Kakak adik saja yang tinggal serumah aja masih bisa cakar-cakaran. Lah, ini puluhan jutaan orang dengan beragam banget latar belakang budaya — untuk kemudian menimbulkan potensi puluhan jutaan isu, tinggal satu “rumah” bernama Australia!
Mari kita cermati data imigran di Australia menurut https://scanloninstitute.org.au/migrationdashboard terlebih dulu, yuk!
1.4%: Pertumbuhan Penduduk
Dalam 12 bulan sampai Desember 2019, pertumbuhan penduduk Australia mencapai 349,800 orang atau 1.4% lebih tinggi dibandingkan periode 12 bulan sebelumnya
210,700: Jumlah Bersih Migrasi dari Luar Negeri
Dalam 12 sampai Desember 2019, jumlah migran bersih di Australia 210,700.
Jumlah itu 16.5% lebih rendah daripada periode 12 sebelumnya.
140,366: Visa untuk Permanent-skilled dan Keluarga
Pemerintah Australia meluluskan 140,366 visa permanen bagi mereka
yang memiliki keahlian (yang diperlukan) dan keluarga di tahun 2019-2020.
18,762: Visa Humanitaria
Terdapat 18,762 visa humanitaria yang diluluskan pada tahun 2018-2019.
2.0 juta: Visa Temporer
Terdapat 2,029,721 orang yang memegang visa temporer (sementara)
di Australia pada 30 Juni 2020.
Kapan Anda datang dan memutuskan menjadi penduduk Australia?
Dari Mana Datangnya Pertumbuhan Penduduk?
Jadi, pada intinya, penduduk Australia bertambah, dan terus bertambah,
sejak pergantian milenium–tahun 2000, maksudnya. Hal ini disebabkan oleh
migrasi dari luar negeri–karena angka pertumbuhan secara alamiah relatif stabil.
Dari awal tahun 2000-an, tren migrasi berubah karena pertumbuhan ekonomi yang kuat. Artinya begini, perekonomian Australia yang baik membuat orang dari luar negeri, dan keluarga, bekeinginan untuk pindah ke sini. Selain itu, pemerintah memberikan kebijakan-kebijakan yang lebih luas terkait migrasi.
Negara yang luas banget, ekonomi yang baik, dan kurangnya tenaga pengelola membuat pemerintah membuka keran migrasi. Semakin ke sini, tentu saja, kebijakan yang diberlakukan berbeda dan selektif. Meski semakin sulit, peluang untuk pindah ke Australia tentu masih terbuka.
Migrasi ke Australia sendiri penuh dinamika. Orang tak lagi datang dan tinggal untuk selama-lamanya. Kini, kecenderungannya mereka datang dan pergi. Hal itu adalah akibat perubahan pola mobilitas global. Orang kini lebih mudah berpindah-pindah karena syaratnya mudah dicapai (dengan keahlian dan money, tentu saja, bukan lagi dengan darah dan air mata!).
Meskipun demikian, tingkat pertambahan penduduk Australia yang berasal dari luar negeri tetap masih positif karena masih lebih banyak yang datang daipada yang pergi. Sebagaimana kedatangan, yang pergi pun sebetulnya bertambah. Dari grup adalah mereka yang memilih balik ke negaranya dan orang Australia sendiri yang memilih meninggalkan negerinya.
Penutupan perbatasan karena COVID-19 tentu akan memotong tajam para migran,
dan bisa memicu jumlah yang memilih pergi. Namun, angka yang pasti belum
dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah.
Hidup dalam Harmoni
Saat ini, seluruh Australia tengah berada dalam Harmony Week — nama baru untuk Harmony Day, yang dirayakan setiap tanggal 21 Maret. Mengapa, sih, perlu adanya perayaan ini? Wajah Australia yang makin beragam jelas memerlukannya.
Harmony Week diadakan untuk merayakan beragam kebudayaan yang membentuk Australia masa kini. Sebagai negara, Australia adalah salah satu negara yang memiliki budaya paling beragam di dunia – dari budaya tertua yang masih berlangsung dan
dikenal dengan First Australians sampai ke angka 49% orang Australia yang lahir
di luar negeri atau memiliki orangtua yang lahir bukan di Benua Kangguru.
Dan, inilah yang membanggakan. Keberagaman budaya menjadi kekuatan besar dan membawa serta tradisi, agama, bahasa, dan tentu saja food! Keberagaman kultur ini dipakai sebagai alat bantu dalam berbagai cara, mengurangi diskriminasi, dan membuat kita terbuka akan adanya perbedaan. Tentu saja, hal itu pun melahirkan tantangan. Australia yang tidak berkulit putih cenderung lebih sulit, kalau tidak disebut menantang. Kekurangmengertian melahirkan konflik. Dan, mengurangi potensi lahirnya konflik itulah yang Harmony Week coba lakukan.
Harmony Week dicetus untuk mengenal perbedaan lewat berbagai aktivitas selama seminggu penuh. Kegiatan ini biasanya bertempat di sekolah dan tempat kerja. Mengapa Harmony Week dulu dirayakan setiap tanggal 21 Maret? Nah, di tanggal yang sama,
PBB menegakkan International Day for the Elimination of Racial Discrimination. [IM]
——————————————————————————————————
Kegiatan Yang Harmonis:
Kegiatan apa saja yang bisa kita lakukan untuk merayakan perbedaan?
INDOMEDIA memberikan ide-ide kerennya, nih!
1. Saling bertukar makanan (eits, hati-hati jika kamu punya pantangan, ya).
2. Cari tahu kalender acara komunitas, dan, ayo ikutan!
3. Bertukar cerita mengapa kamu bisa ada di Aussie
(Psst! Indomedia punya 6 cerita menarik dari 6 orang tentang hal ini, lho!).
4. Nonton/Baca/Dengar lagi bahasa ibu kamu.
5. Tanyakan ke temanmu tentang budayanya.
6. Telepon atau vidcall mereka di negara asalmu.
Bisa jadi dia teman baik, orangtua, saudara, mantan pacar…
7. Jika perbatasan internasional sudah kembali dibuka dan negara asalmu
sudah aman dari pandemik Covid-19, segera berkemas dan mudik!
——————————————————————————————————
SHARE YOUR STORY, DONG!
INDOMEDIA “nodong” cerita ke enam orang Indonesia di bawah ini yang sekarang sudah menetap tetap di Australia. Berbagi cerita bukan saja memberikan dorongan moral, tapi juga dapat memperkaya wawasan dan, kali-kali aja, menambah skill yang diperlukan untuk mengikuti jejak mereka. *Colek kamu dan kamu yang mimpi bisa tinggal tetap di Aussie.
Albert R Soetanto, Riverview, NSW
Pindah ke Aussie sejak: 18 Agustus 2014
Tujuan pertama kali ke Aussie?
Membangun keluarga baru.
Menjadikan Aussie “rumah” karena:
Iklim yang baik untuk membesarkan anak.
Tantangan terberat tinggal di Aussie adalah:
Adaptasi perbedaan budaya yang sangat besar.
Pernah mengalami diskriminasi? Tidak pernah
Apa yang Anda lakukan untuk hidup harmonis dengan mereka yang tidak sebudaya dengan Anda? Mau belajar budaya lain dan menerima perbedaan yang ada serta menjelaskan kebudayaan Indonesia yang dirasa baik dan perlu diketahui orang lain.
Apakah Anda lebih dekat dengan komunitas Indo di Aussie atau pilih “mingle” dengan komunitas non-Indo?
Saya mencoba berbaur dengan semua komunitas yang ada, baik Indonesia, maupun Australia. Dengan komunitas Indonesia, saya bisa saling membantu sesama Indonesia. Dengan komunitas Australia, saya bisa memperkenalkan budaya Indonesia dan memperbaiki citra bangsa Indonesia yang banyak dilihat sebelah mata oleh orang Australia.
Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini?
Masihkah menjadi “rumah”? Untuk menjadikan rumah saat ini tidak. (Pemerintah) Perlu meningkatkan taraf kehidupan orang Indonesia yang sebagian besar berada dalam kondisi tidak layak, sehingga mudah dihasut dengan tawaran-tawaran indah. Dengan meningkatnya taraf hidup, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan kuat. Sebagai diaspora, kita memiliki kewajiban membangun bangsa.
Apa tip Anda untuk “survive and thrive” tinggal di Aussie?
Pemerataan taraf hidup di Australia sangat baik. Jika kita mau berusaha (bekerja apa saja), hasil yang diperoleh sangat mencukupi kebutuhan hidup. Carilah keahlian dan keunikan diri sendiri, maka imbalan yang diperoleh akan setimpal. Mental baja diperlukan untuk dapat bertahan di Australia.
Christine, Prospect
Pindah ke Aussie sejak: 2013
Tujuan pertama kali ke Aussie?
Kumpul dengan keluarga besar.
Menjadikan Aussie “rumah” karena:
Orangtua dan saudara-saudara tinggal di Australia.
Tantangan terberat tinggal di Aussie adalah:
Mencari kerja sesuai bidang dan background pendidikan.
Pernah mengalami diskriminasi? Nggak pernah.
Apa yang Anda lakukan untuk hidup harmonis dengan mereka yang tidak sebudaya dengan Anda? Menghormati kebudayaan orang lain dan selalu menjaga sikap kita terlebih dahulu.
Apakah Anda lebih dekat dengan komunitas Indo di Aussie atau pilih “mingle” dengan komunitas non-Indo? Dengan komunitas Indo. Ya, tentu karena faktor bahasa, makanan, dan perkumpulan keagamaan.
Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini? Masihkah menjadi “rumah”?
Lebih ke akar jati diri. Mungkin karena sudah meninggalkan Indonesia sejak
umur 18 tahun.
Apa tips Anda untuk “survive and thrive” tinggal di Aussie?
Enjoy aja dan tetap kerja yang rajin, mencari teman sebanyak-banyaknya.
Sherly Goenawan, Punchbowl
Pindah ke Aussie sejak: 2005
Tujuan pertama kali ke Aussie? Untuk berkarier.
Menjadikan Aussie “rumah” karena:
Negaranya teratur, pemerintahnya peduli pada rakyatnya.
Tantangan terberat tinggal di Aussie adalah:
Bayar tax mahal dan jauh dari keluarga.
Pernah mengalami diskriminasi? So far, sih,
di kantor teman-teman baik, nggak ada diskriminasi.
Apa yang Anda lakukan untuk hidup harmonis dengan mereka yang tidak sebudaya dengan Anda? Mencoba mengerti dan menghormati budaya mereka.
Apakah Anda lebih dekat dengan komunitas Indo di Aussie atau pilih “mingle” dengan komunitas non-Indo? Sebenarnya, buat saya, keduanya sama-sama bisa beradaptasi. Di kantor dan di sekolah anak-anak, rata-rata komunitasnya non-Indo, jadi saya harus pintar-pintar untuk bergaul dengan mereka. Sedangkan di weekends, kami ke gereja Indo, dan jelas teman-temannya pun orang Indo.
Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini?
Kacau balau. (Pandemik) Coronanya nggak kelar-kelar, terus banjir, macet, sekolah
anak-anak mesti bayar mahal, dokter juga mahal, masa tua tidak dijamin pemerintah.
Masihkah menjadi “rumah”? Tidak.
Apa tip Anda untuk “survive and thrive” tinggal di Aussie?
Follow government’s rules sebisa mungkin. Jangan seenaknya bertingkah laku
seperti di Indonesia. Contoh, jangan menyogok dan jangan ngeyel.
Susan, Bexley South
Pindah ke Aussie sejak: 1999, tapi 2012 mulai menetap
Tujuan pertama kali ke Aussie: Awalnya, saya sekolah. Tapi, setelah itu, saya tidak melanjutkan sekolah lagi karena sibuk bekerja. Dalam satu minggu bisa mengerjakan 3 job sekaligus. Pagi hari, jam 9-17 bekerja di office, dan terus lanjut di ice cream shop jam 6-12 malam. Weekends, di pagi hari, bekerja di fish market. Malam harinya lanjut ice cream shop lagi.
Menjadikan Aussie “rumah” karena:
Merasa di sini hidup lebih terjamin dan kerja apa pun bisa menghasilkan.
Tantangan terberat tinggal di Aussie adalah: Jauh dari keluarga dan orangtua.
Pernah mengalami diskriminasi? Tidak pernah.
Apa yang Anda lakukan untuk hidup harmonis dengan mereka yang tidak sebudaya dengan Anda? Saling menghargai kebudayaan masing-masing dan saling menjaga kebudayan masing-masing.
Apakah Anda lebih dekat dengan komunitas Indo di Aussie atau pilih “mingle” dengan komunitas non-Indo? Saya memang lebih dekat dengan komunitas Indonesia di Aussie, terutama Sydney. Alasannya, antara lain karena saya lebih fasih berbahasa Indonesia dan mencoba untuk membantu masyarakat Indonesia di Sydney. Saya juga salah satu moderator dari suatu Komunitas di Sydney, The Rock, dengan member kurang lebih 40 ribu. Dengan begitu, saya jadi merasa lebih dekat dengan masyarakat Indonesia yang ada di Aussie, terutama Sydney.
Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini? Sebagai pebisnis, saya merasa Indonesia sekarang makin maju, terutama dengan adanya kerjasama dalam bentuk IA-CEPA. IA-CEPA ini meningkatkan ekspor Indonesia ke Australia dengan memanfaatkan 0% tarif, di mana nilai ekspor Indonesia menurut data perdagangan Indonesia dan Australia meningkat di tahun 2020.
Masihkah menjadi “rumah”?
Masih, karena Indonesia tempat saya dilahirkan dan dibesarkan.
Apa tips Anda untuk “survive and thrive” tinggal di Aussie?
Kita harus mencoba segala peluang yang ada di Australia dan never give up.
Vera Kuswara, Baulkham Hills
Pindah ke Aussie sejak: 1982
Tujuan pertama kali ke Aussie?
Untuk mengunjungi sahabat karib.
Menjadikan Aussie “rumah” karena:
Bertemu dengan suami.
Tantangan terberat tinggal di Aussie adalah:
Jauh dari sanak saudara.
Pernah mengalami diskriminasi? Tidak.
Apa yang Anda lakukan untuk hidup harmonis
dengan mereka yang tidak sebudaya dengan Anda? Bergaul dengan mereka dan melihat segi positif dari mereka.
Apakah Anda lebih dekat dengan komunitas Indo di Aussie atau pilih “mingle” dengan komunitas non-Indo? 50/50. Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini? Masihkah menjadi “rumah”? Selalu akan menjadi “rumah” saya, karena lahir, dibesarkan di Indonesia dan juga semua sanak saudara ada di Indonesia.
Apa tips Anda untuk “survive and thrive” tinggal di Aussie?
Berusaha untuk ambil bagian dalam kegiatan sosial dengan teman-teman setanah air.
Henny, Punchbowl
Pindah ke Aussie sejak: 1995
Tujuan pertama kali ke Aussie? Sekolah.
Menjadikan Aussie “rumah” karena:
Merasa aman dan nyaman.
Tantangan terberat tinggal di Aussie adalah:
Nggak ada bakmi seenak bakmi Gajah Mada.
Pernah mengalami diskriminasi?
Sejauh ini belum pernah.
Apa yang Anda lakukan untuk hidup harmonis
dengan mereka yang tidak sebudaya dengan Anda? Berusaha untuk selalu bertenggang rasa dengan mereka.
Apakah Anda lebih dekat dengan komunitas Indo di Aussie atau pilih “mingle” dengan komunitas non-Indo? Dekat dengan keduanya, karena saya senang berteman dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang budaya.
Bagaimana Anda melihat Indonesia saat ini? Masihkah menjadi “rumah”?
Melihat indonesia tetap menjadi rumah. Rumah ke dua buat saya.
Apa tips Anda untuk “survive and thrive” tinggal di Aussie?
Jangan malu bertanya, berkawan sama semua orang dan selalu mencari kesempatan
untuk maju. [IM]