Home Close Up Stephanie Judith Sutiono: Berpuas-Puas Menikmati Sydney

Stephanie Judith Sutiono: Berpuas-Puas Menikmati Sydney


Perempuan berusia 28 tahun ini hobi menyelam, berenang, ekplor kota, dan indoor cycling. Aktif banget, kan? Apa, sih, yang Steffie geluti di Jerman?

Hi, Steffi! Bisa ceritakan sedikit background kamu? Kapan sampai di Australia dan alasannya apa, nih? Hi, Jessy! Boleh, dong. Aku dulu kuliah di Jerman dari bachelor sampe master, lalu kerja di salah satu perusahaan Jerman yang bergerak di bidang logistik dalam program traineeship-nya, dan salah satu unit bisnis kami berfokus di pengiriman paket internasional.

Di program traineeship ini aku bisa punya kesempatan untuk pindah departemen beberapa kali, salah satunya pertukaran internasional selama tiga bulan. Aku memang sudah dari dulu mengincar Australia, dan setelah aku cari departemen yang sesuai dengan ketertarikanku dan diskusi dengan sponsorku, pilihanku jatuh pada Sydney.

Tiga bulan itu sendiri meliputi tengah Maret 2024 sampai tengah Juni 2024, jadi sayangnya waktuku di Australia sangat terbatas.

Selama ini sudah mengunjungi tempat-tempat mana aja di Aus?
Pastinya ke berbagai pantai dan bush walking seperti Coogee, Clovelly, Palm Beach, Watsons Bay, Bronte to Bondi Walk dan Spit to Manly Walk. Lalu, aku sempat ke Cairns selama akhir pekan Paskah, tentunya mencakupi Hutan Hujan Tropis Daintree dan Mossman Gorge, serta menyelam di Terumbu Karang Great Barrier. 

Tidak lupa juga bush walking di Blue Mountains serta Taman Nasional Kuring-Gai menuju Pantai Resolute. Kemarin ini aku sempat ke Newcastle dan menyusuri pesisir pantai dari Mereweather hingga Nobbys Lightouse dan Fingal bay. 

Tempat atau pengalaman yang mana yang kamu paling suka so far? Any that you want to go back and do again?
Aku memang dari kecil suka banget sama air. Jadi, aku selalu ingin diving hingga akhirnya kesampaian juga di Australia. Mungkin karena itu, aku bakal bilang tempat yang paling aku suka adalah Great Barrier Reef hingga saat ini, tapi aku juga nggak bisa menolak untuk masuk ke Rock Pool atau Ocean Baths,

yaitu kolam-kolam yang ada di pinggir pantai, yang kita bisa melihat cukup banyak jenis ikan kalau sedang beruntung. So, yeah, aku pasti akan kembali ke Great Barrier Reef suatu saat nanti!

Apakah ada culture shock disini banding Jerman ataupun Indo? Apa perbedaan yang paling menarik antara ketiga negara menurutmu?
Ini pertanyaan yang cukup menarik, sih, karena kita memang berakar dari Indonesia, tapi aku menjalani kehidupan mandiriku selama di Jerman dan aku harus belajar banyak untuk menyelesaikan masalah-masalah secara individual hingga aku saat ini sudah nyaman dengan birokrasi Jerman.

Aku cukup kagok untuk melakukan hal yang sama di Indonesia. Menurutku, Australia adalah kombinasi antara negara Barat serta Asia, yang orang-orangnya menjalani hidup tidak sekaku di Jerman, dan banyak nilai Asia yang bisa aku lihat di sini, dikarenakan banyaknya jumlah penduduk yang untuk beberapa daerah didominasi oleh Asia. 

Yang pasti, aku seneng banget ketika menemukan betapa banyaknya variasi makanan Asia di sini, yang tidak bisa aku temui di Jerman. Untuk transportasi umum itu sendiri, aku rasa ada sedikit banyak hal yang Australia bisa pelajari dari Jerman. Tapi, terlepas dari itu, aku mencoba membiasakan diri sebaik mungkin.

Apakah ada tempat-tempat tertentu di Australia yang masih di bucket list kamu sebelum kembali ke Jerman?
Banyak orang yang bilang bahwa pengalaman renang bersama Grey Nurse Sharks di Byron Bay tidak terlupakan, jadi aku bakal pergi ke Byron Bay untuk menyelam di Julian Rocks, lalu lanjut ke arah utara melewati Gold Coast untuk beberapa dives lagi, lalu day trip ke Australia Zoo yang dipopulerkan oleh keluarga Irwins, karena waktu kecil aku lumayan sering nonton dokumenter dari Steve Irwin. Sebenarnya, aku lumayan ingin ke Pink Lakes juga. Sayang, jangkauannya lumayan terbatas di transportasi umum karena aku nggak punya mobil.

Apakah impression-mu tentang Australia berubah selama bekerja di sini?
Iya, jujur, awalnya aku nggak banyak berharap datang ke Australia selain kondisi kerja yang baik dan pantai-pantai sekitar Sydney. Tapi, pas sampai, ternyata gampang banget untuk terbiasa dan jatuh cinta dengan kotanya, jadi aku cepat merasa homey. Secara profesi, kolegaku ramah, terbuka terhadap orang baru, dan mau membantu.

Melihat tingkat kebahagiaan orang-orang sekitar memang membuat aku tergiur banget untuk stay di sini suatu hari, sih. Memang pasti ada sisi positif dan negatifnya kalo mau berkeluarga di sini dibanding di Jerman, apalagi kalo suka banget sama pegunungan dan pantainya yang mudah banget diakses. Tapi, ini tidak lepas dari peluang karier dan tingkat birokrasi dan tantangan untuk mencari housing, ya. 

Have you met many Indonesians in Australia? Bagaimana pengalamanmu dengan diaspora Indonesia lainnya?
Heaps of them! In fact, ini juga merupakan salah satu culture shock yang aku alami ketika sampai di Aussie, yaitu mendengar orang berbicara dalam Bahasa Indonesia setidaknya empat kali dalam sehari. Bahkan, dalam dua minggu pertama di kantor, aku bertemu dengan lima orang Indonesia. Ini tidak akan terjadi dalam satu perusahaan di Jerman.

Jadi, kalo ke kantor, rasanya cepat nyaman dan nggak terasa tertekan karena mereka semua orang baik dan sangat suportif. Tapi aku sangat bersyukur, karena aku punya kesempatan untuk connect dengan orang-orang yang sebelumnya aku hanya pernah dengar, tapi setelah beberapa kali bertemu rasanya seperti sudah kenal lama! [IM]

 

Exit mobile version