Travel kini jadi sebuah tren yang lumrah bagi siapa pun. Pelesir ke luar negeri bukan lagi produk mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan atas. Namun, bermodal ransel dan itinerary tepat, para pelancong dengan kantong pas-pasan pun bisa menikmatinya. Maka tak heran jika secara statistik, tren traveling terus menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa.
Pada 2013, disebutkan dalam sehari rata-rata 8 juta orang melakukan perjalanan via udara. Hasil akhirnya, total jumlah penumpang pesawat mencapai 3,1 miliar – angka itu merupakan 44 persen dari jumlah populasi manusia di dunia. Dari sisi perencanaan traveling, bisa dilihat jika tren online booking mendominasi. Bisa dilihat dari 62 persen orang memilih pesan hotel via perangkat mobile jauh lebih penting daripada booking langsung. Begitu pula dengan 56 persen pelancong yang menggunakan smartphone untuk mengecek status penerbangan mereka. Tak hanya itu, pencarian harga tiket pesawat via mobile pun menjadi cukup tinggi dengan persentasi 36 persen.
Dari SDL.com, dirilis data bahwa 80 persen pelancong akan mempersiapkan perjalanan minimal dua bulan sebelum keberangkatan. Dan sekitar 55 persen pelancong akan mengambil lima pilihan properti sebagai pertimbangan sebelum akhirnya memilih satu yang cocok untuk menginap. Pemilihan tempat menginap biasanya sudah diputuskan paling lambat 30 hari sebelum keberangkatan.
Jika digolongkan berdasar jenis liburan, 57 persen pelancong memilih leisure travel saat liburan, dan hanya 43 persen yang melakukan perjalanan dengan jenis business travel. Namun, ada pengecualian jenis liburan pada momen libur musim panas. Pasalnya, pada momen ini jenis liburan family travel yang paling populer dan mendominasi. Hal itu bisa dilihat dari jumlah tiket pesawat atau kamar hotel yang dipesan biasanya melibatkan empat orang atau lebih.
Travel pendidikan juga belakangan ini menjadi sesuatu yang cukup populer dan diminati. Maka dari itu ada beberapa negara yang mulai fokus membenahi fasilitas dan infrastruktur mereka di bidang pendidikan. Hingga saat ini, Paris menjadi destinasi wisata dengan jumlah perpustakaan paling banyak di dunia yakni 830 perpustakaan. Di posisi kedua ada Shanghai (477 perpustakaan) dan London (383 perpustakaan). Dari jumlah museum, London memimpin di urutan pertama dengan 162 museum, lalu ada Berlin dengan 140 museum dan New York dengan 126 museum. Dari jumlah pelajar asing, London lagi-lagi memimpin dengan 99,360 pelajar asing. Lalu, ada Paris (96,782 pelajar asing) dan Singapura (91,500 pelajar asing). Angka ini tentu saja menunjukkan bahwa perjalanan edukasi sangat menjanjikan.
Lantas, bagaimana dengan travel kesehatan? Nah, Kaplan Internatinal Colleges merilis data bahwa 75 persen eksekutif percaya bahwa travel sangat penting untuk mencegah burnout. Belum lagi, 50 persen dari eksekutif percaya jika libur rutin tahunan bisa memotong risiko terkena serangan jantung. Dengan melakukan traveling, pelancong bisa tidur lebih baik, mengurangi hormon stress, mengurangi tekanan darah, memperkuat sistem imun, dan meningkatkan ekspektansi hidup. Semua khasiat itu akan lebih ampuh jika destinasi yang dikunjungi juga memiliki angka kesehatan yang baik. Hingga saat ini, Singapura masih berada di posisi pertama negara paling sehat di dunia. Disusul Italia, Australia, Switzerland dan Jepang.
Digital Traveler
Di era yang serba digital ini, pelancong memiliki preferensi informasi mereka masing-masing. Namun, dari sumber data yang sama, disebutkan kalau 49 persen pelancong merasa ulasan di situs travel jauh lebih berguna untuk perencanaan. Begitu pula dengan 64 persen pelancong lebih nyaman menjadikan situs TripAdvisor (dan yang serupa) sebagai inspirasi bepergian. Hal itu pula yang membuat 76 persen pelancong selalu berbagi pengalaman traveling mereka di media sosial. Sehingga bisa ada feedback dan arus komunikasi yang cepat tersampaikan bagi sesama pelancong.
Perkembangan pesat di industri traveling mencapai puncaknya pada 2014. Saat itu kontribusi travel pada ekonomi global (secara langsung atau tidak) mencapai USD 7.6 triliun. Angka itu tentu saja berpengaruh besar pada pertumbuhan akomodasi, transportasi, hiburan dan atraksi. Hingga saat ini, Eropa masih menjadi destinasi paling dikunjungi oleh turis sepanjang tahun. Maka dari itu tak heran jika mereka menghadirkan 575 juta turis di 2014.
Pada tahun yang sama, Tiongkok menjadi negara dengan expenditur terbesar di dunia, diikuti dengan Amerika Serikat dan Jerman di posisi berikutnya. Dari sisi pengeluaran, London berada di posisi puncak dengan angka pengeluaran turis saat berkunjung di USD19 juta. Pada tahun ini, rata-rata harga kamar di Eropa berhasil mencapai harga USD185 per malam. Angka tersebut cukup berada jauh di atas rata-rata harga kamar di Amerika yang berada pada angka USD119.