Sinta Heru Subolo: Perempuan Di Tengah Keluarga, Teknologi Modern, Dan Keinginan Hati

816
Facebooktwitterpinterestlinkedinmail

Perannya memang mendampingi suami tercinta. Tapi, fungsinya, jauh di atas seorang pendamping. Ia adalah penggerak, pendorong, pemompa semangat, sekaligus inspirasi anak-anaknya, dan kita semua. Yuk, berkenalan dengan Ibu Sinta Subolo, Istri Konsul Jenderal RI di Sydney,

Selama ini kita mungkin hanya mengenal Pak Heru Hartanto Subolo sebagai Bapak Konsul Jenderal yang hampir selalu menyempatkan diri hadir di berbagai acara komunitas Indonesia. Jabatan beliau akan berakhir bulan Juni 2021. Nah, sebelum terlambat, bagaimana kalau kita mengenal lebih jauh sosok Ibu Konjen juga?

Ibu Sinta Subolo adalah sosok cantik, keibuan, dan diam-diam punya pemikiran yang luar biasa. Perempuan yang lahir di Jakarta 54 tahun lalu ini tak lelah mendampingi suaminya berpindah-pindah tugas dan turut mengayomi komunitas Indonesia di mana pun suaminya ditempatkan. Mungkin karena hal itu lahir dari motivasi terbesarnya dalam hidup dan berkarya, yaitu ingin selalu membahagiakan keluarga dan semaksimal mungkin, berbuat baik kepada sesama, dan berkontribusi pada kehidupan masyarakat yang luas.

Kepribadiannya yang easy going membuat Ibu Sinta mengaku cukup beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal itu, diakuinya, berkat kerajinannya untuk mengenal semua aspek negara yang akan ditinggalinya, ditambah orangnya memang nggak choosy. Meski begitu, Ibu Sinta bukannya nggak punya favorit, lho. Ia suka warna biru, makan soto, lagu pop, dan nonton film apa saja asal bukan film horor.

Sosoknya sunguh adem. Ia adalah potret wanita yang tenang dan tidak terburu-buru. Itu sebabnya, ia mengaku tidak ada yang memicunya untuk merespons berlebihan karena, menurutnya, semakin dewasa dan matang, beliau selalu berusaha untuk tidak sampai marah sekali atau sedih sekali. “Banyak hal yang bisa kita sikapi dengan kesabaran dan ketenangan jiwa,” ajaknya. Hal-hal paling sederhana pun mampu membuatnya mampu tersenyum di pagi hari, seperti, “Ketika saya masih bisa terbangun dari tidur, mensyukuri rezeki Allah.” Itu sebabnya, mungkin, beliau juga mudah keluar dari bad mood, karena ia mudah tertawa, terutama karena hal-hal yang lucu dan konyol. Eh, kita juga, kan?

Bulan ini, hampir di seluruh dunia merayakan Hari Ibu. Bulan lalu, bangsa Indonesia mengenang perjuangan R. A. Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Keduanya berpadu pada sebuah keputusan terpenting dan terbesar yang pernah seorang Sinta Subolo buat, yaitu menjadi ibu rumah tangga dan mendampingi suami bertugas di Ottawa (Canada), Houston, Texas (AS), Oslo (Norwegia), Washington DC (AS), dan Sydney (Australia). Percaya atau tidak, mencicipi tinggal di berbagai tempat di dunia adalah impiannya saat masih kecil, yaitu keliling dunia. Dan, itu ternyata kesampaian.

Bicara tentang “kesampaian”, INDOMEDIA kesampaian juga ngobrol dengan ibu kita, Sinta Subolo, yang lembut, cantik, dan pengayom ini.

Ibu Sinta, saat ini sudah berapa lama menemani Bapak berdinas di Sydney?
Alhamdulillah, puji syukur kepada Tuhan YME, kami sudah di Sydney kurang lebih selama 3 tahun 4 bulan.

Kesan-kesan apa sajakah yang Ibu dapatkan selama ikut bertugas di Sydney?
Tinggal di Australia tapi rasanya seperti di Tanah Air. Karena masyarakat/diaspora kita yang luar biasa yang selain memiliki kiprah yang baik, tetapi juga masih mencintai budaya dan Tanah Air tercinta.

Menurut Ibu, pencapaian dan tantangan terbesar apa sajakah yang pernah Ibu dapati hingga saat ini? 

Pertama, tentunya saya melihat persaudaraan, silaturahmi, dan kegotongroyongan masyarakat kita semakin kuat, dan memiliki kontribusi positif di tengah masyarakat multikultural Australia; kedua, dari sisi hubungan bilateral, kita telah memiliki pondasi yang semakin kuat dengan adanya hubungan Kemitraan Komprehensif Indonesia dan Australia. Tantangannya adalah bagaimana Indonesia tetap dalam radar dan perhatian yang baik dari Australia, baik dari sisi pemerintah maupun masyarakatnya. Di sinilah kita perlu memperkuat peran dan dukungan kita sebagai masyarakat Indonesia untuk meningkatkan citra positif di Australia ini.

Sebagai istri dan ibu seorang diplomat yang sering berpindah-pindah negara, persiapan apa saja yang Ibu siapkan saat harus ikut berdinas ke sebuah negara?
Tidak mudah memang menyiapkan mental dan pengetahuan kita di setiap perpindahan tugas sebagai pendamping/istri diplomat. Namun, kami selalu berprinsip untuk belajar cepat dan memelajari dan memahami negara yang akan dituju, baik secara budaya, makanan, geografis, penduduk, dan pemerintahannnya.

Pernahkah ada kejadian anak-anak tidak mau ikut, atau mungkin, Ibu sendiri enggan untuk ikut karena satu dan lain hal? Jika iya, boleh dibagi pengalamannya, Bu?
Alhamdulillah, kami semua (ikut) dengan hati, anak-anak saya selalu mengikuti ke mana kami bertugas.

Sebagai istri KonJen Sydney, Ibu Sinta adalah “ibunya” orang Indonesia di kota ini. Nah, peran ibu seperti apakah yang saat ini (masa pandemi) diperlukan oleh orang Indonesia di Sydney?
Mendorong ibu-ibu tetap aktif dan kreatif, mengubah cara beraktifitas yang menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Apa arti seorang ibu dari sudut pandangan Ibu Sinta?
Bagi saya, seorang ibu bukan hanya sebagai ibu untuk anak-anaknya tetapi juga menjadi ibu untuk lingkungannya juga untuk bangsanya.

Apa nasihat terbaik tentang menjadi seorang ibu yang pernah Ibu Sinta terima?
Nasihat terbaik untuk menjadi seorang ibu saya dapatkan dari orangtua saya. Dalam bahasa Jawa ‘sing pinter ngemong anak bojo’. Artinya, saya harus pandai mengurus anak dan suami (keluarga).

Apakah Ibu Sinta memiliki program “Hari Ibu” untuk masyarakat Indonesia, khususnya di Sydney?
Biasanya perayaan Hari Ibu (Indonesia) diisi dengan lomba masak yang disponsori oleh produk makanan Indonesia yang ada di Sydney. Tapi, tahun lalu karena situasi pandemik, acara Hari Ibu diisi dengan Talk Show “Karier kedua dan Ekonomi Keluarga di masa Pandemi”.

Sebagai istri seorang diplomat yang sibuk, pernahkah ada rasa bersalah akibat kurangnya waktu untuk anak-anak? Apabila tidak ada, bagaimana cara pengaturan waktu yang Ibu pakai?
Rasa bersalah pada anak pasti ada, tinggal bagaimana kita menyikapi dan juga memberi pengertian pada anak-anak (tentang) bagaimana tugas saya mendampingi ayahnya.

Apakah ada resep khusus dalam mendidik anak-anak?
Saya tidak punya resep khusus. Saya dan suami hanya memberi perspektif dan pengalaman. Selanjutnya, anak-anak sendiri yang menentukan jalan sesuai passion dan cita-citanya.

Ini adalah tahun terakhir Bapak dan Ibu bertugas di Sydney. Masih ingat tidak, Bu, bagaimana anak-anak menyesuaikan diri di Australia?
Kami senang anak-anak termasuk yang tidak rewel dan cepat menyesuaikan diri/beradaptasi dengan lingkungannya. Yang penting, memastikan administrasi kependudukan (ID, dsb.) dan mengenal sistem yang berlaku di negara ini agar semuanya follow the rule and regulations. 

Apakah Ibu Sinta memasak juga makanan kesukaan mereka? Kalau ya, apakah Ibu menemui kesulitan, misalnya karena bukan di Tanah Air?
Biasanya saya juga memasak makanan kesukaan anak-anak dan suami. Rasanya tidak ada kesulitan karena di Sydney semua bahan makanan Indonesia tersedia di toko dan supermarket. Terima kasih atas peran dan dukungan diaspora bisnis yang ada di Sydney/Australia yang sangat aktif, termasuk importir produk-produk makanan dan minuman yang berasal dari Indonesia.

Bagaimana Ibu Sinta memandang sosok ibu kandung Ibu Sinta?
Ibu saya, seorang wanita biasa yang setia mendampingi tugas almarhum ayahanda, seorang purnawirawan Polisi, yang sering berpindah tugas dari daerah ke daerah lain di Indonesia. Beliau sosok yang sabar, penyayang, pribadi yang hebat, yang membahagiakan keluarganya. Semasa mudanya beliau seorang pekerja sosial untuk lingkungan di mana beliau tinggal.

Nasihat Ibu untuk generasi mendatang perempuan muda?
Perempuan muda masa kini memiliki lingkungan dan situasi yang jauh lebih baik dari masa sebelumnya. Untuk itu, penting generasi/perempuan muda dapat memanfaatkan kesempatan dan kemajuan teknologi saat ini untuk fokus pada karier dan cita-citanya sesuai passion yang dimiliki. Namun, kiranya perempuan tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan dan ibu dalam keluarga.

Menurut Ibu, wanita seharusnya dimaknai seperti apa, sih?
Sejatinya, wanita adalah makluk Tuhan diberi banyak kelebihan. Wanita bukan makhluk yang lemah, ia punya kemampuan yang sejajar dengan kaum pria.

Bagaimana seorang wanita menghadapi kritik di tempat bekerja?
Kritik di tempat kerja itu adalah hal yang wajar dan harus disikapi secara positif, selama dalam koridor yang profesional. Kritik juga dapat menjadi masukan yang berharga untuk kemajuan kariernya.

Bagaimana seorang perempuan move forward kalau gagasannya tidak diterima?
How or what motivates you the most in life? Yang harus disadari bahwa tidak semua gagasan/ide kita bisa diterima oleh orang lain. Tetapi, jangan pernah putus asa ketika gagasan kita ditolak. Tetap sabar, pastikan bahwa ide yang baik memeroleh dukungan dari mitra kerja dan pimpinan. There is always a silver lining at the end of the tunnel.

Menurut Ibu, tantangan terbesar apakah yang akan dihadapi kaum perempuan di masa depan? Dan, bagaimana kita dapat meminimalisasinya?
Dalam abad millennium saat ini, teknologi dan kemajuan peradaban sangat pesat dan mendominasi kehidupan kita. Tantangannya adalah bagaimana kaum perempuan menyikapinya, di tengah persaingan dengan kaum perempuan sebayanya dan mitranya, kaum laki-laki. Kemampuan untuk menguasai teknologi perlu diimbangi dengan kemampuan untuk terus mengembangkan diri dan mengasah jiwa kemanusiaan/humanism. [IM]

Previous articleGema Ramadan Di Sydney
Next articleDua Peran Seorang Ibu