Eastern Suburb sangat berkembang pesat. Aku dan keluarga sangat betah tinggal di daerah ini, tepatnya di Maroubra. Semua fasilitas berpusat di mall yang diberi nama Pacific Square. Coles yang buka sampai malam, bank, post office, medical centre, restaurant, Cafe dan Gym. Ditambah dengan transportasi umum yang mudah.
Mall ini selalu menjadi ajang bertemu teman atau business meeting sambil menikmati kopi yang dapat dipilih dari 5 cafe yang ada di mall. Azzurro adalah salah satunya dan Riri adalah pemiliknya yang saya kenal dengan baik. Cafe ini dibeli Riri pada tahun 2019, dan 3 bulan kemudian Covid melanda Australia. Tapi siapa menyangka di tubuh yang kecil dan selalu tersenyum ini menyimpan semangat luar biasa dan pantang menyerah.
Mari kita ikuti kiat apa yang dilakukan Riri selama masa pandemik sehingga cafenya dapat tetap bertahan. Tahun 2019 awal mula munculnya virus corona, tidak seorangpun yang menyangka bahwa virus ini akan melanda dunia dan mengakibatkan banyak bisnis gulung tikar, terlebih lagi usaha kecil yang sangat merasakan dampaknya.
Pusat perbelanjaan di setiap suburb sepi, kota seakan mati. Hampir tiap hari media menyiarkan peristiwa yang terjadi akibat dampak dari Covid 19. Pengangguran, kekerasan rumah tangga dan banyak pula keluarga yang kehilangan orang yang dicintai.
Pada tahun 2020, pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa restoran dan cafe hanya boleh melayani take away. Pacific Square Mall tampak sepi dan suram, banyak toko-toko, restoran dan cafe memilih tutup karena sepi pengunjung dan tidak mampu membayar sewa gedung.
Disaat aku merenung dan berharap keadaan ini cepat pulih, langkahku terhenti di satu cafe yang tetap buka. Kutemui sosok wanita mungil yang dengan sabar tetap tersenyum melayani pembeli yang datang hanya sekedar membeli kopi atau camilan ringan. Wanita itu adalah Riri.
Kuucapkan salam. Sambil menunggu kopi yang aku pesan, kami sempat mengobrol. Dengan jujur Riri menceritakan beratnya beban yang dipikul. Pemasukan yang minim dan harus tetap membayar sewa cafe, listrik dan pengeluaran lainnya. Bahkan ditengah kesulitannya Riri masih memikirkan stafnya dan tetap mempekerjakan mereka secara bergiliran.
Dari jam 6 pagi hingga larut malam, Riri dengan sabar tetap membuka cafenya. “Setidaknya ada pemasukan untuk membayar tagihan listrik, daripada menyesali keadaan dan tidak berbuat apa-apa”, ujarnya.
Ketekunan dan semangatnya banyak menarik simpati pengunjung dan penghuni apartemen sekitar mall. Mereka yang tadinya hanya berniat belanja grocery seringkali berhenti sejenak untuk membeli kopi dan kue-kue yang disediakan Riri.
Dengan membaiknya keadaan, peraturan pun mulai melunak, public mulai dibuka dengan tetap mengikuti peraturan menjaga jarak dan membatasi jumlah pengunjung. Azzurro cafe mulai ramai pengunjung dengan melalui reservasi terlebih dahulu.
Tahun ini sudah menginjak tahun ketiga bagi Riri dalam menjalankan bisnisnya, keadaanpun sudah nyaris kembali normal. Perjuangan Riri yang pantang menyerah membuahkan hasil. Sikapnya yang ramah dan mengenal dengan baik nama dan makanan kesukaan tamunya membuat mereka selalu betah dan menjadi langganan tetap.
Siapakah Riri?
Riri adalah anak ke-5 dari pasangan Iin Pristiningsih dan Sriyanto yang lahir 55 tahun silam. Orang tuanya hijrah ke Australia pada tahun 1974 disaat Riri berusia 7 tahun. Riri kecil sudah dibiasakan hidup mandiri. Pola hidup di Australia membentuknya menjadi anak yang tangguh dan disiplin.
Setelah menamatkan Primary High School-nya, Riri melanjutkan pendidikannya di Sydney Tech. Setelah mengantongi sertifikat, Riri diterima bekerja di Broadway Office Service Centre sebagai sekretaris.
Inilah pekerjaan pertama Riri. Tumbuh rasa percaya diri dan bangga mempunyai mata pencarian sendiri, di usianya yang ke 21 ia menikah dengan Michael Almond dan mempunyai anak laki laki Oscar Almond. Perkawinan ini hanya bertahan selama 7 tahun.
Pada Januari 1998, Riri kembali menikah dengan Uwe Hess dan dikaruniai putri cantik yang diberi nama Ophilia Hess. Sayangnya perkawinan inipun tidak bertahan lama, Uwes meninggal karena sakit.
Riri tetap bekerja keras dan tidak pernah mengeluh, bahkan tidak pernah minta tolong orang tuanya. Membesarkan, mendidik dan menanamkan disiplin sehingga kedua anaknya berhasil menyelesaikan pendidikannya. Oscar
kini telah menamatkan studinya di Sydney Uni dan bekerja di Douglas Hanly Moir Pathology dan Ophilia di Sydney Tech dan bekerja sebagai akuntan.
Berbagai jenis pekerjaan sudah Riri jalani. Ia pernah membuka car wash, laundry, bekerja sebagai resepsionis di salah satu dokter gigi, waitress hingga barista di cafe. Selama bekerja di cafe inilah Riri banyak belajar tentang bagaimana mengelola bisnis dan timbul ide untuk membukanya sendiri.
Jalan seakan terbuka bagi Riri. Secara kebetulan salah satu cafe yaitu Azzurro Cafe dijual karena pemiliknya akan kembali ke London. Tahun 2019 Riri resmi menjadi pemilik Azzurro Cafe. Tapi 3 bulan kemudian Covid-19 melanda Australia di saat Riri baru saja bersemangat dan menikmati usahanya yang sudah lama menjadi impiannya.
Riri hampir putus asa, tapi atas dukungan dari Victor – suami yang dinikahinya pada tahun 2016, keluarga, dan orang-orang yang menyayanginya, membuat Riri tetap semangat dan keyakinannya bangkit. “Surround yourself with only people who are going to lift you higher.”
Kepada staff-nya Riri selalu mengajarkan dan menerapkan pelayanan yang ramah, sopan dan menjaga mutu cafe. Meskipun sebagai pemilik cafe, Riri tidak segan untuk turun tangan sendiri melayani pelanggan, membersihkan lantai, belanja dan memasak.
Pada hari tertentu Riri juga menyajikan ‘today’s special’ menu seperti sate, martabak hingga ginger dan turmeric juice yang menjadi favourit para pelanggan. Sikapnya yang tegas dan penuh perhatian menjadi teladan dan dihormati staffnya yang berjumlah 11 orang.
Pada 25 Mei 2022 mimpi Riri terwujud. Kerja kerasnya terbayar dengan terpilihnya Azzurro Cafe sebagai penerima Business Execellence Awards dari Randwick Council. Jadi, apabila anda berada disekitar Maroubra jangan lewatkan untuk berkunjung ke Azzurro Cafe. Anda pasti akan menerima sambutan ramah Riri. [IM]
Penulis: Yoen Yahya