Ada yang spesial pada perayaan Imlek oleh masyarakat Indonesia di Australia tahun ini. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) menggelar Road Show Budaya. Kegiatan yang dimotori Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya (Pensosbud) bersama Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra ini digelar 27 Januari hingga 12 Pebruari di Woolley St Area wilayah Dickson Canberra.
Mereka menggelar Tari Topeng Tua atau yang populer dengan sebutan Tari Pak Tua. Tari Topeng ini bagian dari tari tradisional Bali yang melegenda. Tari Topeng di Bali itu sendiri memiliki dua fungsi yaitu sebagai pertunjukan hiburan dan pelengkap upacara keagamaan. Tari Topeng Tua dapat digunakan untuk kedua fungsi tersebut. Di Bali sendiri Tari Pak Tua sebagai pelengkap upacara keagamaan yang disebut Tari Werda Lumaku.
Saat pertunjukan, sang penari berjalan mendekati penonton dan menari dengan gerakan yang lambat. Sesekali, sang penari menarik napas putus-putus seperti terengah-engah dan membuat gerakan membersihkan keringat dari topengnya dengan gaya yang lucu. Lalu sang penari duduk sambil menatap kosong ke langit seakan-akan menggambarkan seorang lelaki tua yang sedang terkenang akan masa lalunya ketika masih muda.
Festival ini dihadiri oleh masyarakat Canberra dan para pengunjung Café serta pusat perbelanjaan di wilayah Dickson. Mereka terlihat antusias dan sangat menikmati tarian yang lucu itu. Orang tua dan anak-anak bergembira dengan aktor Pak Tua yang diperankan oleh I Gede Ekariadi yang merupakan staf lokal bidang pendidikan dan kebudayaan di KBRI Canberra.
Anak-anak, remaja dan orang tua pun tidak lupa berfoto bersama Pak Tua yang terlihat khas dan ikonik. Menurut Koordinator Fungsi Pensosbud, Ghofar Ismail, acara ini merupakan bagian dari partisipasi KBRI dalam acara-acara kebudayaan di Canberra.
“Setiap tahun baru Imlek ada festival budaya di Canberra yang mengundang perwakilan dari berbagai negara yang ada di Canberra. Jadi sangat penting untuk mengenalkan budaya Indonesia pada masyarakat Australia, khususnya di Canberra pada momen ini,” ujar Ghofar.
Hal senada juga disampaikan oleh Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib.
“Karena ini ibukota negara di mana para diplomat dari berbagai negara berkumpul di sini. Oleh karena itu sangat tepat jika kita mengenalkan budaya Indonesia di sini, karena tidak hanya bisa dinikmati oleh warga Australia, tapi juga masyarakat dunia,” jelas Najib.
Selain Tari Pak Tua, roadshow budaya juga menampilkan workshop angklung yang dipimpin langsung oleh Rubby M Al Burhan yang merupakan staf lokal KBRI Canberra. Rubby adalah instruktur berasal dari Sunda lulusan UPI Bandung. Bermain angklung tidaklah sulit sperti yang dibayangkan orang awam, untuk itu Rubby mengajak penonton untuk bermain bersama dengan panduan notasi kode yang sangat sederhana.
Para penonton yang berminat diberikan angklung dan bersama-sama mengikuti arahan instruktur. Mereka sangat senang karena memang benar dalam hitungan menit penonton langsung bisa mengikuti arahan instruktur dan bermain angklung dengan lagu sederhana.
Warga Canberra bernama Lavanna Neal yang ikut bermain angklung mengaku kaget, karena dia baru tahu kalau memainkan angklung itu mudah. Sementara Dickson Place Manager, Yana Young mengungkapkan kegembiraannya bisa ikut merasakan bermain angklung bersama.
Melihat penerimaan dan antusiasme masyarakat Canberra, KBRI berencana untuk lebih sering lagi melakukan roadshow budaya untuk mengenalkan kekayaan Indonesia.
“Kita memiliki ragam kekayaan budaya yang perlu dikenalkan pada dunia. Saya pikir roadshow budaya ini cukup efektif, karena kita mendatangi peserta dan bukan sebaliknya. Dengan melihat penerimaan yang ada saya berencana agar kegiatan ini bisa dilanjutkan ke depan,” tutup Najib. [IM]