Mengapa Bushfires 2019/2020 Berbeda?

914
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Fenomena alam yang biasa terjadi dan ditanggapi normal kini menimbulkan syok seluruh penduduk Australia, bahkan dunia. Skala kebakaran yang masif sungguh mencekam. Mengapa bisa sampai sebesar ini?

Kebakaran semak besar telah menyapu Australia dan menimbulkan kekuatiran yang mendalam mengingat besarnya dan keganasannya. Sejak musim kebakaran dimulai, September 2019, lahan seluas 10 juta hektar telah dilalap si jago merah. Semua negara bagian, kecuali ACT, terdampak.

Betapa Luas
Sebagai gambaran, di NSW saja, hampir 5 juta hektar terbakar. Sebuah ukuran yang lebih luas dari negeri Belanda. Secara total, area yang telah terbakar hampir seluas Inggris, yaitu 13 juta hektar. 

Kebakaran hebat ini telah mengalahkan kebakaran lainnya yang juga menuai syok dan prihatin luar biasa lima tahun terakhir. Kebakaran hutan Amazon yang membuat dunia meratap Agustus tahun lalu ‘hanya’ melalap 900,000 hektar. Sedangkan kebakaran hutan California di tahun 2018 menghanguskan 800,000 hektar. 

Black Friday
Profesor emeritus Stephen J. Pyne dari Arizona State University, seorang pakar sejarah kebakaran sekaligus mantan firefighter AS, menulis sebuah buku tentang Australia berjuduk Burning Bush: A Fire History of Australia. Menurutnya, hampir semua kebakaran hebat di Australia diberi nama beberapa hari setelah terjadi, misalnya Black Saturday. Tiap kebakaran memiliki kenangan tersendiri karena beberapa faktor, termasuk faktor kerusakan dan jumlah korban jiwa.

Tahun 2009, Black Saturday menewaskan 173 orang, jumlah korban jiwa terbesar saat ini. Tapi, kebakaran yang paling parah, terjadi di tahun 1974 dengan menghanguskan 117 juta hektar, tidak memiliki nama karena area yang terbakar kebanyakan terdapat di Australia tengah dan tidak berdampak banyak ke komunitas.

“Kebakaran 1974/75 hampir tidak berdampak sama sekali dan kerusakan yang kami temukan pun hanya diketahui oleh satelit setelah itu terjadi,” terang Profesor Pyne  kepada news.com.au.

Faktor Perubahan Iklim
Walau banyak pendapat mengatakan bahwa benua Kangguru ini selalu mengalami kebakaran, dalam arti gejala alam yang normal, Profesor Pyne berpendapat lain. Menurutnya, kebakaran masif dan menghancurkan lebih sering terjadi dalam 20 tahun terakhir. 

“Tak disangkal, perubahan iklim nyata adanya dan saya merasa perubahan ini hanya memperparah kebakaran,” menurutnya lagi. “Kebakaran menjadi lebih banyak, lebih sering, dan lebih parah. Dulu, kejadian kebakaran besar muncul 30-50 tahun sekali. Kini, hampir tiap sepuluh tahun.”

Mengenai kebakaran yang tengah terjadi, Pyne tertarik dengan seberapa lama kebakaran ini telah terjadi. “Sepertinya tidak ada habisnya. Terus berlangsung.”

Menurutnya, biasanya, Januari dan Februari adalah “blow out months”, saat kebakaran paling besar terjadi. Namun, kebakaran yang terjadi ini dimulai lebih awal, yaitu Oktober, dan kelihatannya akan lebih panjang.

“Ada prakiraan bahwa tidak akan hujan selama dua bulan, jadi tidak ada yang akan menghentikan kebakaran ini, kecuali api kehabisan “amunisinya”,” lanjutnya.

Pyne mengatakan bahwa Australia dan negara lainnya perlu mempertimbangkan pendekatan baru dalam pengelolaan pemadaman api karena mustahi bagi firefighters untuk dapat mengontrol 100 persen kebakaran sebesar dan seganas ini.

“Kita harus mencari cara lain untuk menjauhkan komunitas dari kebakaran. Memiliki lebih banyak tangki air dan atau mesin pemadam bukanlah solusinya,” demikian Pyne. Menurutnya, cara pandang yang lebih luas harus diambil, termasuk mempertimbangkan ulang bahan pembuat rumah dan sambungan listrik yang menjadi faktor Black Saturday. [IM]

====================================================

Kebakaran Australia

5 HAL YANG PERLU KITA KETAHUI

Wilayah-wilayah terdampak digambarkan bagai “kiamat”. Bagaimana tidak? Kebakaran hebat yang melanda Australia semakin menggila dan meluas, membuat langit biru cerah menjadi oranye, merah, dan hitam. 

Down Under Fire

Ribuan warga dan turis terpaksa kabur atau mengungsi saat api melahap kota-kota di di tenggara New South Wales dan Victoria. Kebakaran juga melanda di beberapa bagian Queensland, South Australia, Tasmania, dan Western Australia.

Militer telah mengirimkan kapal dan pesawat untuk menolong menyalurkan makanan dan bahan bakar ke beberapa kelompok orang yang terjebak kebakaran, sekaligus mengevakuasi mereka.

Ditenagai panas, iklim yang kering, kebakaran musim ini menjadi lebih parah dan lebih luas dibandingkan dari kejadian-kejadian sebelumnya.

Ancaman ini masih jauh dari akhir, terutama para firefighters yang kelelahan – banyak sekali dari mereka merupakan relawan. Mereka diharapkan terus bertempur melawan api di minggu-minggu dan bulan-bulan mendatang.

Meskipun akhir kebakaran ini belum bisa diprediksi, di bawah ini lima fakta yang mengejutkan tentang krisis bushfire.

1. Area Terdampak
Sejak September, api telah menewaskan 28 orang, termasuk tiga firefighters, menghanguskan kota-kota dan melalap lebih dari 2,000 rumah.

Sejak 2 Januari, lebih dari 12 juta hektar telah terbakar, sekitar enam kali wilayah kebakaran yang melanda California di tahun 2018. Luas kebakaran meningkat menjadi 18 juta hektar, atau dua kali lipat luas negara Belgia.

Di NSW, kebakaran besar di Gospers Mountain saja menghanguskan lebih dari 1.2 juta hektar, menjadikannya kebakaran hutan terbesar dalam sejarah Australia. Sepertiga perkebunan anggur di Adelaide Hills, South Australia, musnah.

2. Korban Binatang Liar
Kerusakan lingkungan dan matinya fauna asli natif Australia sungguh luar biasa. Sebuah penelitian memperkirakan bahwa lebih dari 500 juta hewan di NSW kemungkinan telah tewas, apakah karena semburan api atau efek setelahnya, seperti kurangnya makanan, air, dan tempat perlindungan. Angka itu hanya untuk mamalia, burung, dan reptil, dan tidak termasuk serangga, kelelawar, dan katak.

Sussan Ley, menteri lingkungan Australia, mengatakan lebih dari 30% koala di wilayah pantai utara tengah NSW kemungkinan musnah karena lebih dair 30% habitat mereka hangus. Lanjutnya, angka ancaman populasi koala ini belum final sampai kebakaran benar-benar berhenti dan penilaian lebih memadai dilakukan.

Federasi Petani Nasional memperkirakan lebih dari 100,000 domba dan ternak tewas. Para tentara dikerahkan untuk membantu menguburkan bangkai-bangkai ternak.

3. Tersedak Asap
Selama berbulan-bulan, asap kebakaran yang berbahaya datang dan pergi menyelimuti tebal wilayah penduduk, termasuk Sydney, Melbourne, dan Canberra

Di Canberra, pada tanggal 1 Januari, kualitas udara 20 kali lebih buruk dari angka normal. Hal itu membuat penutupan restoran, toko, dan pusat asuh anak, museum, dan kementrian. Bubungan asap, debu, dan abu dapat dilihat dari luar angkasa dan telah terbawa ribuan kilometer ke arah timur Selandia Baru, membuat langit menjadi oranye dan gunung-gunung es menjadi cokelat. 

4. Emisi CO2</b
Kebakaran ini diperkirakan telah memompa 350 juta ton CO2 ke atmosfer – sekitar dua pertiga emisi tahunan Australia di tahun 2018-19, menurut data NASA. Kemungkinan diperlukan satu abad atau lebih banyak hutan untuk menyerap CO2 ini selama kebakaran berlangsung.

5. Heat and drought
Kantor Meteorologi Australia telah mengkonfirmasikan bahwa tahun 2019 adalah tahun terpanas dan terkering sepanjang sejarah. Australia sedang mengalami kekeringan terparah dan gelombang panas di bulan Desember menjadi rekor tertinggi dengan suhu mencapai 41.9°C. Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim meningkatkan intensitas kebakaran. Climate Council mengatakan bahwa planet yang memanas membuat kondisi bushfire lebih berbahaya dari sebelumnya. Itu artinya risiko kebaaran terhadap orang dan lingkungan juga semakin tinggi. [IM]

 

 

Previous articleGrace Chim – Big Dream Does Come True
Next articleMenyimpan Smartphone Jika Sedang Tidak Dipakai