LEBIH SERAM YANG MANA?
Film horor di seluruh dunia memiliki satu kesamaan: bikin penontonnya takut dengan cara menciptakan ketegangan. Tapi, budaya yang berbeda jelas membuat teknik yang digunakan fillm horor Barat dan Timur berbeda. Kalau kamu pecinta berat film seram, bolehlah dibaca terus.
Film horor mengalami “lahir kembali” di tahun 70-an dan 80-an. Walaupun jenis film ini selalu memiliki fans setia, namun di dua dekade inilah genre film horor mencapai popularitasnya. Dari Freddy Krueger sampai Jason Voorhees, dunia sepertinya kepincut berat dengan film horor bergenre slashers dan sadis. Sampai saat ini, film horor memiliki tempat yang kuat di pasaran, memberikan tempat ternyaman bagi mereka yang “penakut tapi penasaran” dengan berbagai tulisan dan media.
Tak dipungkiri, pecinta film horor ada di setiap negara di dunia ini. Meskipun tipis, perbedaan konten Barat dan Timur dalam membuat film horor sangat terasa. Kedua belahan dunia ini sungguh luarbiasa dalam memproduksi film horor, meskipun teknik menakut-nakutinya berbeda.
Darah & Daging
Barangkali, kita bisa mulai dari horor Barat yang didominasi genre slasher alias “main potong” dan kegilaan. Stephen King masih menjadi “raja” novel seram yang sering menggabungkan supranatural dan manusia biasa, dengan menggunakan realita hidup dan rasa takut. The Shining adalah contoh sempurna bagaimana novel seram diterjemahkan menjadi film seram.
Horor yang mengagetkan adalah jenis film horor yang memakai gambar-gambar dan adegan-adegan untuk memberi rasa jijik dan kejutan buat penonton. Salah satu contoh terbaik dari jenis ini adalah The Texas Chainsaw Massacre (1974). Film ini menceritakan seorang pria yang memakai topeng kulit manusia meneror dan membunuh sekelompok remaja. Sepanjang film, tidak sedikit adegan kematian mengerikan yang dilakukan karakter antagonis film ini, Leatherface. Contoh film slasher yang terkenal lainnya adalah Halloween dan Friday the 13th.
Kesimpulannya, horor Barat memiliki tradisi kematian yang sadis dan pesan langsung untuk menakuti penonton. Tentu saja, kesimpulan ini artinya kita nggak bisa memukul rata semua horor Barat begitu. The Others dan White Lies Beneath adalah contoh yang nggak berdarah-darah dan chop-chop, tapi tetap bikin males ke kamar mandi di waktu malam.
Sementara itu, The Shining mengandalkan elemen supranatural untuk menunjukkan pertumbuhan kegilaan dalam jiwa seorang ayah yang sedang terjebak bersama keluarganya. Alien menggunakan ketegangan pada pemunculan Xenomorph. Bahkan di film horor modern seperti A Quiet Place memakai keheningan untuk menciptakan ketidaknyamanan psikologis penonton. Dan, ya, salah satu pengaruh terbesar Horor Barat adalah dunia Timur.
Perempuan Berambut Panjang Berbaju Putih
Jepang, Korea, dan Thailand adalah “pabrik” film horor yang memberi pengaruh besar pada film-film horor dunia sepanjang masa. Well, ya, sedikit berlebihan, sih, tapi itulah kenyataanya. Film-film horor ketiga negara ini memang tidak terlalu populer buat penonton berbahasa Inggris. Kendalanya tak hanya bahasa, juga kultur dan dunia supranatural yang terlalu “nggak masuk akal” buat logika orang Barat.
Namun, tak dipungkiri, horor Timur memiliki kultus sendiri di komunitas pecinta horor.Salah satu daya tariknya adalah pendekatan yang lebih halus pada rasa takut. Contoh, versi asli–Jepang–The Ring (Ringu). Alih-alih mengandalkan jump scares atau gambar-gambar menakutkan, film ini terfokus pada menciptakan ketegangan suasana yang ampun-ampunan creepy-nya. Adegan Shizuko, gadis yang merangkak keluar dari teve untuk membunuh korbannya adalah the most iconic scenes in horror to date.
I Saw The Devil adalah film horor favorit Korea yang dirilis tahun 2010. Ceritanya tentang seorang detektif yang kehilangan tunangannya karena pembunuhan. Sang jurnalis yang napsu membalas dendam, secara perlahan mengalami penurunan moral karena tidak ada lagi orang yang ia dapat ia bunuh.
Karakteristik horor Timur dapat didefinisikan: pendalaman sosial/jiwa manusia. Film memaksa kita melihat seorang manusia yang harusnya berpegang pada hukum, melanggarnya, dan melukai orang lain atas nama balas dendam. Pertanyaannya sekarang: “Apakah itu benar?”. Apakah orang yang melukai karena pembalasan dendam tidak lebih jahat dari mereka yang jahat?
Contoh film horor lain yang tidak terlalu berat adalah Tomie: Unlimited. Tanpa banyak rincian, film ini membawa kita ke pertanyaan upaya beradaptasi dan kecemburuan.
Keindahannya film-film horor Timur tidak terletak hitam dan putih. Mereka cenderung memiliki akhir yang–sebetulnya, ini faktor yang nyebelin–terbuka, nggak terlalu banyak “ceceran” atau spoil pada penontonnya. Hal ini membuat para penonton menciptakan kesimpulannya sendiri. Walaupun saya lebih menerjemahkannya sebagai berikut: si setan nggak mati! [IM]