Pindah Ke AUSSIE?

670
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail


Imigrasi memang masih menjadi fitur vital bagi Australia, dan itu terekam baik dalam sejarah dan identitas nasionalnya. Walaupun tak kurang pernah kurang peminat, saringan untuk menjadi permanent residence di negara ini semakin kecil saja. Apa saja kunci suksesnya dan apa saja yang harus kita ketahui sebelum menjejakkan kaki di Benua Kangguru ini?

Australia adalah negara besar dan makmur. Walaupun sering digambarkan sebagai negara gurun, ternyata Aussie nggak setandus itu juga. Ragam lingkungan, iklim, serta ras manusia menjadi harta tak ternilai yang harus kita kenali dan hormati.

Sesaat baru pindah ke Australia, tepatnya Sydney, enam tahun lalu, saya hanya mampu menggambarkan negara ini modern dan “putih”, untuk mewakili dominasi ras kulit putih. Namanya juga asumsi, dalam perjalanan enam tahun itu, satu persatu dipatahkan atau justru mendapat afirmasi. Nah, untuk membantu kalian memahami sedikit cara hidup orang Aussie, rangkaian tip di bawah ini bolehlah ditoleh. 

1. Selera humornya beda banget
Karena Australia awalnya “dimulai” sebagai koloni Inggris, ada banyak unsur dan nilai Inggris yang terbawa. Orang Indonesia yang suka humor garing dan slapstik harus beradaptasi dengan humor Aussie yang merupakan kombinasi optimisme Amerika dan sinisme Inggris, walaupun lebih berat ke Inggris, sih. “No worries”, semakin sering main dengan orang Aussie adalah cara terbaik untuk bisa ketawa bareng. 

2. “Humour” bukan “humor”, diantaranya
Kata “humour” adalah salah satu contoh bahwa bahasa Inggris Australian masih mengikuti tata bahasa Inggris. Buat orang Indo yang lebih berkiblat ke Amerika, biasakan saja dengan colour, moustache, programme, jewellery, memang kedengarannya kecil dan remeh, tapi, orang Australia cukup jeli dan bisa membedakan bahwa kita bukan orang Aussie–walaupun bahasa Inggrisnya cas cis cus ces.

3. Chips vs Fries
Nggak hanya perubahan kata, ada kata-kata yang sama sekali berbeda meski mewakili benda yang sama. Yang paling terkenal adalah “fries” (AS) versus “chips” (AUS). “Gas” jadi “petrol”, “trashcan,” jadi “rubbish bin”, dan “candy?” jadi “lollies.” Bahkan, meski koloni Inggris terbesar, ada beberapa perbedaan kata dari ‘induknya’. “Pavement” di Inggris menjadi “footpath” di Aussie, contohnya.

4. Slang Forever!
Alasannya, biar lebih cepat ngomongnya. Efektif dan efisien. Dan, pastinya, kita harus paham maksudnya. Contoh, “mozzie” untuk “mosquito”, “barbie” untuk “barbeque”, “din-din” untuk “dinner”, dan “arvo” untuk “afternoon”. Ada juga kata-kata yang sama sekali berbeda dan kayaknya aneh banget. Misalnya, “googie” buat “egg”, atau frasa “chucking a wobbly” adalah makna untuk “ngamuk”. Ada, lho, situs yang khusus mendedikasikan diri untuk slang Aussie.

5. Besarnya hampir   sama dengan AS…
Baik benua Australia dan AS besaaar sekali. Australia adalah negara ke-6 terbesar di dunia, sedangkan AS ketiga. Menghilangkan Alaska dari AS, nyaris membuat keduanya sama besar.
Jadi, Aussie nggak hanya Sydney atau Melbourne, tapi jauh lebih dari itu. 

6. … dengan populasi kurang dari 10% Populasi AS
Jumlah populasi AS sekitar 330 juta, sedangkan Indonesia 270 juta. Populasi Australia sendiri sekitar 25 juta. Untuk negara yang luasnya hampir sama dengan AS, jumlah ini tentu mini banget. Hal itu disebabkan karena konsentrasi tinggalnya di pinggiran pantai. Di bagian tengah sendiri sangat kering dan tak dihuni.

7. Nggak semua faunanya dapat membunuh. Beberapa saja…
Stigma yang terbentuk di kepala kita saat kata ”Australia” muncul adalah ratusan ribu mahluk yang juga berumah di sana, berbisa dan makan orang. Seorang teman kaget setengah mati ketika kejatuhan laba-laba sebesar tangannya! Dan, laba-laba sebesar itu nggak sekali dua kali ia temui di dalam rumah. 

Seorang teman lagi, sedang honeymoon di sebuah pantai di Queensland ketika dengan santai seekor ular sebesar paha orang dewasa melintas di depan mereka. Belum lagi hiu yang kerap terlihat di laut-laut indah, dan buaya yang beberapa kali telihat “parkir” di belakang rumah orang di Northern Territory! 

Australia memang kaya binatang predator, tapi secara umum, jika kita tidak mengusik habitatnya, harusnya baik-baik saja. 

8. Nggak harus tipping
Jika di AS, tip dapat memperpanjang “hidup” pekerja hospitality, enggak demikian halnya di Aussie. Di sini, tips are a nice little cherry on top, diberikan karena pelayanan yang memuaskan sekali.

9. Iklim yang berbeda-beda
Tak seperti di Indonesia, yang memiliki dua musim saja, Australia memiliki empat musim, seperti negara-negara Eropa. Meski demikian, terutama di Sydney, perbedaan keempat musim ini tidak terlalu jauh. Mungkin yang paling terasa adalah winter dan summer.

Lagi-lagi, jangan berpikir winter di Sydney seperti di kota-kota Eropa utara yang bisa minus 10 dan turun salju. Meski demikian, salju tetap turun, kok, di Australia.

Negara-negara bagian di bagian selatan Australia sangat dingin di musim dingin, seperti Tasmania dan Victoria, juga sebagian besar NSW.

10. WHV? Alami bekerja di farm
Australia memiliki kebijakan yang sangat unik berkenaan dengan imigrasi. Kalau kamu masih muda, sedang mencari pengalaman dan uang, cobalah Australia. Ada program yang disebut “working holiday visa,” yang mengijinkan kamu masuk dan bekerja di Australia selama beberapa bulan (atau tahun). Tentu saja dibayar dengan pantas. Pekerjaan yang diberikan secara khusus di bidang agrikultur.

Seorang mantan flatmate selama dua tahun mengikuti program WHV ini dengan awalnya bekerja di perkebunan apel di Dubbo, lalu pindah ke sebuah peternakan terpencil di South Australia, dan sesudahnya mencicipi hospitality di Darwin. Sebuah pengalaman yang sangat menarik, bukan?

Kesimpulan
Australia adalah negara yang hebat. Namun, tetap saja ia memiliki plus minusnya sendiri buat mereka yang ingin pindah ke sini. Salah satu yang paling menarik hati calon imigran dari Australia adalah kedudukannya yang sangat tinggi di Human Development Index dan Better Life Index, dua sistem yang mengukur kualitas hidup berdasarkan lingkungan hidup, keseimbangan kerja-hidup, dan metriks lainnya. [IM]

 

Sejarah Imigrasi Australia

Sejak kedatangan First Fleet di pantai Botany Bay tahun 1788, nyaris 10 juta penetap berdatangan dari seluruh sudut dunia dan menyatakan Australia sebagai “home”. Didorong oleh janji kehidupan baru Great Southern Land, gelombang imigran berdatangan mencari keberuntungan di era gold rush, lalu melewati Industrial Revolution, dua perang dunia, dan akibat Perang Vietnam. Imigran ini memainkan sebuah peran sangat penting dalam membentuk sejarah Australia, membangun identitas multikultur yang dibanggakan orang Australia sampai saat ini.

1788 | Aborigin
Saat orang-orang Eropa pertama tiba, mereka tidak menemukan tanah kosong sesuai harapan. Alih-alih, mereka kalah jumlah lebih dari 500,000 pribumi leluhur Aborigin yang telah tinggal di Australia paling tidak selama 50,000 tahun.

1788 – 1868 | Pemindahan Terpidana
Selama 80 tahun, Inggris memindahkan lebih dari 160,000 terpidana dari penjaranya yang terlampau sesak ke koloni Australia. Perjalanan ini sungguh berat karena kondisi cuaca di laut dan lamanya, 8 bulan! Para terpidana ini dirantai selama 8 bulan penuh dan setiap sel menampug 50 orang!

1793 – 1850 | Imigran Bebas
Di antara tahun ini, hampir 200,000 penetap bebas memilih untuk pindah ke Australia untuk memulai hidup baru. Mayoritas adalah pekerja pertanian atau pembantu rumah tangga dari Inggris, juga dari Irlandia dan Skotlandia. Para penetap ini membentuk lingkar sosial awal Australia.

1850 | Gila Emas
Ribuan orang China datang ke Australia selama tahun Gila Emas ini. Di tahun 1901, China menjadi negara ketiga terbesar yang menjadi asal imigran di Australia setelah Inggris dan Jerman. Ketika era Gila Emas ini meredup, mereka bercocok tanam atau berbinis restoran dan cuci baju.

1850 – 1900 | Buruh
Di paruh kedua abad ke-19, South Sea Islanders direkrut untuk bekerja di perkebunan gula di Queensland. Para penunggang unta dari Afghanistan memainkan peran penting dalam mengeksplorasi dan membuka outback Australian, dan penyelam Jepang berkontribusi bagi perkembangan industri mutiara.

1901 | Aussie Putih
Antara tahun 1901 dan 1958, para migran harus lulus tes dikte dalam bahasa Eropa apa saja sebagai syarat masuk Australia.

Setelah menjadi negara federasi di tahun 1901, parlemen federal Australia yang baru terbentuk meloloskan Immigration Restriction Act, yang memberikan larangan-larangan tertentu terhadap imigrasi dan bertujuan untuk menyetop orang-orang China dan South Sea Islanders untuk datang ke Australia. 

Undang-undang ini, dikenal sebagai kebijakan White Australia, dijalankan dengan tes dikte dan mengharuskan perilaku Australia terhadap imigrasi sampai 50 tahun berikutnya.

1945 | Populasi atau Punah
Tahun-tahun setelah Perang Dunia 2, Australia mempromosikan imigrasi dengan frasa menarik ‘Populate or perish!’ untuk menggantikan banyaknya penduduk Australia yang tewas saat perang.

Lewat persetujuan, diterimalah lebih dari dua juta migran dan memindahkan orang-orang Eropa, dengan upah £10 buat satu juta migran Inggris, dan akhirnya, di tahun 1970-an, menghilangkan kebijakan White Australia.

1970-an | Manusia Perahu
Di akhir tahun 1970-an sebuah gelombang pengungsi dari laut berlabuh di Darwin, pertama dari Timor Timur dan kemudian Indochina, yang umumnya kabur dari perang dan kekerasan di negaranya. Manusia Perahu Vietnam secara khusus tiba di saat yang kritis di Australia, dengan perdebatan sengit tentang keterlibatan Australia di Perang Vietnam dan konsep baru multikulturalisme. Meski ada oposisi dari komunitas luas, pelonggaran larangan imigrasi membuat para pengungsi ini boleh menetap di Australia.

1990-an – Sekarang | Pencari Suaka
Sejak akhir tahun 1990-an, terjadi peningkatan pencari suaka yang berasal dari negara-negara konflik di Timur Tengah dan Sri Lanka yang tiba di Australia dengan perahu. Saat ini, pertanyaan bagaimana menangani pencari suaka yang tiba secara ilegal tetap menjadi isu-isu kontroversial Australia. [IM]

 

Sydney Dulu, Sydney Sekarang

 

Felix Iswara (Mascot)
Lama tinggal di Sydney:
3 tahun

Mengapa pilih di Sydney untuk tinggal?
Sydney itu menurutku mempunyai komunitas Indonesia yang erat, baik di universitas, gereja, atau tempat kerja. Banyak acara yang diselenggarakan untuk orang Indonesia bisa menghilangkan rasa rindu kampung halaman. Mengenal dengan orang negara lain pun sangat mudah karena orang di sini 

serasa lebih ramah. Duduk di restoran, kereta, atau jalan di kota, pasti bisa melihat ada orang Indo. That’s why Sydney feels like home; a second Indo.

Dulu, apa kesulitan yang kamu hadapi untuk bisa menetap di sini?
Aturan covid yang tidak memperbolehkan kembali ke Sydney mempersulit aku dan banyak pelajar lain. Ongkos kehidupan Sydney dibanding kota lain pun lebih tinggi.

Bandingkan Sydney Dulu dan Sydney Sekarang, dan apa plus minusnya?
Sydney itu terus berkembang dan semakin menarik. Contohnya adalah Vivid sekarang yang selalu kelihatan baru. Minusnya, Sydney sekarang adalah kereta yang makin sering ngadat dan pembangunan yang menghalangi jalanan, tapi, kok, nggak jadi-jadi. 

—————————————————————————————————–

Dela (Hurstville)
Lama tinggal di Sydney: 15 tahun 

Mengapa pilih di Sydney untuk tinggal?
Untuk masa depan anak-anak yang lebih terjamin.

Dulu, apa kesulitan yang kamu hadapi untuk bisa menetap di sini?
Tes IELTS yang harus dipenuhi each subject.

Bandingkan Sydney Dulu dan Sydney Sekarang, dan apa plus minusnya?
Sekarang tambah padat, macet, dan mahal segalanya.

—————————————————————————————————–

Imelda (Mortdale)
Lama tinggal di Sydney: 5 tahun

Mengapa pilih di Sydney untuk tinggal?
Job prospects and child’s future.

Dulu, apa kesulitan yang kamu hadapi untuk bisa menetap di sini?
Cari tempat tinggal

Bandingkan Sydney Dulu dan Sydney Sekarang, dan apa plus minusnya?
Makin mahal, semua mahal, dan makin macet.

—————————————————————————————————–

Wesan (Box Hill)
Lama tinggal di Sydney:
13 tahun

Mengapa pilih di Sydney untuk tinggal?
Untuk memperbaiki hidup

Dulu, apa kesulitan yang kamu hadapi untuk bisa menetap di sini?
Bahasanya

Bandingkan Sydney Dulu dan Sydney Sekarang, dan apa plus minusnya?
Dulu pertama datang kesini apa-apa masih murah, sekarang pada naik semua, tapi dulu belum ada metro (kereta api), sekarang sudah ada jadi mau kemana mana lebih muda. [IM]

Previous articleSiska Tandi Pare: From Educator To Hotel Supervisor
Next articleMerayakan Piala Dunia Wanita FIFA 2023™