Tiada Kata Menyerah Untuk Perjuangan Hidup 

379
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diri ku
Berat ujian dari Mu
Kupasrahkan semua pada Mu

Minggu, 7 November, aku awali jalan pagi bersama suami. Jalan pagi memang merupakan acara rutin kami. Biasanya kami lanjut ngopi dan makan siang, tapi kali ini ingin cepat pulang. Selain sholat dhuhur, ada program SALSA (SalingSapa) IWINA, program yang tidak pernah kulewatkan. IWINA selalu menampilkan narasumber yang berpotensi dan inspiratif.

Tema kali ini “SABAR, LILLAH & TABAH”. Tema yang sangat tepat dengan narasumber yang sudah kukenal dengan baik. Revosia Ramli, tidak hanya sebagai seorang sahabat. Sosok ramah, rendah hati dan selalu tersenyum ini juga menjadi inspirasi bagi yang mengenalnya.

Ketabahan, Kesetiaan Seorang Istri, Ibu Teladan Bagi 3 Anaknya.
Revosia yang kerap dipanggil Evos, dilahirkan di Sulit Air Sepakat, Padang, 63 tahun yang lalu. Menikah dengan Herry Yasin pada tahun 1982. Herry sudah sejak tahun 1976 berada di Sydney, Australia. Pada tahun 1983 Evos menyusul suami ke Australia. Sebelumnya, Evos sudah bekerja sebagai Perawat Bidan di Cempaka Putih, Jakarta. Di negara asing, suami istri muda ini pun bekerja keras untuk membangun keluarga.

Evos yang sudah mempunyai bekal sebagai perawat tidak menyia-nyiakan ilmunya. Untuk bekerja sebagai perawat di Australia, ia harus belajar lagi untuk mendapatkan kesetaraan ijazahnya agar diakui di Australia. Kemauan kerasnya membuatnya berhasil mendapatkan accreditation sebagai Registered Nurse. Berbekal ijazah yang dikantonginya, tahun 1988 ia diterima sebagai Registered  Nurse di rumah sakit Royal South Sydney Hospital, kemudian dipindahkan ke Prince Henry Hospital dan sampai sekarang masih bekerja di Prince of Wales Hospital, Randwick.

Kebahagiaan keluarga ini lengkap dengan lahirnya berturut turut tiga anak laki-laki mereka yaitu Adrian, Rully dan Akbar. Walau bekerja full time shift work, atas kerjasama dengan suami, tugas sebagai ibu tetap dapat dilaksanakan dengan baik. Hampir tiap tahun keluarga yang berbahagia ini menyempatkan diri untuk berlibur keluar Australia menikmati  suasana tenang dan kehangatan yang utuh jauh dari rutinitas
yang melelahkan.

Pada akhir tahun 2000 liburan kali ini dijalankan dengan menunaikan ibadah umroh bersama keluarga. Semua persyaratan untuk umroh, visa dan segala persiapan pun sudah diperoleh. Tidak ada sedikit pun firasat yang dirasakan, kecuali rasa syukur. Tanggal 16 Desember 2000 bertepatan dengan bulan Ramadhan, Allah berkendak lain. Inilah awal dari perjalanan panjang ketaatan dan kesetiaan seorang istri diuji.

Pagi hari keberangkatan, sesudah makan sahur suami tercinta mengalami gejala serangan jantung. Sebagai seorang perawat dibagian jantung, Evos sangat paham langkah yang harus diambil dan segera menghubungi ambulan. Paramedik memberikan pertolongan pertama, dalam perjalanan, dan hampir sampai ke rumah sakit yang dituju, sang suami collapse. Komplikasi karena terganggunya aliran darah/oksigen ke otak karena serangan jantung mengakibatkan hypoxic yaitu kelumpuhan otak secara total atau permanen. Niat berumroh pun tertunda. Tidak ada sesal dan gerutu, justru bersyukur karena terjadi sebelum berangkat.

Kehidupan Evos dan keluarga berubah total, sebagai single parent, memenuhi berbagai kebutuhan, finansial dan mengurus segala keperluan rumah tangga hingga mengantar jemput sekolah anak-anak yang masih kecil. Adrian saat itu masih duduk di kelas 11, Rully kelas 9 dan Akbar kelas 1.

Evos dan Herry dikenal sebagai pasangan yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan selalu siap mengulurkan tangan. Tidak heran kalau banyak sahabat yang ikut membantu.

Sedih, tangisan seorang isteri melihat kondisi orang terdekat yang dicintai, pekerja keras yang mencintai isteri dan anak-anaknya sekarang tergeletak tanpa daya. Setiap geraknya butuh dibantu. Evos tidak menitikan air mata atau mengeluh didepan anak-anaknya yang masih kecil. Keluh kesah dan air mata hanya saat ber dialog dengan Yang Maha Berkuasa. Tutur katanya, nasehat yang lemah lembut kepada anak-anak membentuk anak-anaknya tumbuh dewasa dan patuh kepada orang tuanya.

Adrian yang sudah mempunyai license untuk mengemudi, bertindak sebagai pengganti ayahnya dan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Menyediakan makan pagi dan mengantar jemput mereka sekolah.

Keyakinan kepada Allah tidak menyurutkan langkah Evos, dalam mengambil setiap keputusan saat dokter menyatakan suaminya lumpuh total (locked in) dan menyarankan untuk memindahkan ke nursing home. Evos menolak dan mengusahakan agar suami mendapatkan pemulihan dan rehabilitasi di rumah sakit.

Selama enam setengah bulan suami menjalani rehabilitasi, Evos dapat membawa suami pulang dan berjanji sebagai isteri yang akan mendampingi suami dalam keadaan terjelek pun. Kesabaran dan doa yang tiada hentinya perlahan membuahkan hasil. Suami sudah mulai bisa berkomunikasi walau masih jauh dari yang diharapkan. Bantuan pemerintah dengan mengirim petugas yang datang tiap hari untuk memandikan dan rehab sedikit meringankan bebannya.

Tahun demi tahun berjalan, sedikit demi sedikit bebannya berkurang, anak-anak sudah dewasa dan dapat membantu menjaga ayahnya. Evos tetap bekerja shift malam sehingga pagi dan siang hari dapat sepenuhnya menjaga suami tercinta. 

Anaknya merupakan penyemangat, dibalik semua yang dialami telah membuka mata hati akan Kebesaran Allah dan kecintaanNYA kepada UmatNYA. Allah memberi kedua tangan yang kokoh, akal dan hati untuk dimanfaatkan dijalan yang lurus. 

21 tahun merawat suami, suka duka, lelah, emosi telah dijalani dengan ikhlas, menempanya menjadi sosok yang tegar. Ketiga anak pun sudah dapat diajak bertukar pendapat, bergiliran mereka ikut menjaga, merawat ayah yang dicintai. Berkebun di sela waktu kosong merupakan kesenangan tersendiri bagi Evos.

Rasa syukur atas semua nikmat Allah, Evos pun melaksanakan impian yang tertunda yaitu menjalankan umroh dan berlibur ke Turkey bersama suami dengan kursi rodanya, ditemani salah satu anak dan menantunya yang terlaksana pada tahun 2017. 

Kebahagiaan mengalir, nikmat tiada hentinya dicurahkan Allah, ketiga putranya berhasil dalam pendidikan akademiknya. Suatu kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan bagi Evos dan Herry setiap kali menghadiri wisuda ketiga anaknya di 3 universitas terkemuka yang berbeda di New South Wales. Butiran air mata bahagia, jerih payah seorang ibu yang tabah dan tidak pernah mengeluh mengantar anak-anaknya menatap masa depan. Hadirnya 3 cucu yang sehat dan lucu melengkapi kebahagiaan keluarga seutuhnya.

Walau suami tidak sembuh total, keseharian di kursi roda dan daya ingatannya yang makin berkurang, Evos tidak pernah berhenti bersyukur atas kesehatan suami yang terkontrol dan tetap stabil. Evos berusaha untuk dapat hadir disetiap kegiatan keagamaan, kemasyarakatan, dengan melibatkan Herry, didampingi salah satu anaknya yang dengan sabar mendorong kursi roda ayah tercinta. Karena menyambung silaturahmi bertemu sahabat merupakan obat dan penghibur suami.

Melihat senyum dan wajah ceria suami merupakan kekuatan dan semangat Evos, mengingatkan Herry yang dulu saat pertama kali berjumpa. Suami yang mengajarkan untuk tidak pernah menyerah dengan keadaan. Karena ada Allah yang selalu mendampingi dan selalu mendengar doanya. SABAR, LILLAH dan TABAH semua masalah akan terlewati dengan mudah.

Evos, seorang isteri, ibu yang tidak pernah menyerah. Seperti janjinya pada Allah yang pernah diikrarkan saat menikah. Mendampingi suami di kala suka dan duka  Mengeluh tidak menyelesaikan masalah. Evos telah memetik buah manis yang ditanam dengan penuh sabar, kesetiaan, keikhlasannya. Buah manis yang memberikan ketenangan dan kebahagiaan hidup mendampingi suami yang dicintai. [IM]

Oleh Yoen Yahya

Previous articleMemupuk Literasi Dalam Keluarga 
Next articleKemesraan Berkumandang Di Magistic Harbour Cruise – DPW Sisterhood CIDE 2021