Adelaide – Lantunan suara yang terus menerus “cak-cak-cak” dan membentuk nyanyian berupa akapela, terdengar jelas di ruang perpustakaan Cardijn College Galilee Campus. Suara decak tersebut berasal dari siswa Cardijn College yang sedang mengikuti workshop tari kecak pada program Indonesia Goes to School (IGtS) KJRI Sydney yang diselenggarakan di Cardijn College Galilee Campus, Adelaide, South Australia pada 14/06/2024.
Siswa terlihat sangat antusias dan penuh semangat mengikuti workshop tari kecak, sebuah tarian yang unik dan memukau tanpa musik instrumen. Selain memperoleh pengetahuan tentang tari kecak mereka juga diberikan kesempatan untuk melakukan praktik langsung bagaimana melakukan gerakan dan ekspresi wajah sampai pada mengatur tonasi suara “cak” yang ritmis.
Para siswa mendapatkan bimbingan dari pelatih yang berpengalaman yaitu I Gusti Ngurah Darmawan sebagai Ketua Balinese Society di South Australia sekaligus juga sebagai Dosen di University of Adelaide di bagian School of Education.
“Tentu ini menjadi pengalaman yang menarik bagi saya untuk melatih anak-anak yang baru pertama kali mengenal tari kecak. Kesungguhan mereka belajar tari tradisional ini tentu membanggakan kita semua“ ungkap Darmawan.
Darmawan berharap dengan semangat mereka belajar tari tradisional yang sangat dikenal di nusantara ini, mampu memupuk dan membangun semangat cinta seni dan budaya Indonesia yang tentunya nanti akan menjadi pembuka jalan bagi keinginan mereka untuk belajar bahasa Indonesia.
“Saya senang sekali dapat kesempatan belajar tarian tradisional yang unik dan memukau dari Bali ini. saya berharap bisa belajar tarian ini agar saya bisa membagikan pengalaman menarik ini kepada keluarga dan teman-teman saya,” ujar Aisyah, salah satu siswi yang berpartisipasi.
Di beberapa ruang kelas lain juga diselenggarakan beberapa workshop yang tidak kalah menarik, yaitu kuda lumping, pencak silat, membatik, demo masak dan food testing kuliner nusantara. Tidak kurang dari 400 siswa ikut ambil bagian pada workshop ini.
Pada kelas kuda lumping, antusias juga terlihat dari murid kelas pre-school hingga kelas 6 yang mengikuti workshop ini. Kegembiraan terlihat saat mereka mempraktikkan gerakan yang banyak didominasi oleh layaknya bagaimana seseorang menunggang kuda.
“Program workshop kuda lumping ini kami harapkan dapat memberikan pengalaman yang berbeda dan lebih berkesan bagi para murid untuk lebih mengenal dan mencintai budaya Indonesia” kata Abdul Nazar, Konsul Pensosbud KJRI Sydney.
Kepala sekolah Cardijn College Galilee Campus, Steve Byrne mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Kami ingin menumbuhkembangkan pertukaran budaya, pemahaman lintas budaya, kemampuan berbahasa, serta memperkuat koneksitas antar sekolah dengan komunitas Indonesia” tutur Steve Byrne.
Konjen RI, Vedi Kurnia Buana yang turut hadir pada kegiatan ini mengatakan bahwa “Indonesia Goes to School” merupakan komitmen KJRI Sydney untuk terus memupuk pemahaman dan apresiasi yang lebih besar antar budaya kita. Workshop ini akan memberikan gambaran tentang warisan budaya kita yang kaya, mulai dari seni, musik, tari, dan masakan khas nusantara.
“Kegiatan ini juga salah satu implementasi dari MoU yang ditandatangani oleh KBRI Canberra dan Catholic Education South Australia (CESA)” terang Konjen Vedi.
Seluruh kegiatan IGtS ini adalah hasil kolaborasi dari berbagai pihak di antaranya: CESA, Cardijn College Galilee, KBRI Canberra, KJRI Sydney, Australia Indonesia Association SA, komunitas dan diaspora Indonesia, mahasiswa dan mahasiswi dari LPDP, Adelindo Angklung, dan komunitas silat Australia Indonesia Dakwah South Australia.
Kegiatan ditutup dengan menikmati suguhan makanan khas Indonesia.
Di hari sebelumnya, pada 13 Juni 2024 juga diselenggarakan IGtS di dua sekolah dibawah naungan CESA yaitu di Emmaus Catholic School dan St. John the Apostle.
Di sekolah dibawah naungan CESA saat ini terdapat 3.300 siswa yang mengambil mata pelajaran bahasa Indonesia. KJRI Sydney terus berupaya untuk dapat membangun kedekatan dengan sekolah dan siswa untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan minat murid untuk terus menggemari palajaran bahasa Indonesia. [IM]