TANTOWI YAHYA – Dari Layar Teve Ke Layar Politik

1999
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Indomedia berbincang eksklusif dengan Bapak Duta Besar Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Selanda Baru, Tantowi Yahya, tentang masa lalu, masa kini, dan masa depannya.

Remaja era 90-an pasti mengenal sosoknya. Luwes, keren, dan murah senyum. Pokoknya, perawakannya “ngartis banget”, deh. Tanpa menunggu lama, ia menjadi selebritas teve. Tapi, sebuah “tikungan” membawanya masuk ke dunia politik. Di dunia ini, namanya belum termasuk “seleb”. Maklum, ini adalah penugasan pertamanya sebagai seorang diplomat.

Berawal dari pembawa acara kuis “Gita Remaja” di stasiun televisi nasional pada tahun 1989, pria kelahiran Palembang, 29 Oktober 1960 itu sukses memasukkan dirinya ke dalam peta selebritas Tanah Air. Namanya semakin meroket tatkala dirinya ditunjuk sebagai MC di acara kuis “Who Wants to Be a Millionaire” lima tahun berturut-turut sejak tahun 2001 hingga tahun 2006.

Tapi jauh sebelum ia masuk dunia teve, Tantowi adalah pemuda berlatar belakang keluarga sederhana di Palembang. Ia hijrah ke Pulau Jawa untuk belajar perhotelan di tahun 1982. Profesinya pertamanya adalah resepsionis yang demen cuap-cuap, sehingga ditunjuk sebagai pembawa acara. Dari situlah ia merasa bahwa peruntungannya ada di atas panggung.

Kariernya sebagai Master of Ceremony semakin melesat saat menyabet gelar The Most Favourite Television Quiz Host dalam ajang Panasonic Awards 2003-2005 dan 2009. Kilaunya sebagai “orang panggung” makin bersinar karena Tantowi juga penyanyi lagu-lagu berjenis country. Untuk itu pun ia berprestasi, lho. Gelar penyanyi Country & Balada terbaik versi AMI-Sharp Awards 2001, Best Balad and Country Singer AMI-Sharp Award 2002, dan AMI-Samsung Awards 2004 sebagai Best Traditional Album Singer pernah dikantonginya. Album perdananya yang berjudul Country Breeze bahkan mampu menembus angka 300.000 kopi.

Untuk menularkan ilmu cara berbicara yang baik di depan publik, Tantowi mendirikan Tantowi Yahya Public Speaking School di tahun 2006. Sekolah itu menjadi tempat Tantowi berbagi kepada masyarakat sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang telah diraihnya sampai sejauh ini. Di tahun yang sama, Tantowi didapuk menjadi Duta Baca Indonesia

Di tahun 2009, Tantowi mencicipi dunia politik di bawah naungan Partai Golkar. Ia resmi menjabat sebagai anggota komisi I DPR-RI dua periode berturut-turut (2009-2017). Senin, 13 Maret 2017, Tantowi mengucapkan sumpah jabatan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru merangkap Samoa dan Kerajaan Tonga, dan berkantor di KBRI Wellington.

Suami dari Dewi Handayani sekaligus ayah dari Muhammad Adjani Prasanna Yahya ini berkisah bahwa kesuksesan yang telah diraihnya sejauh ini bukanlah dikarenakan gelar akademis atau kepandaian, melainkan melalui kemampuannya yang baik dalam menjalin hubungan dan komunikasi terhadap orang lain. Selain itu, ia masih sangat aktif bernyanyi.

Berikut wawancara Indomedia dengan beliau.

Indomedia: Halo, Pak Dubes Tantowi Yahya. Terima kasih banyak untuk waktu yang diberikan kepada Indomedia. Selain latar belakang yang sangat mengesankan, kami juga ingin mengenal lebih dalam tentang pekerjaan Anda saat ini. Dapatkah Anda menceritakan pengalaman 100 hari pertama menempati pos di Selandia Baru? Dan bagaimana setelah melewati 100 hari pertama?
Tantowi Yahya: Bagi saya tidak ada istilah 100 hari pertama. Begitu tiba di Wellington, saya langsung kerja. Sebagai politisi yang mempunyai passion dan perhatian besar terhadap Pasifik, di mana ke depannya Indonesia harus berperan lebih banyak, dari Jakarta saya sudah menyiapkan berbagai program dan strategi dalam rangka mendukung dan menyukseskan tugas pokok dan fungsi saya sebagai Duta Besar.

Indomedia: Kami mengerti betapa kompleks dan mulia tanggung jawab yang Anda emban. Dapatkan Anda menceritakan tanggung jawab apa saja yang Anda emban dalam mewakili Indonesia untuk mempromosikan keunggulan, manfaat, budaya, dan aspek positif lainnya?
Tantowi Yahya: Saya ditugaskan oleh Presiden sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga. Sebagai Dubes, saya diberi mandat untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan ketiga negara akreditasi melalui peningkatan kerjasama di ekonomi, politik, sosial, dan budaya.

Indomedia: Bagaimana Anda menjawab atau meredam isu-isu tidak baik tentang Indonesia yang dipercaya oleh masyarakat Selandia baru?
Tantowi Yahya: Hubungan diplomatik kita dengan Selandia Baru yang tahun ini memasuki usia 61 tahun berjalan dengan baik dan saling menguntungkan. Begitu juga dengan Samoa dan Tonga. Satu-satunya isu yang terkadang sering mengusik adalah soal Papua. Ada segelintir masyarakat yang mendukung gerakan Kelompok Separatis Papua. Setelah dua tahun berada di sini, saya menilai kebanyakan mereka ini bergerak karena informasi yang tidak akurat, bahkan salah, mengenai Papua. Tugas kami adalah merangkul mereka dengan terus memberikan informasi yang benar, faktual, dan akurat tentang Papua. Sebagian bisa menerima sebagai kebenaran dan penyeimbang berita-berita yang mereka terima selama ini. Sebagian lagi tetap tutup telinga karena membela Papua adalah bagian dari agenda politiknya.

Indomedia: Dari seorang persona TV, Anda menjadi diplomat. Bagaimana Anda mengatasi “jet lag” yang timbul (jika ada)? Persiapan apa sajakah yang Anda lakukan untuk menempa diri Anda menjadi seorang diplomat?
Tantowi Yahya: Saya memang berlatar belakang artis. Tapi, pengalaman saya di DPR selama 8 tahun dan berada di Komisi yang berurusan dengan isu-isu luar negeri, membuat saya cukup paham dan tidak awam-awam sekali soal diplomasi dan politik luar negeri. Alhamdulillah, semuanya lancar. Bahkan teman-teman di Kemlu (Kementrian Luar Negeri – red) dan KBRI Wellington menganggap saya dari lingkungan mereka sendiri.

Indomedia: Bagaimana Anda melihat hubungan Selandia Baru dan Indonesia? Dan, bidang-bidang apa sajakah yang membuat hubungan keduanya dapat saling menguntungkan?
Tantowi Yahya: Hubungan Indonesia-Selandia Baru, sebagaimana yang saya jelaskan di atas, sangat baik. Kedua negara tersebut saling mendukung, saling menghormati, dan saling memperoleh keuntungan dari hubungan yang telah terbina sejak 60 tahun lalu. Meski neraca perdagangan kita selalu defisit, tapi peningkatan volume dan nilai perdagangan terus meningkat dengan jarak defisit yang semakin mengecil. Kerjasama di bidang pendidikan dan penanganan bencana juga terus meningkat.

Indomedia: Ada berapa orang Indonesia yang bermukim di Selandia Baru? Dan, terbanyak di mana?
Tantowi Yahya: Saat ini ada kurang lebih 7000 orang Indonesia yang tinggal di Selandia Baru. Sekitar 1200 nya adalah pelajar dan mahasiswa.

Indomedia: Beberapa korban penembakan dua masjid di Selandia Baru kemarin adalah orang Indonesia. Bagaimana kondisi mereka saat ini?
Tantowi Yahya: Penembakan di Christchurch tempo hari membawa korban 1 meninggal dan dua luka-luka. Alhamdulillah, yang di rumah sakit sudah pulang ke rumah. Yang meninggal sudah dimakamkan di Christchurch sesuai permintaan pihak keluarga.

Tantowi Yahya membaca pesan duka dan simpati atas tragedi penembakan di Christchurch

Indomedia: Sebetulnya, intoleransi adalah isu yang juga sedang dihadapi oleh pemerintah kita di Tanah Air. Menurut Anda, dapatkah tindakan tegas yang dilakukan oleh PM Selandia Baru terhadap intolerasi ini dapat diterapkan di Tanah Air?
Tantowi Yahya: Tindakan tegas dan cepat PM Jacinda Ardern mengundang pujian dunia. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Selandia Baru akan menginspirasi pemerintah lainnya di dunia. Kombinasi ketegasan pemimpin, dukungan Parlemen, rakyat, dan media membuat pelaku aksi teror berpikir dua kali sebelum melakukan aksi berikutnya. Mereka bersatu padu dalam melawan musuh bersama, teroris, dan pemecah kerukunan. Ini barangkali yang bisa kita contoh.

Indomedia: Sejak bertugas di Selandia Baru, kegiatan atau hobi-hobi Anda apa yang harus “ditinggalkan” dari Tanah Air? Dan mengapa?
Tantowi Yahya: Semua hobi saya tersalurkan di sini; bermusik dan nyetir. Meskipun manifestasi bermusiknya sudah tidak lagi seperti dulu, tapi lumayan tersalurlah. Di sini saya dapat hobi baru yang sehat yaitu olahraga. Alam Selandia Baru memang kondusif untuk berolahraga.

Indomedia: Bagaimana Anda sekeluarga menyesuaikan diri di Selandia Baru? Dan, tempat-tempat menakjubkan apa saja di Selandia Baru yang dapat Anda rekomendasikan kepada kami?
Tantowi Yahya: Alhamdulillah, saya mempunyai keluarga yang selalu mendukung kegiatan-kegiatan saya. Semua menikmati hidup di Selandia Baru. Semua sudah punya kegiatan masing-masing. Di Selandia Baru banyak tempat bagus dan indah tentu saja. Salah satunya pasti Queenstown. Tapi, kota-kota lainnya, seperti Auckland, Wellington, dan Dunedin juga tidak kalah cantik, ya.

Indomedia: Anda adalah salah satu penyanyi country Tanah Air yang cukup berbakat. Apakah Anda pernah menjamu diplomat asing atau rekan sejawat dari Tanah Air dengan menggelar pertunjukan “country music” dengan Anda sebagai penyanyinya?
Tantowi Yahya: Saya beberapa kali nyanyi dengan teman-teman dari korps diplomatik. Pernah juga tampil dalam satu pertunjukan untuk dana. Ada, sih, rencana untuk bikin konser (musik) country buat teman-teman diplomatik dan pemerintah di sini. Tunggu saja hehehe.

Kumpulan album Country musik Tantowi Yahya

Indomedia: Seberapa sering Anda “mudik”? Dan, biasanya, apa yang Anda lakukan saat mudik?
Tantowi Yahya: Saya lumayan sering ke Jakarta, dan semuanya karena diundang untuk berbagai urusan pekerjaan. Saking seringnya ke Jakarta, sampai sekarang belum sempat ambil cuti.

Indomedia: Adakah tempat makan dan “nongkrong” favorit Anda dan keluarga di Selandia Baru?
Tantowi Yahya: Di Selandia Baru banyak tempat nongkrong dan makan yang enak, apalagi di Auckland. Tempat-tempat, seperti Mission Bay, Parnell, dan Ponsonby adalah tempat yang asyik untuk makan dan nongkrong.

Indomedia: Bagaimana Anda melihat diri Anda 5 tahun ke depan di bidang politik?
Tantowi Yahya: Saya punya cita-cita politik, untuk itulah saya bergabung ke partai politik. Setelah purna tugas sebagai Dubes, saya akan kembali mengabdi ke Partai Golkar, siapa pun kelak yang menjadi ketumnya (ketua umum – red). Hidup ini bagi saya seperti sungai. Biarkan ia mengalir…

Ahsiyaaap, Pak Dubes! [IM]

Previous articleSeperti Apakah Sosok Pahlawan Itu?
Next articleTertib, Lancar, Meriah, dan Merakyat: Pemilu di Canberra diramaikan Pasar Senggol