar-benar hoki. Waktu itu, yang mau “masuk” tempat ini ada empat orang; semuanya restoran dan kami yang paling tidak berpengalaman.

Ada pengalaman seru dengan pelanggan Enjoy Mie?
Wah, jangan pernah underestimate orang Indonesia dalam makan mi. Mereka bisa makan mi yang sama 4 sampai 5 hari berturut-turut di jam yang sama! Pelanggan seperti itu ada sampai 8 orang. Ada yang bahkan sudah nongkrong sebelum kita buka. Makan satu porsi, takeaway tiga. 

Apakah ada orang-orang yang Anda anggap mentor dalam
membesarkan Enjoy Mie?
Ada beberapa. Salah satunya adalah gembala sidang saya, di Filadelfia Church.
Dia selalu menyemangati kita. Dari awal buka, dia selalu datang. Dia dan istrinya
adalah langganan tetap. Satu hari minggu itu, dia bisa promosi 3-4 kali di atas mimbar. Kita sangat berterima kasih. Namanya Ray Kaunang. Beliau benar-benar mendorong kita banget. Dia yang mendoakan. 

Satu lagi, ini adalah pilihan pribadi saya, yaitu owner Gado-Gado Boplo. Beliau kawan baiknya mertua saya. Dia ingin membagikan ilmunya. Salah satunya sama dengan
yang dibagikan di perusahaan saya dulu itu; kalau brand kamu lagi besar-besarnya,
jangan ragu untuk buka kedua dan ketiga. Momennya nanti lewat. Namanya Calvin Hartono. 

Setelah itu, ada orang tua dan istri saya. Mama saya selalu menekankan untuk rajin. Sedangkan istri saya sedikit konservatif. Kalau menurut teman-teman saya, saya itu orangnya agresif di bisnis, jadi harus ada orang yang bisa mengerem keagresifan
saya itu. Dia memberikan saya pertimbangan-pertimbangan.

Apa saja makanan yang jadi favorit pelanggan Enjoy Mie?
Bakmi Siantar, sate, dan nasi goreng. Es Cendolnya juga juara. [IM]

Previous articleKrista Monica and Her Jazzy Voice
Next articlePositioning Yourself in a Post-Covid World