Tradisi Manugal Dayak Ngaju di Pentas Festival Brisbane

3770
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Brisbane; Manugal atau bercocok tanam secara gotong royong merupakan tradisi luhur suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah. Tradisi ini yang masih terjaga hingga era modern ini dipentaskan di Bribane.oleh para penari dari sanggar tari Seharum Nusantara.

Kearifan tradisi Manugal ditarikan dengan sangat indah oleh para penari yang datang dari berbagai latar belakang suku budaya, pendidikan dan pekerjaan. Namun saat menarikannya, mereka terlihat seperti gadis-gadis Dayak Ngaju yang molek.

Tari Manugal yang digarap dan dilatih oleh Noor Julaiha atau Ella Thomas yang asli berasal dari Palangkaraya ini, mampu memukau para penonton yang datang dari berbagai kalangan di kota Brisbane. Terbukti dari antusiasme penonton yang memadati King George Square pada saat perhelatan tahunan Pesta Rakyat yang diselenggarakan oleh para aktivis mahasiswa Indonesia di Brisbane.

Sungguh suatu kesempatan yang baik untuk mempromosikan keragaman budaya Indonesia di Australia, bertepatan dengan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-73 serta Bulan Multibudaya untuk negara bagian Queensland.

Tradisi gotong royong dalam bercocok tanam seperti yang diterapkan oleh suku Dayak Ngaju patutlah menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itulah kita sebagai ahli waris budaya Nusantara hendaknya selalu menjunjung tinggi filosofi dan nilai luhur yang berasal dari kearifan budaya bangsa.

Tari Manugal yang diiringi musik tradisional Dayak sangat unik didengar. Para penari mengenakan baju tradisional yang dilengkapi dengan bakul anyaman dan caping yang biasanya dipakai petani untuk melindungi kepala dari terik panas matahari.

Keunikan tari dan musik merupakan buah karya dari para narasumber yaitu Charlie R. Nathan, Chendana Putra, dan Dede Purna Budaya yang berada di Kalimantan Tengah. Mereka adalah bagian dari para pegiat seni tari Dayak yang tekun menjaga kelestarian budaya dan warisan leluhur.

Suatu kehormatan bagi para penari yang terdiri dari Ella (pelatih), Carolin Samara (presiden Seharum Nusantara), Reni Palmer, Callista Palmer, Ananda Putri, dan Rohita Sari. Mereka adalah utusan budaya yang diberi kepercayaan untuk mengusung tradisi Dayak Ngaju di negeri Kangguru.

Salam budaya dan Bhineka Tunggal Ika dari keluarga besar Seharum Nusantara. [IM]

Penulis: Christy Sukmawati/Foto: Agustinus Yogiyono

Previous articleApa Yang Diperlukan Untuk Menjadi Tren? – Keke Challenge Indomedia
Next articleSosialisasi Pemilu 2019 di Adelaide