Penaikan bendera dilakukan oleh Paskibra yang terdiri dari para pelajar yang telah ditunjuk oleh KJRI. Acara ini dihadiri oleh Konjen Vedi Kurnia Buana, seluruh staf KJRI Sydney, Direktur, Manajer, dan pimpinan ANMM lainnya.
Konjen Vedi berharap hubungan antara Indonesia dan Australia akan terus berkembang sehingga kedua negara dapat saling mengambil keuntungan dari kedekatan yang telah terjalin.
Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan latar belakang diproduksinya film “Indonesia Calling” oleh Anthony Liem dan Neil Smith, dua pemerhati sejarah hubungan Indonesia-Australia. Film yang diproduksi tahun 1946, bercerita tentang perjuangan pelaut Indonesia di Australia. Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya, Belanda berusaha untuk kembali mendominasi kepulauan Nusantara pasca-akhir Perang Dunia II. Akan tetapi, bantuan yang tak diduga muncul dari Australia lewat kampanye yang dikenal dengan sebutan “Black Armada”.
Inisiatif ini digerakan oleh Australia Wharfies (pekerja pelabuhan), yang bersinergi dengan pelaut asal Indonesia Cina, dan India. Mereka bersama-sama menentang kebijakan maritim Belanda dengan menolak bergabung menjadi awak kapal Belanda. Tak hanya itu, pelaut Indonesia di pelabuhan Sydney juga memainkan peran penting dalam menentang Belanda. Mereka berhasil mencegah kapalkapal yang hendak menuju Indonesia dengan membawa persenjataan, amunisi, dan logistik untuk mendukung tentara Belanda.
Australian National Maritime Museum, tempat diselenggarakan penaikan bendera, merupakan satusatunya museum dari 9 museum nasional milik Australia yang berlokasi di Sydney, selebihnya berlokasi di Canberra, ibu kota negara. Di Museum ini dipamerkan koleksi, pameran, penelitian, dan arkeologi maritim termasuk salah satunya adalah model replika kecil perahu suku Makassar. Terdapat lebih dari 850.000 pengunjung setiap tahun termasuk keluarga, turis antarnegara bagian dan internasional. [IM]
Sumber foto – KJRI Sydney